BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Banyaknya korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Kecamatan Arosbaya Bangkalan Madura menimbulkan ketakutan luar biasa. Saking takutnya ada famili meninggal pun tak berani takziyah karena takut tertular virus Covid-19.
Setidaknya, inilah pengakuan Hj. Yeni Susilowati, warga kampung Paserean, Kecamantan Arosbaya Bangkalan Madura kepada BANGSAONLINE.com, Minggu (13/7/2021) tadi malam. Ia mengaku tak datang nyelawat ketika familinya di Desa Berbeluk Kecamatan Arosbaya meninggal dunia.
Baca Juga: Tak Cukup Bukti, Bawaslu Bangkalan Hentikan Kasus Dugaan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu
“Saya gak datang (takziyah). Tapi kelurganya sudah memaklumi,” kata Yeni. Menurut dia, di keluarga familinya itu dua orang meninggal.
Ia bercerita bahwa sekarang warga jarang keluar rumah, kalau tak ada keperluan penting. “Saya belanja ke pasar pun tiga hari sekali. Saya beli telur lalu saya taruh kulkas,” tuturnya. Itu pun pilih waktu pagi saat orang belum ramai. Padahal dulu Yeni belanja tiap hari ke pasar.
Menurut Yeni, situasi sekarang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dulu, tutur Yeni, warga Paserean sangat abai terhadap protokol kesehatan. “Sekarang semua pakai masker,” katanya.
Baca Juga: Pj Bupati Bangkalan, Kadispora dan EO Ramai-Ramai Minta Maaf Atas Insiden Pembukaan POPDA Jatim
Mereka sekarang juga selalu menghindari kerumunan. Padahal dulu sebelum Covid-19 menyerang secara ganas di Arosbaya mereka biasa menggelar acara seperti mantenan, meski sudah ada imbauan dari pemerintah agar tak berkerumun.
Menurut Yeni, di Paserean tak banyak korban. “Yang parah kan di Arosbaya,” kata Yeni. Cuma ia tak tahu berapa korban meninggal di Arosbaya. “Saya tahunya kan di kampung saya saja, di Paserean,” tutur Yeni. Paserean ini bertetangga desa dengan Arosbaya. Tapi satu kecamatan yaitu Kecamatan Arosbaya.
Sekarang, kata Yeni, warga Paserean banyak mengamalkan dzikir dan salawat. Terutama burdah. Agar selamat dari Covid-19.
Baca Juga: Panitia Larang Puluhan Wartawan Masuk ke Acara Pembukaan POPDA dan PAPERDA di Bangkalan
“Ada burdah keliling,” katanya. Maksudnya, beberapa orang berkeliling kampung membaca salawat sembari memohon kepada Allah SWT agar selamat dari wabah Covid-19. Tentu mereka dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, terutama pakai masker danmenjaga jarak aman.
Burdah adalah qasidah yang berisi salawat puji-pujian kepada Rasulullah SAW. Burdah banyak diamalkan oleh warga NU.
Dalam catatan Wikipedia, Burdah diciptakan oleh ulama sufi besar dari Mesir bernama Imam Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M). Nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri. Selain menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qashidah lain. Di antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashidah Al-Hamziyah.
Baca Juga: Cawagub Lukman Gelar Sarasehan Bareng Emak-Emak di Bangkalan
Penciptaan Burdah ini ada sejarahnya. Suatu ketika Al-Bushiri menderita sakit lumpuh sehingga tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Lalu dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’atnya. Di dalam tidurnya, Al-Bushiri mimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi mengusap wajah Al-Bushiri, kemudian dia melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh Al-Bushiri. Saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari lumpuhnya.
Maka para ulama lalu banyak mengamalkan Burdah ciptaan Imam Al-Bushiri itu. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News