Konflik Internal, 70 Santri di Ngadiluwih Terlantar

Konflik Internal, 70 Santri di Ngadiluwih Terlantar Para santri laki-laki saat ikut membantu mengangkat material di lokasi pembangunan Ponpes Mifa yang baru.

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Sedikitnya 70 santri Ponpes Mifa di Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten , nasibnya terkatung-katung karena pondok yang menjadi tempat mereka menimba ilmu mengalami konflik internal. Kini puluhan santri dari berbagai daerah, termasuk dari luar Jawa seperti NTT itu, harus terlantar.

Beruntung ada salah satu wali santri yang berbaik hati dengan mewakafkan sebagian tanah pekarangannya di Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten , untuk menampung mereka. Tentu saja mereka tidak bisa langsung menempati, karena masih harus dibangun terlebih dulu.

Baca Juga: Uniska Jalin Kerja Sama dengan Bank Indonesia Melalui Program Beasiswa

KH. Ahyar Sya'roni, Pengasuh Ponpes Mifa, mengatakan membenarkan telah terjadi konflik internal di pondoknya, sehingga para santri harus mengalah.

"Kami beruntung ada salah satu wali santri yaitu Pak Haji Mahmud yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk menampung para santri. Tapi karena yang diwakafkan masih berupa pekarangan, maka masih perlu waktu karena harus membangun dulu tempatnya," kata Kiai Ahyar Sya'roni, Senin (15/3).

Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60

Menurut Kiai Ahyar Sya'roni, tanah yang diwakafkan itu masih satu kecamatan, tepatnya di Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih. Tanah wakaf itu saat ini masih dalam proses pembangunan.

"Ini tadi sebagian santri laki-laki ikut membantu dengan mengangkut bahan material seperti batu bata dan batako. Sedangkan untuk membangun pondoknya sendiri melibatkan tukang bangunan," tambah Kiai Ahyar.

Sementara itu, salah satu santri asal NTT, Don Dasilva Dona (17), mengaku sedih dengan kepindahannya dari pondok pesantren lama. Tapi Don Dasilva tetap mengikuti apa kata kiainya.

Baca Juga: OTK Penantang Duel Kabag Ops Polres Kediri Kota Diamankan, Ternyata Menderita Gangguan Jiwa

"Ketika kami diajak pindah ke sini, kami ya nurut saja. Karena memang belum ada bangunannya, ya kami harus membantu ikut angkat-angkat batu bata dan batako ini," kata Don Dasilva yang mengaku dari Kupang, NTT, itu.

Sedangkan Drs. Manon Kusiroto, Perangkat Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih, menjelaskan bahwa pihak desa akan mendukung pembangunan pondok pengganti, sebagai tempat para santri dalam menuntut ilmu.

"Tentu saja pihak desa menyarankan pengurus pondok pesantren untuk melengkapi syarat-syarat pendirian pondok, agar di kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Manon.

Baca Juga: Kejari Kabupaten Kediri, Kenalkan Program Sareng Jaga Desa

Menurut Manon, selain wali santri yang mewakafkan sebagian tanahnya, ternyata para tetangga juga ikut mewakafkan tanahnya untuk membangun pondok.

"Warga juga banyak yang membantu dalam bentuk lain, seperti mengirim bahan material dan bahan makanan," pungkas mantan Ketua PPK Ngadiluwih itu. (uji/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO