KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Puluhan hektare tanaman padi di Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri terserang penyakit potong leher. Bila tidak segera teratasi, terancam gagal panen. Penyakit potong leher ini tidak menutup kemungkinan juga menyerang tanaman padi di tempat lain.
Agus, salah satu petani di Kecamatan Tarokan membenarkan tanaman padinya diserang penyakit yang dinamakan potong leher. Menurut Agus, harus dilakukan penyemprotan dengan fungisida untuk mengatasi penyakit itu.
Baca Juga: Uniska Jalin Kerja Sama dengan Bank Indonesia Melalui Program Beasiswa
"Waktu penyemprotan penyakit potong leher ini aturannya tidak boleh kedahuluhan matahari terbit. Makanya sebelum matahari terbit, kami sudah melakukan penyemprotan ini," kata Agus, Sabtu (15/5).
Sementara itu, Yayuk Anisa, S.P., M.Agr., PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri juga membenarkan saat ini ada tanaman padi yang terserang penyakit potong leher.
Menurut Yayuk, penyakit potong leher disebabkan oleh jamur pyricularia oryzae. Penyakit ini sebenarnya tidak tiba-tiba muncul di lahan sawah petani. Melainkan diawali dengan munculnya bercak-bercak coklat menyerupai belah ketupat pada stadium vegetative atau masa anakan padi yang disebut dengan blast daun.
Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60
"Pada stadium generatif masa bunting dan pengisian buah, selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher mulai disebut blast leher (neck blast) atau sering disebut potong leher. Nah, kalau dibiarkan akan menyerang batang yang berakibat busuk pada batangnya sehingga bulir padi jadi tidak maksimal pengisianya," katanya, Sabtu (15/5).
Dia menjelaskan penyebab tanaman padi bisa terserang penyakit blast dan potong leher, antara lain karena kelembapan yang tinggi, jarak tanam yang terlalu rapat, penggunaan pupuk yang berunsur N misal pupuk urea terlalu tinggi yang bisa memicu pertumbuhan jamur, dan kurang diperhatikannya pembersihan gulma.
Cara pengendaliannya, ungkap Yayuk, dengan pencegahan sedari awal antara lain dengan penggunaan varietas tahan penyakit, jarak tanam tidak terlalu rapat atau disarankan menggunakan sistem jajar legowo, serta mengurangi penggunaan pupuk dengan unsur N.
Baca Juga: OTK Penantang Duel Kabag Ops Polres Kediri Kota Diamankan, Ternyata Menderita Gangguan Jiwa
"Jika ditemukan gejala blast segera dikendalikan menggunakan fungisida. Blast pada umumnya menyerang padi masa primordia atau sebelum bunting, yaitu sekitar umur 45 hari atau mulai umur padi "isen-isen" pengisian bulir," terangnya.
"Kalau tidak segera dikendalikan, nantinya akan mengganggu dari proses pengisian bulir, mengakibatkan padi gabug atau tidak terisi," pungkas Yayuk seraya mengimbau petani yang menemukan blast agar segera menghubungi petugas PPL atau POPT agar segera diadakan gerakan pengendalian (gerdal). (uji/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News