MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag. punya gagasan dan rencana besar tentang Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu memproyeksikan kabupaten Mojokerto sebagai miniatur Indonesia Maju, Adil, dan Makmur.
“Tapi sekarang untuk proyek percontohan di Jawa Timur dulu. Tahun 2022 sudah bisa dilihat hasilnya,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada bangsaonline.com usai memimpin istighatsah untuk mengawali “program inspiratif” membangun Kabupaten Mojokerto di kawasan Masjid Raya KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Ahad (20/12/2020).
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Bongkar TPPU Narkoba Miliaran Rupiah
Yang menarik, Kiai Asep tidak menunggu Bupati dan Wakil Bupati terpilih dr. Ikfina Fahmawati dan Muhammad Al-Barra, LC., M.Hum. dilantik. Tapi langsung gaspol sejak sekarang.
“Agar program yang saya lakukan ini menjadi inspirasi untuk membangun Mojokerto nanti kalau mereka sudah dilantik. Ini kepedulian saya sebagai konglomerat,” tegas miliarder yang dikenal dermawan itu.
“Jadi program yang sekarang saya lakukan ini dari uang saya pribadi,” tambahnya sembari mengatakan bahwa ini tidak menyalahi aturan karena bentuk partisipasi yang dikoordinasikan dengan para petinggi desa, terutama lurah.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
Secara teori keagamaan, menurut Kiai Asep, ada empat pilar yang bisa membuat negara maju, adil, dan makmur. Pertama, ulama saleh dan ikhlas yang mengamalkan ilmunya. Kedua, birokrat yang bekerja dengan referensi keilmuan ulama. Ketiga, konglomerat yang suka bersedekah. Keempat, orang miskin yang mendoakan para pemimpin dan bangsanya.
Lalu apa bentuk program inspiratifnya? Kiai Asep mengumpulkan para mahasiswa dan warga untuk “menghidupkan dan memproduktifkan lingkungan” sekitar kelurahan Kembangbelor Pacet Mojokerto. Mereka, antara lain, membersihkan sungai. “Targetnya air sungai itu nanti bisa diminum,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Hebatnya, mereka langsung action. Pantauan bangsaonline.com, para mahasiswa Institut Pesantren KH Abdul Chalim itu langsung turun ke sungai di sekitar Kembangbelor. Mereka mencabuti rumput, di samping membersihkan sampah yang bertebaran di sungai tersebut.
(Para mahasiswa dan warga yang langsung turun bersih-bersih sungai di kawasan Kembabelor Pacet Mojokerto, Ahad (20/2/2020). foto: mma/ bangsaonline.com)
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Ringkus Terduga Pelaku TPPO
Menurut Kiai Asep, sungai-sungai itu tidak hanya dibersihkan. Tapi juga diproduktifkan. “Maret nanti akan kita tebar benih ikan nila, mujaer, tombro (kluthuk), dan jenis ikan lain,” katanya.
Jika air di sungai itu surut, kata Kiai Asep, akan ditanami sayur kangkung. “Sehingga semua orang bisa mengambil untuk masak. Bisa ambil ikan, bisa ambil sayur. Tapi tak boleh dimonopoli. Kalau di Jawa Barat kan dimonopoli, dipetak-petak,” tuturnya.
Kiai Asep tidak hanya memproduktifkan sungai, tapi juga sawah. “Saya punya 20 hektare tanah tanaman liar,” kata Kiai Asep. Sawah-sawah inilah yang akan dijadikan proyek percontohan. Bangsaonline.com sempat menyaksikan hamparan sawah millik Kiai Asep yang sangat subur.
Baca Juga: Petakan Potensi Desa, Mendes Yandri: Harus Jadi Supplier Bahan Baku Makan Bergizi Gratis
“Ini memang bekas tempat kandang ayam. Jadi banyak pupuknya,” tutur H. Rifai, salah satu khadam setia Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada bangsaonline.com sembari menunjukkan sawah-sawah milik Kiai Asep yang sangat luas.
Kenapa harus pakai sawah milik Kiai Asep? Dan kenapa biaya ditanggung sendiri oleh Kiai Asep? “Kalau orang kampung kan gak punya uang. Mereka jelas gak mungkin mau. Tapi nanti kalau tanaman itu sukses sebagai proyek percontohan, mereka akan meniru,” kata Kiai Asep.
Inilah memang yang diharapkan Kiai Asep. Sehingga warga Mojokerto termotiviasi untuk maju.
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Tangkap Buron Penganiayaan
Kiai Asep berharap program inspiratif ini terus menginspirasi dari desa ke desa, dari kelurahan ke kelurahan, sehingga meluas ke seluruh Kabupaten Mojokerto. “Kalau masyarakat melihat hasil dan untung, mereka akan meniru,” katanya.
Apalagi jenis padi yang ditanam berupa bibit unggul. “Usianya 70 hari dan bisa menghasilkan dua kali lipat,” kata Kiai Asep.
Dalam pertanian ini, Kiai Asep melibatkan Dr. Fadli Usman, Tim Riset dan Dosen Universitas Brawijaya Malang.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Yang juga menarik, Kiai Asep tidak hanya ingin menyejahterakan dan memakmurkan rakyat Mojokerto. Tapi juga ingin menciptakan clean governance. “Clean governance itu harus. Mojokerto harus bebas korupsi,” tegas Kiai Asep.
Kiai Asep mengaku akan bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar APBD dan dana dari pemerintah pusat bisa dikontrol dan tidak dikorupsi. “Mana ada OPD-OPD yang korupsi itu kaya. Karena uang korupsi itu gak barakah,” katanya sembari mengungkapkan bahwa uang hasil korupsi umumnya dibuat main perempuan, judi, dan mabuk-mabukan.
Yang pasti, warga Kembangbelor – terutama beberapa petani - yang hadir pada acara ini tampak sangat senang dengan program-program prorakyat yang digencarkan Kiai Asep. Bahkan Lurah Kembangbelor Muhtar Efendi menyambut gembira program inspiratif yang dicanangkan Kiai Asep. Apalagi Kiai Asep tidak hanya mencanangkan program, tapi sekaligus dengan biayanya.
Baca Juga: Aqiqah Cucu ke-20 Kiai Asep, Prof Ridwan Nasir Singgung Rabiah Al Adawiyah dan Khofifah
Usai menggelar istighatsah, Kiai Asep mengajak rombongan, termasuk bangsaonline.com untuk menyaksikan realisasi gerakan program inspiratif ini. Kiai Asep dan rombongan berkeliling ke sungai dan sawah yang jadi area program percontohan. Kiai Asep juga mengunjungi pembangunan wisata di kawasan Kembangbelor yang merupakan swadaya masyarakat. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News