SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Obat Covid-19 hasil temuan Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan TNI-AD dan Badan Intelijen Negara (BIN) cespleng dan menakjubkan. Dan tampaknya temuan ini akan menjadi obat virus corona pertama di dunia.
Obat itu secara klinis telah diujicobakan kepada 754 kepada prajurit TNI-AD yang tengah menempuh pendidikan di Sekolah Calon Perwira (Secapa) Bandung Jawa Barat. Hasilnya menakjubkan.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
“Ini akan menjadi obat covid-19 pertama di dunia,” kata Rektor Unair Mohammad Nasih dikutip Jawa Pos, Ahad (16/8/2020). Guru besar Unair itu menyampaikan itu di Markas Besar TNI-AD (Mabesad), Sabtu (15/8/2020).
Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang
(Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih. foto: dok. Unair)
Pada bulan lalu, 1.308 siswa Secapa memang sempat dinyatakan positif covid-19 sehingga menjadi klaster baru di kota Bandung. Namun berkat hasil uji coba obat dari Unair itu mereka dinyatakan sembuh.
Menurut Nasih, tiga kombinasi obat yang diuji klinis Unair terdiri dari lopinavir/ritonavir dan azithromycin, lopinavir/ritonavir dan doxycycline, serta hydroxuchloroquine dan azithromycin.
Baca Juga: Bersama Unair, FH UTM Jalin Kerja Sama dengan Faculty of Law Maastricht University
Guru besar Unair itu juga menuturkan bahwa obat-obat itu secara tunggal telah dipakai peneliti di berbagai negara. Namun, kata dia, setelah dikombinasikan ternyata daya penyembuhannya meningkat dengan tajam dan baik. Bahkan efektivitas obat covid-19 ini ada yangmencapai 98 persen.
“Tidak ada celah yang kemudian bisa menghalangi (obat) ini untuk berlanjut pada proses berikutnya,” kata Nasih. Yakni untuk memproduksi secara masal. Hanya saja, untuk memproduksi secara masal, Unair, TNI-AD, dan BIN menunggu izin produksi dan edar dari BPOM.
Menurut Nasih, hasil uji klinis yang dilakukan ini menunjukkan bahwa obat Covid-19 ini siap dipakai kepada pasien yang tertular virus SARSCoV-2. Baik yang masuk kategori ringan, sedang, maupun berat.
Baca Juga: Gala Dinner Pimnas ke-37 Unair, Pj Gubernur Jatim Komitmen Dukung Perkembangan Perguruan Tinggi
Meski demikian ada satu catatan: obat Covid-19 ini tidak cocok untuk pasien yang sudah ditangani menggunakan ventilator atau alat bantu pernapasan.
Nasih juga menekankan bahwa penelitian ini dilakukan sejak setengah tahun lalu. Tepatnya sejak Maret 2020. “Jadi kalau ada isu di luaran, bikin obat kok kayak bikin tahu saja, itu tidak benar,” kata Nasih.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa berharap hasil temuan obat Universitas Airlangga (Unair), TNI-AD dan BIN mendapat dukungan. Sehingga produksi masal obat ini segera bisa dilakukan.
Baca Juga: AHY Raih Gelar Doktor dari Unair, Khofifah Yakin Bakal Bawa Kebaikan Bagi Bangsa
Menurut Andika, Menteri BUMN Erick Thohir sudah mengetahui keberadaan obat covid-19 ini. “Dan beliau mendukung proses produksinya,” kata Andika Perkasa yang juga Wakil Ketua Komite Pelaksana Penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional di Markas Besar (Mabes) Angkatan Darat.
Ia yakin bahwa masalah izin produksi dan izin edar segera tuntas. Ia bahkan akan bertemu Ketua BPOM untuk membahas masalah ini Rabu (19/8/2020).
Tampaknya, baik Unair maupun TNI-AD dan BIN sudah yakin bahwa obat ini sangat efektif. Terutama setelah melihat keberhasilan TNI-AD menyembuhkan 1.000 lebih pasien Covid-19 dalam tempo kurang lebih sebulan. Di antara 1.308 pasien Covid-19 di klaster Secapa, 754 pasien dinyatakan sembuh.
Baca Juga: Resmi Bergelar Doktor, Ada SBY hingga Khofifah di Sidang Terbuka AHY
Obat Covid-19 hasil temuan Unair Surabaya ini akan menjadi obat pertama di dunia. Apalagi Badan Kesehatan Dunia (WHO) hingga sekarang belum merekomendasi satu obat pun untuk menanggulangi covid-19.
(Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Stem Cell Unair, Dr. dr. Purwati. foto: youtube)
Baca Juga: Menteri ATR/BPN Ikut Ujian Diktoral di Surabaya
Tapi bagaimana cara minum vaksin ini agar efektif menyembuhkan virus corona? Ketua Tim Uji Klinis Unair, Dr. dr. Purwati, menyatakan bahwa resep itu harus diminum dua kali sehari. Menurut dia, meski obat ini hanya diuji klinis kepada pasien usia 18 tahun ke atas, tapi dengan dosis tertentu bisa juga digunakan pasien usia 18 tahun ke bawah.
Purwati yang juga Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Stem Cell Unair itu memastikan bahwa obat ini tidak menimbulkan efek samping berbahaya bagi pasien. “Jadi, relatif aman untuk dipakai,” kata Purwanti dikutip Jawa Pos pagi ini, Ahad (16/8/2020). Menurut dia, kekhawatiran efek samping pada organ seperti jantung, ginjal, dan liver pasien sudah diperiksa dan hasilnya tidak ada masalah. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News