JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Umat Islam kembali berduka, terutama kalangan pesantren dan NU. Ulama alim, KH Habib Ahmad, Qori’ (Pembaca) Kitab Hadits Shahih Bukhari dan Muslim di PesantrenTebuireng Jombang Jawa Timur, wafat, Sabtu (26/9/2020).
Kiai Habib Ahmad adalah generasi keempat dalam mata rantai transfer keilmuan kitab Hadits Shahih Bukhari dan Muslim di Pesantren Tebuireng. Generasi awal adalah Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari. Hadratussyakh adalah pendiri Pesantren Tebuireng sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU) bersama para kiai lain.
Baca Juga: Isi Hari Tenang Kampanye, Khofifah-Emil Ziarah ke Makam KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur
Hadratussyaikh dikenal sebagai ulama ahli Hadits bereputasi internasional, di samping ilmu-ilmu yang lain. Tak aneh, jika hampir semua ulama besar yang memiliki pesantren besar di pulau Jawa dan Madura pernah mengaji Hadits pada Hadratussyaikh. Termasuk gurunya sendiri, Syaikhona Kholil Bin Abdul Latif Bangkalan Madura.
(KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin, paling kanan) memberikan cinderamata kepada KH Habib Ahmad (berkopiah putih) dalam acara penutupan pengajian Ramadan di Pesantren Tebuireng. foto: Tebuireng Online)
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Bahkan, menurut KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), banyak tokoh Muhammadiyah yang ikut mengaji Kitab Shahih Bukhari dan Muslim kepada Hadratussyaikh. Catatan BANGSAONLINE.COM, pada tahun 80-an masih ada anak-anak tokoh Muhammadiyah yang mondok di Pesantren Tebuireng.
Hadratussyaikh mengajarkan kitab-kitab Hadits kepada para santri senior, terutama santri dari luar Tebuireng, pada bulan Ramadan. Pengajian Hadits itu digelar di Masjid Tebuireng. Masjid adalah pusat utama kegiatan pesantren.
Pengajian Ramadan ini memang salah satu ciri khas Pesantren Tebuireng, terutama Kitab Shahih Bukhari dan Muslim, di samping kitab-kitab yang lain.
Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima
Khusus pengajian kitab Bukhari dan Muslim biasanya dimulai sejak bulan Sya’ban. Sehingga kitab Hadits yang tebal itu bisa khatam atau selesai pada akhir bulan Ramadan.
Generasi kedua adalah KH Idris Kamali, menantu Hadratussyaikh yang dikenal sangat zuhud. Kiai Idris Kamali, selain alim ilmu Hadits juga terkenal sebagai ahli gramatika Arab.
Generasi ketiga adalah KH Syansuri Badawi, wakil pengasuh Pesantren Tebuireng. Kiai Syansuri Badawi menjadi wakil pengasuh saat pesantren Tebuireng diasuh oleh KH M Yusuf Hasyim, putra bungsu Hadratussyaikh.
Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh
Kiai Syansuri selain Hafidz (hafal Quran 30 juz) juga dikenal sebagai ahli tafsir dan ilmu faraid, disamping ilmu-ilmu yang lain.
(KH Habib Ahmad (kiri, berkopiah putih) bersama santri. foto: tweeter)
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Generasi kempat adalah Kiai Habib Ahmad yang wafat hari ini. Kiai sederhana yang dikenal tulus ini pernah bercerita kenapa ia jadi pemangku Kitab Hadits di Tebuireng. Menurut dia, pengajian Hadits pada bulan Ramadan itu sempat vakum karena Kiai Syansuri Badawi pada 1973 mendapat tugas sebagai anggota DPR RI di Senayan Jakarta.
“Lalu almarhum Pak Kiai Yusuf Hasyim datang ke rumah saya, mengatakan bahwa menurut musyawarah oleh beberapa santri dan guru, saya ditunjuk untuk meneruskan pengajiannya Mbah Yai Syansuri dan Mbah Yai Idris.
Awalnya saya ya merasa berat untuk menjalankan amanah ini. Tapi yang namanya Mbah Yai ya harus ditaati. Menurut periodisasi, yang pertama jadi Qori’ Shahih Bukhari ini Mbah Hasyim, lalu Mbah Idris, kemudian Mbah Syansuri.
