BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Pandemi Covid-19 sedikit banyak berdampak pada usaha kain tenun yang ditekuni oleh salah satu warga di Desa Sarangan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Namun hal itu tidak lantas menjadikan Sholihah (57), pemilik home industry kerajinan tenun lesu. Dia tetap bersemangat dan mencoba bangkit di tengah badai pandemi.
Ditemui BANGSAONLINE.com Selasa (23/2/21) di rumahnya, Sholihah bercerita panjang tentang sepak terjangnya di dunia tenun kain. Ilmu bertenun itu dia dapatkan dari pengalaman berkerja di sebuah pabrik di Kabupaten Gresik. Selanjutnya pada 2010 dia mencoba mengembangkan kemampuannya di rumah.
Baca Juga: Dicopot saat Naik Haji, Direktur RSUD Bojonegoro Ikuti Sumpah Jabatan Sambil Ibadah di Masjid Nabawi
"Waktu itu saya nekat pulang kampung dan buat alatnya sendiri. Awalnya hasil tenunan saya masih belum begitu diminati, tapi saya terus kembangkan dengan mencari ide motif-motif yang menarik," jelas perempuan yang akrab disapa Mbak Kah itu.
Seiring berjalannya waktu, proses yang ditekuni Sholihah itu mulai dilirik orang. Satu per satu hasil tenunnya mulai diminati dan dipesan. Usaha ibu dua anak itu terus berkembang hingga akhirnya merekrut sejumlah karyawan. Sampai saat ini ada sebanyak delapan orang pekerja yang membantu menenun Sholihah di rumahnya.
"Ibu-ibu sekitar sini saja (pekerjanya). Ada juga tiga cewek yang masih kuliah ikut bertenun. Sistem kerjanya borongan, jadi upahnya tinggal mengalikan berapa potong kain yang didapat," jelasnya.
Baca Juga: Bupati Ana Dituding Bunuh Mimpi Pemuda dan Telantarkan Pendidikan Warga Bojonegoro
Lebih lanjut dia mengatakan, pola pemasaran yang dilakukan yaitu secara online dan offline. Dengan dibantu anaknya, hasil tenunan yang sudah jadi di pasarkan melalui media sosial. Sementara itu yang offline melalui mulut ke mulut.
"Pembelinya daerah Bojonegoro dan sekitarnya saja. Ada yang paling jauh dari Jakarta, itu saja. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah banyak yang pesan," ujarnya.
Baca Juga: Menpan RB Apresiasi Bupati Bojonegoro yang Peduli Nasib Guru
(Kain hasil tenunan Bu Sholilah)
Sholihah punya berbagai motif kain tenun dari hasil pengerjaannya, seperti motif bunga dan daun. Yang terbaru adalah motif khayangan api dan wayang thengul, dua motif ini merupakan ikon khas Bojonegoro. "Yang paling diminati akhir-akhir ini motif wayang thengul yang dipopulerkan oleh Bu Anna Muawanah (Bupati Bojonegoro)," jelasnya.
Dia berharap Bupati Anna ikut membantu mempromosikan hasil produk tenunnya hingga tembus mancanegara. "Ya, biar ada rasa kepuasan," ujarnya sambil tersenyum menanggapi alasan permintaannya.
Baca Juga: Cukup Datang ke Desa, Disdukcapil Bojonegoro Permudah Pengurusan e-KTP
Seperti gayung bersambut, Bupati Anna melalui akun instagramnya telah memposting hasil tenun karya warga Sarangan, Kecamatan Kanor itu. Dalam postingannya tiga hari lalu, Bu Anna menulis, "Khasanah mahakarya leluhur yang tidak mudah dijumpai di beberapa negara. Cara membuatnya yang unik dan nyentrik menghasilkan berbagai corak, dan desain yang sangat artistik sangat cocok bagi wanita mancanegara".
