BangsaOnline - Bagian ketiga dari kehebatan Iblis adalah tetap tenang, tegar dan malah mencep sambil bilang "aku ra popo". "Aku tidak apa-apa, juga tidak kecewa terhadap kutukan Tuhan".
Bisa dibayangkan, Tuhan kok sampai mengutuk, berarti itu saking marah-Nya. Tidak ada kutukan yang lahir dari sifat kasih sayang. Kutukan pasti lahir dari sifat kemurkaan. Sudah dibentak sedemikian keras, sudah dikutuk sedemikian mengerikan, Iblis sama sekali tak gentar, justru malah meminta keistimewaan luar biasa untuk dirinya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Gunung-Gunung Ikut Bertasbih
"Ya Tuhan, beri aku umur panjang hingga akhir zaman nanti".
Untuk mengukur sehebat apa ketangguhan mental Iblis, bisalah kita ambil kisah Tuhan bertajalli, melakukan penampakan di gurun Sinay ketika nabi Musa A.S. beraudisi di sono. Musa A.S. amat penasaran ingin melihat wujud Tuhan yang disembah-Nya, lantas meminta agar Tuhan segera menampakkan diri. Tuhan mengerti bahwa itu tidak baik bagi kesehatan Musa, lalu memberi jalan keluar dengan cukup melihat di atas gunung nan jauh.
Tuhan bertajalli disana dan gunung itu retak, begitu pula Musa. Sponta dia jatuh terkapar dan pingsang berat, sebelum tuntas melihat Diri Tuhan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Nabi Daud Melahirkan Generasi Lebih Hebat, Bukan Memaksakan Jabatan
Artinya, gunung saja retak dan nabi Musa saja klenger padahal dari jauh dan hanya melihat. Sementara Iblis ada di depan Tuhan dan dibentak-bentak, eh malah mencep, "aku ora opo-opo".
Itulah pesan, bahwa Iblis itu sangat kuat, sangat serius menjerumuskan kita. Dia sudah siap memborong neraka menjadi huniannya kelak. Kini Iblis mencari teman sebanyak-banyaknya lewat cara apa saja.
Selain itu, Iblis meminta agar diberi umur panjang hingga hari akhir nanti. Umur panjang baginya bukan dimanfaatkan untuk memperbaiki diri dengan bertobat dan meminta ampunan kepada Tuhan agar kutukan dicabut dan selanjutnya menjadi makhluk berbakti. Tidak, tidak begitu yang dikehendaki Iblis. Umur panjang baginya justru dipakai untuk menjerumuskan anak Adam dan mengajak mereka sebanyak-banyaknya menjadi penghuni neraka.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: 70 Persen Hakim Masuk Neraka
Dengan umur yang sebanding dengan umur dunia ini, Iblis merasa puas menikmati segala yang ada di dunia dari berbagai hal. Jenis kedurhakaan macam apa saja, dari yang klasik hingga yang paling modern, dia telah menikmatinya. Baginya, itu cukup seimbang dengan siksa di neraka nanti. Bisa jadi, si Iblis meyakini bahwa api neraka tidak terlalu signifikan menyakiti dirinya, karena sama-sama api. Tidak sama dengan anak manusia yang tediri atas daging dan tulang, pastilah amat kesakitan dibakar api neraka. Untuk itu, pantaskah seorang mukmin berdoa agar panjang umur?.
Memang ada riwayat, katanya Rasulullah SAW pernah berdoa memohon panjang umur, tapi hal itu dipersoalkan. Pertama, shahihkah hadis itu dan kedua, apa maksudnya. Umur beliau hanya 63 tahun. Yang jelas, usia 63 bukan kategori umur panjang. Jika umur ini dianggap pendek, maka berarti doa Rasul ini tidak dikabulkan. Jika dipandang usia ideal, maka ada kepantasan. Yang termasyhur dari makna umur panjang adalah umur yang produktif dan berbarakah. Bukan panjang-panjangan secara kuantitas, melainkan padat-padatan amal secara kualitas.
Berbahagialah orang yang diberi umur panjang dan penuh amal kebajikan. Jangan sampai hanya panjang usianya, tapi pendek prestasinya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News