SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Data BPS menyebutkan, bahwa angka stunting di Provinsi Jawa Timur masih sekitar 26,8 persen. Dari angka tersebut, Kabupaten Probolinggo menempati peringkat tertinggi, kemudian disusul Kabupaten Bondowoso, serta beberapa kabupaten lainnya.
"Saya pikir ini menjadi PR kita bersama. Berbicara data ini kan sebagai sebuah evaluasi saja. Namun, yang terpenting nanti adalah bagaimana kita melakukan intervensinya," kata Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Prov Jatim Sukaryo Teguh Santoso dalam acara Ngoper Kanan (Ngopi Bareng Kaper dan Rekan-rekan), Jumat (26/2/2021).
Baca Juga: Panas! Saling Sindir soal Stunting hingga 'Kerpek' Catatan Warnai Debat Terakhir Pilbup Jombang 2024
Dengan mengambil tema "Sinergi Program Bangga Kencana untuk Keluarga Jawa Timur Berkualitas dan Sejahtera", Teguh menginstruksikan supaya penyuluh KB memperkuat posisinya di lapangan. Karena seperti diketahui, para penyuluh KB (PKB) memiliki kader-kader sampai ke akar rumput (grassroot) untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak.
"Konkretnya, teman-teman penyuluh KB dan para kadernya kita instruksikan untuk mengidentifikasi dan melakukan pendampingan terhadap bumil (ibu hamil) yang berpotensi stunting. Seperti bumil kehamilan ketiga atau bumil dari ibu yang melakukan perkawinan usia remaja," sebutnya mencontohkan.
Dalam kesempatan ini, Teguh juga menyampaikan kunci utama dalam mencegah stunting adalah menjaga asupan nutrisi di 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Adapun untuk menyosialisasikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan, dilakukan oleh kelompok-kelompok kegiatan yang sudah ada, seperti BKB (Bina Keluarga Balita).
Baca Juga: Sambut Hari Kesehatan Nasional ke-60, Dinkes Kota Batu Bidik Sekolah Gelar Aksi Bergizi
Teguh juga mengingatkan kepada para penyuluh KB yang bekerja di lapangan agar tidak bekerja sendiri. Ia menekankan untuk selalu berkolaborasi dengan semua pihak terkait.
"Dekati semua tokoh masyarakat, lembaga-lembaga, perguruan tinggi, bahkan sekolah-sekolah. Atau kelompok-kelompok sosial manapun untuk menjadi mitra kita dalam operasional di lapangan," pintanya.
Acara yang dikemas dalam talkshow tersebut juga menghadirkan Kepala Bakorwil V Jember R. Tjahjo Widodo serta Penyuluh KB Kota Surabaya Emi Saraswati.
Baca Juga: Pemkot Pasuruan Meriahkan Hari Ikan Nasional dengan Lomba Masak dan Senam Gemarikan
Dalam kesempatannya, Tjahjo menjelaskan bahwa angka stunting di wilayah Bakorwil V Jember cukup tinggi, tetapi selama ini penanganan terus berjalan. Sehingga atas tugas penekanan pada BKKBN, akan bisa menurunkan angka stunting tersebut.
"Tapi yang jelas, integrasi, kooordinasi, dan sinergi seperti apa yang disampakan Bapak Kaper itu yang harus kita laksanakan secara bersama-sama. Insya Allah dengan demikian, harapan dari Gubernur terwujud, harapan Bapak Presiden terwujud, peningkatan kualitas keluarga harus kita wujudkan," jelasnya.
Tjahjo sependapat, bahwa upaya preventif harus digerakkan untuk mencegah stunting. Mulai hamil pertama kali sudah harus dijaga kesejahteraan, kesehatan, dan gizi anak, sehingga akan mengurangi dampak-dampak terjadinya angka stunting.
Baca Juga: Satgas TMMD 122 Gandeng Pemkab Kediri Gelar Workshop Olahan Makanan Sehat
Tjahjo menambahkan bahwa kasus stunting dalam perkembangannya akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, dan negara. "Tapi, jangan sampai anak yang terlanjur stunting ini tidak mendapat perhatian khusus. Sehingga harus ada penanganan khusus bagaimana anak-anak supaya tidak terjadi stunting," tambahnya. (ian/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News