Caption itu dapat disimpulkan bahwa Bupati Anna sudah turut mempromosikan produk tenun Sholihah. Bupati juga menyebut sudah mempunyai koleksi berbagai motif hasil tenun Sholihah.
"Terima kasih wargaku semua," petikan akhir pada tulisan Bupati Anna saat memposting tenun karya Sholihah.
Baca Juga: Wadahi Kreativitas Milenial, Semarakkan HUT ke-77 RI, Disbudpar Bojonegoro Gelar Lomba Dance
Tak pelak, postingan itu mendapat respons yang positif dari pengikut akun instagram bupati. Akun @ulfanurma berkomentar, "keren Bu, menjadi suatu kebanggaan untuk saya warga Sarangan". Akun @arjunarasya12 menyebut hasil tenun Bu Sholihah berkelas dunia.
(Bu Sholihah, Perajin Tenun asal Desa Sarangan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro)
Baca Juga: Peneliti Sebut IPM Bojonegoro Bakal Naik 72.08 di 2024, Efek Beasiswa Mahasiswa
Alami Masa-masa Sulit Hingga Berada di Titik Nol
Menggapai hidup yang mapan dan sejahtera adalah harapan Sholihah. Dia sempat mengalami masa-masa sulit, hingga akhirnya memutuskan untuk merantau ke Kabupaten Gresik. Di sana dia menjadi buruh tenun di sebuah perusahaan sarung ternama. Dari situ dia dapatkan ilmu bertenun.
Dia juga menjadi peserta PKH sejak 2017 terakhir. Uang bantuan dari pemerintah dia sisihkan sebagian untuk menambah belanja benang, sebelum akhirnya ditenun menjadi kain bernilai ratusan ribu rupiah.
Baca Juga: Angka Kematian Ibu Tinggi, Bupati Bojonegoro Minta Penanganan Kesehatan Terintegrasi
"Alhamdulillah. Saya juga berencana mengundurkan diri (dari penerima PKH, red), karena sedikit banyak hasil tenun ini sekarang sudah bisa saya nikmati," tuturnya.
Dari segi bangunan rumah, memang masih terlihat sederhana. Baru sekitar 6 meter persegi lantainya yang berkeramik, terutama di bagian ruang tamu. Selebihnya masih plesteran semen dan berdinding batu bata. Bahkan tempat kerajinan tenunnya yang berada di belakang rumah masih berdinding anyaman bambu. Sinar matahari dan angin bebas masuk ke tempat produksinya.
Meski begitu, di balik kesederhana itu di dalamnya terdapat orang-orang yang dengan cita-cita dan harapan tinggi. Sholihah ingin sejahtera dari jerih payahnya. Selain itu juga ingin anak-anaknya sukses. Kedua anaknya saat ini masih menempuh pendidikan, yang pertama di bangku kuliah dan yang kedua di bangku SMP.
Baca Juga: Produksi Ikan di Bojonegoro Tinggi, Bupati Minta Manfaatkan Digital Marketing
(Salah satu pegawainya yang sedang sibuk menenun)
Sementara itu untuk bisa sampai ke tempat kerajinan tenun Bu Sholihah yang berada di Desa Sarangan RT 003 / RW 002 ini harus melewati jalan berliku di tengah areal persawahan. Desa ini berada di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo.
Selanjutnya di pinggir persawahan, akan disambut gapura besar bertuliskan "Sarangan Praja Karaharjan" dan "Welcome Sarangan". Setelah itu beberapa meter lagi sudah akan sampai di rumahnya. Dari depan sekilas seperti rumah warga umumnya, namun ketika masuk ke tempat kerjanya yang berada di belakang rumah akan dibuat heran.
Alat tenun manual yang terbuat dari kayu berjajar rapi menghadap ke timur. Suara tatapan kayu tik, tok, tik, tok bersahutan saat pekerja sedang beraktivitas. Selain memproduksi kain tenun untuk bahan baju, para pekerja juga memproduksi tenun jenis sarung bernilai tinggi. (nur/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News