M. Tabrani, Ketua Kongres Pemuda Pertama dan Penggagas Bahasa Indonesia, Ternyata Orang Madura

M. Tabrani, Ketua Kongres Pemuda Pertama dan Penggagas Bahasa Indonesia, Ternyata Orang Madura M. Tabrani. foto: Wikipedia.

(foto: uriwahyuni92.wordpress.com)

M. Tabrani sangat kreatif dan banyak ide. M. Tabrani inilah yang banyak menginisiasi teknis kepanitiaan, isu, dan diskusi dalam Kongres Pemuda. Sehingga namanya lebih popular dari Moh.Yamin (Jong Sumatranen Bond), Sunarto (Jong Java), dan Paul Pinontoan (Pelajar Minahasa), terutama saat M Tabrani menyampaikan pidato dalam Kongres Pemuda.

Kongres Pemuda I menghasilkan tekad bersama mempersatukan pemuda-pemuda Indonesia dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan. Mereka tak lagi terkotak-kotak ke dalam “jong-jong kedaerahan” seperti sebelumnya, meski identitas kultural tetap dipertahankan.

Setelah selesai, Panitia Kongres tidak dibubarkan sehingga Tabrani masih bekerja mempersiapkan 'jalan' menuju pelaksanaan Kongres II tahun 1928, sebelum ia pergi ke Jerman untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan jurnalismenya di Universitt zu Kln.

M. Tabrani memang profesional. Merdeka.com menulis, Tabrani adalah seorang yang mulai bekerja pada harian Hindia Baru. Kemudian, Tabrani menjadi pemimpin majalah Reveu Politik di Jakarta dari tahun 1930 hingga 1932. Lalu menjadi pemimpin surat kabar Sekolah Kita di Pamekasan, tahun 1932 hingga 1936.

Tabrani kembali menjadi Pemimpin Redaksi pada Surat Kabar Pemandangan. Tabrani menjabat selama dua periode yaitu Juli 1936 hingga Oktober 1940 dan Juli 1951 hingga April 1952.

Melalui surat kabar Pemandangan, Tabrani memperjuangakan Petisi Sutardjo yang berisi tuntutan kepada pemerintah Hindia Belanda agar Indonesia diberi kesempatan membentuk parlemen sendiri pada tahun 1936. Pada tahun 1940, Tabrani bergabung dengan Dinas Penerangan Pemerintah bagian jurnalistik dan selanjutnya pindah ke bagian kartotek dan dokumentasi.

Pada tahun 1940 juga, Tabrani menjabat sebagai Ketua Umum PERDI (Persatuan Djurnalis Indonesia) di Jakarta periode 1939 hingga 1940.

Saat penjajahan Jepang, M. Tabrani memimpin koran Tjahaja di Bandung yang misinya juga memperjuangkan Indonesia merdeka. Ia kemudian ditangkap penjajah Jepang. Ia disel di penjara Sukamiskin. Bahkan di penjara itulah ia disiksa yang menyebabkan kakinya cacat.

Namun ia tak jera. Selepas dari penjara, ia memimpin koran Indonesia Merdeka terbitan Jawa Hokokai. Setelah proklamasi kemerdekaan ia mengelola Suluh Indonesia, milik Partai Nasional Indonesia (PNI)

Tahun 1984, pejuang luar biasa ini menghembuskan napas terakhir pada usia 80 tahun.

Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pernah mengusulkan Tabrani sebagai pahlawan nasional. Ini mudah dipahami karena peran M. Tabrani dalam penggunaan bahasa Indonesia sangat determinan.

Seperti dikutip Antara, Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud, Prof. Dadang Sunendar, mengatakan tanpa adanya Bahasa Indonesia, Bangsa Indonesia saat itu sulit untuk merdeka. Karena itu Bahasa Indonesia mempersatukan bangsa Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan.

"Almarhum (M Tabrani-Red) merupakan penggagas Bahasa Indonesia. Padahal waktu itu belum ada Republik Indonesia. Kami mengusulkan pada bapak Mendikbud agar Bapak Mohammad Tabrani bisa menjadi pahlawan nasional," kata Dadang.

Semoga pemerintah segera peduli dan kita bisa meneladani sekaligus meneruskan perjuangan tokoh bangsa asal Jawa Timur itu. (M Mas'ud Adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Minta Pesawat yang Bisa Mendarat di Matahari':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO