KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Aksi keprihatinan terhadap Wartawan Tempo Nurhadi masih bergulir. Di Mojokerto, aliansi pekerja media cetak, tv, radio, dan online tumplek-blek di alun-alun kota setempat.
Massa aksi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) mengecam dugaan tindak kekerasan oknum aparat terhadap profesi jurnalis.
Baca Juga: Polda Jatim Gelar Sarasehan Media Jelang Pilkada 2024
Aksi itu diwarnai aksi teatrikal penyerangan oknum aparat terhadap pekerja pers. Massa aksi yang berjumlah hampir 100 orang tersebut juga melakukan membuang id card di jalanan berikut kamera sebagai bentuk perlawanan. Alat kerja tersebut selanjutnya ditaburi dengan bunga sebagai simbol matinya demokrasi.
Ketua PWI Mojokerto Diak Eko Purwoto dalam orasinya, mengecam dan mengutuk tindakan barbar aparat. "Kami mengutuk dan mengecam keras tindakan barbar aparat. Semua aktor kekerasan harus diganjar hukuman," ucapnya.
Sebagai ketua PWI, ia juga menyampaikan sejumlah pernyataan sikap, yakni mengingatkan semua kalangan bahwa wartawan dilindungi undang-undang, kode etik yang sah di mata hukum.
Baca Juga: Undangan Sambung Guyub Dianggap Pilih-pilih Wartawan, Humas Polres Kediri Kota Ngaku Lupa
"Kekerasan yang menimpa Nurhadi adalah bentuk ancaman terhadap pers nasional. Yakni ancaman terhadap kebebasan dan kemerdekaan pers yang sejatinya harus dilindungi negara," katanya.
PWI juga mendesak aparat penegak hukum mengusut kasus ini secara tuntas dan membawa pelaku ke pengadilan.
Baca Juga: Polda Jatim Ajak Media Bersinergi Jaga Kondusivitas Pilkada 2024
(Jajaran Forkopimda dan ketua PWI Mojokerto melepaskan merpati sebagai simbol kebebasan berpendapat dan berorganisasi)
Aksi orasi itu dilakukan secara bergantian oleh para wartawan, seperti oleh Mujiono dari Jurnal Mojo.com dan Shiro dari Lentera Inspiratif.com
Aksi dilanjutkan dengan aksi peletakan id card dan kamera di jalanan, dan dilanjutkan dengan aksi tabur bunga. Di atas alat kerja yang diletakkan sebagai simbol perlawanan tersebut, dua wartawan diserang secara beramai-ramai oleh wartawan yang lain. Aksi teatrikal wartawan ini mendapat penjagaan cukup ketat dari aparat kepolisian setempat.
Baca Juga: Gandeng PWI Jombang, Cabdindik Gelar Bimbingan Strategi Pengelolaan Medsos
Yang menarik, aksi ini dihadiri oleh segenap jajaran Forkopimda. Mulai dari Kapolres Mojokerto Kota, Kapolres Mojokerto, Wawali Mojokerto, Kejari Mojokerto, Dandim 0815 Mojokerto, dan Kemenag setempat.
Wawali Mojokerto Achmad Rizal Zakaria sempat memberikan sambutan dalam aksi ini. Orang nomor dua di Kota Mojokerto ini secara tegas mengecam aksi kekerasan terhadap media. "Kami tidak dapat membenarkan dan mengecam aksi tersebut. Namun kita mendengar kasus ini sudah diusut oleh aparat kepolisian, dan kita serahkan penanganannya kepada petugas,'' ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Kabupaten Mojokerto AKBP Dony Alexander memaparkan, jika pihaknya mendukung apa yang dikatakan wawali. "Kami mendukung apa yang dikatakan Pak Wawali, dan mempercayakan pengusutan dugaan kekerasan terhadap wartawan melalui tim yang dibentuk Polda Jatim,'' paparnya.
Baca Juga: Berangkat ke Porwanas XIV di Banjarmasin, 2 Atlet Catur PWI Kediri Targetkan Emas
Dia menjelaskan jika di Mojokerto, pihaknya tetap menjaga sinergitas yang telah terjalin selama ini antara polres dan wartawan. "Di Mojokerto kita menjalin sinergitas antara kepolisian dan wartawan," pungkasnya.
Aksi itu ditutup dengan pelepasan burung merpati oleh Forkopimda dan Ketua PWI Mojokerto sebagai simbol ketulusan dan kebebasan wartawan. (yep/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News