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Nah, sejak itulah saya jadi Qori’ Shahih Bukhari di Tebuireng,” kata Kiai Habib Ahmad, dikutip Tebuireng Online.
Kiai Habib Ahmad memang mengaku mendapat firasat. “Pernah saya mendapat firasat petunjuk lewat mimpi, dalam mimpi itu saya lihat Mbah Idris itu manggil saya “Pak Habib, saya mau datang ke rumah kamu…,” dalam hati saya bicara, apa ini pertanda bahwa saya bakal menggantikan Mbah Yai Idris," katanya.
Kiai Habib Ahmad juga bercerita saat proses belajar. “Waktu itu, saya lulus Aliyah pada tahun 1967 dan saya mau melanjutkan kuliah tapi maa fi fulus alias gak punya uang, jadinya ya ndak kuliah.
Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Tapi meskipun saya gak jadi kuliah, saya yakin semua itu ada hikmahnya. Setelah lulus, saya ngaji kitab Shahih Bukhari kepada Mbah Yai Idris Kamali, yakni menantu dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
Karena saya pada waktu itu termasuk menjadi santri yang paling ndak mampu, jadinya ya saya ndak mampu beli kitab. Biasanya saya cuma usung-usung kitabnya Mbah Idris, lalu saat pulang dikembalikan, tapi justru di situ ada barokah yang saya rasakan,” kenangnya.
Menurut Kiai Habib, pengajian Shahih Bukhari dulu bertempat di Masjid Tebuireng. “Mbah Yai Idris itu bawa Kitabnya kurang lebih ada dua puluh kitab dengan syarahnya juga, di antaranya kitab-kitab hadis Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Dawud, Tafsir Jalalain, Tafsir Baghowi, Tafsir Ibnu Katsir, dan sebagainya. Kalo pagi itu beliau ngaji Kitabul Hadis, kalo setelah Zuhur Kitabut Tafassir,” katanya.
Baca Juga: Mahfud MD Respons Podcast BANGSAONLINE, Kakek Habib Luthfi Bukan Pendiri NU
Namun, kata Kiai Habib Ahmad, Kiai Idris kemudian hijrah ke Jakarta. “Setelah saya ngaji terus selama kurang lebih lima tahun di situ, lalu tujuh tahun selanjutnya Mbah Yai Idris hijrah ke Jakarta dengan diikuti juga beberapa santri Tebuireng. Setelah itu, ketika Mbah Yai ke Makkah, pengajian di Masjid Tebuireng itu vakum untuk beberapa waktu. Akhirnya Mbah Yai Syansuri yang datang untuk menggantikan jadi Qori’ Kitab Shahih Bukhari, dan metode ngajinya itu sama seperti sekarang ini, setahun Shahih Bukhari, setahun besoknya lagi Shahih Muslim,” katanya.
Kiai Habib mengaku melakukan riyadlah untuk menerima tanggung jawab sebagai Qari Kitab Hadits Bukhari dan Muslim di Tebuireng. “Pada awalnya saya berpuasa beberapa hari lalu minta ilmu kepada Allah. Dan setiap mau ngaji, saya selalu mengirimkan hadiah fatihah untuk Mbah Hasyim, terus sampai saat ini. Hasilnya setiap saya ngaji gak ada satu kalimat pun yang kecantol alias lancar-lancar saja,” katanya.
Kiai Habib Ahmad berharap pengajian Kitab Hadits Shahih Bukhari dan Muslim terus berlangsung dari generasi ke generasi, dari santri ke santri.
“Harapan saya satu, bisa meneruskan jejak-jejak guru yang saya muliakan. Yang kedua, ingin santri-santri besok bisa menjadi kiai-kiai yang hebat, yang bisa bermanfaat bagi masyarakat,” harap Kiai Habib Ahmad.
Harapan Kiai Habib Ahmad terkabul. Sejak Kiai Habib Ahmad sakit, Qari Kitab Shahih Bukhari dan Muslim diamanahkan kepada KH Kamuli Chudlori. Bahkan pada Bulan Ramadan lalu, Kiai Kamuli Chudlori inilah yang menjadi Qari Kitab Shahih Bukhari dan Muslim.
Kini pengajian Kitab Shahih Bukhari dan Muslim ini bisa diikuti di channel youtube Pesantren Tebuireng. Rekaman penuh sejarah yang pada Bulan Ramadan disiarkan langsung lewat live streaming pengajian pesantren Tebuireng. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News