KEDIRI (BangsaOnline) – Puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Blimbing 1 Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan sistem gabung. Seluruh siswa dikumpulkan menjadi satu dalam tiga ruang kelas, karena sebagian gedung sekolah mereka digunakan untuk tempat pengungsian para korban bencana tanah longsor.
Untuk siswa kelas 5 digabung dengan kelas 6, siswa kelas 3 digabung dengan kelas 4, sedangkan siswa kelas 1 digabung dengan kelas 2 . Satu ruang kelas itu dipisahkan dengan menggunakan skat dari kain yang dibentangkan di bagian tengah kelas.
Kepala SDN Blimbing 1 Gustur Sabarudin menjamin (KBM) tidak akan terganggu, meskipun siswa harus belajar dengan sistem gabung. Sebab, jumlah siswa relatif sedikit, yakni hanya 75 orang dan masih memungkinkan untuk dikumpulkan dalam tiga lokal kelas.
Baca Juga: BPK RI Data Warga Penerima Bantuan Rumah di Desa Selopuro Nganjuk
“Sudah ada instruksi dari Kepala UPTD Kecamatan Mojo bahwa siswa dari ruang kelas di bawah dipindah ke atas, karena ruang kelas dibawah dikosongkan untuk para pengungsi. Tidak ada masalah tentang penggabungan ini, karena siswa tetap bisa mengikuti KBM dengan baik,” tegas Gustur Sabarudin, Kamis (26/2) pagi.
Gustur menambahkan, KBM sistem gabung rencananya berlangsung selama 6 bulan, jangka waktu program relokasi para korban bencana tanah longsor ke lahan perhutani di Desa Blimbing. Tiga ruang kelas yakni, untuk kelas 1, kelas 3 dan kelas 6 dikosongkan untuk para pengungsi.
Untuk diketahui, ratusan warga Dusun Jeti dan Dusun Juron mengungsi ke gedung SDN Blimbing 1 karena takut terjadi longsor susulan. Hari kedua di tempat pengungsian, sebagian dari pengungsi, khususnya kaum pria kembali ke rumah untuk mencari rumput, makanan ternak mereka. Sedangkan kaum pereumpuan, orang tua dan anak-anak memilih bertahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News