Prof Kiai Miliarder Itu Hampir Jadi Penjual Rokok Asongan di Terminal Joyoboyo Surabaya

Prof Kiai Miliarder Itu Hampir Jadi Penjual Rokok Asongan di Terminal Joyoboyo Surabaya Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. saat memberikan mau'idzah hasanah pada Haflah Akhirussanah Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) Amanatul Ummah Angkatan 13 di lantai 2 Masjid Masjid Kampus KH Abdul Chalim, Sabtu (19/7/2021) tadi malam. foto: mma/ bangsaonline.com

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Perjalanan hidup ulama kharismatik Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. ternyata penuh kegetiran. Kiai miliarder tapi dermawan yang dikenal sebagai praktisi pendidikan sukses itu sangat miskin ketika usia remaja. Padahal ia putra ulama besar yaitu KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri organisasi Nadhlatul Ulama (NU).

Memang Kiai Abdul Chalim wafat saat duduk di bangku SMA. Asep muda pun sebatang kara. Ia bahkan terpaksa berhenti sekolah karena tak ada yang membiayai. 

Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029

Ia kemudian mengembara ke berbagai daerah. Mencari orang yang mau menampung untuk sekedar bisa makan dan belajar. Ia siap dipekerjakan sebagai apa saja asal dikasih makan dan bisa baca buku atau belajar.

“Disuruh angon bebek atau kerja apa saja gak apa-apa, asal saya bisa makan,” kata pada Haflah Akhirussanah Lembaga Pendidikan Unggul Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Sabtu (19/7/2021).

Suatu saat, tutur , sebenarnya ada keluarga yang mau menampung. Tapi tak jadi karena istrinya menolak. “Jangan menampung orang gelandangan,” kata istri orang yang mau menampung itu ditirukan .

Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim

kembali melanjutkan perjalanan. Sampai dua tahun ia mengembara. Tapi akhirnya ia kembali lagi ke Sidoarjo dan Surabaya. Tapi kemauan kerasnya untuk mencari ilmu tetap membara. Ia pun berinisiatif berjualan rokok asongan di terminal Joyoboyo Surabaya.

lalu menyiapkan kotak kayu, tempat rokok yang biasanya dibawa untuk keliling menjajakan ke para penumpang bus dan kendaraan lainnya.

“Saat itu (kotak) sudah saya angkat,” kata .

Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa

Namun ia mengurungkan niatnya. “Saya berpikir gimana nanti kalau ketemu teman-teman. Saya malu,” kata yang pada bulan suci Ramadan lalu mengeluarkan sedekah dan zakat sebesar Rp 8 miliar dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk uang, beras, sarung, jarik,  mie instan, dan lainnya. 

Akhirnya Asep muda itu memilih jadi kuli bangunan. Namun dalam pikirannya tertanam prinsip bahwa kerja kasar itu bukan untuk selamanya. Ia punya cita-cita besar, meski saat itu miskin.

Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto

mengaku terpaksa jadi kuli bangunan karena butuh uang untuk mendaftar kuliah, di samping untuk makan tentunya. “Saya hidup sebatang kara,” kata .

Kini kehidupan berbalik 180 derajat. Kiai yang selalu berbaju putih itu bukan hanya kaya raya, tapi dikenal sebagai ulama besar dan berpengaruh. Bahkan pengukuhan guru besarnya dihadiri Presiden Jokow Widodo.

Namun yang paling monumental adalah kesuksesannya dalam mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren dalam waktu singkat. Hanya dalam jangka sekitar 10 tahun, pondok pesantren Amanatul Ummah yang didirikannya berkembang pesat. Santrinya mencapai 12 ribu orang. Bahkan lulusannya diterima di berbagai perguruan tinggi negeri favorit dan luar negeri.

Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah

Inilah legacy yang sulit ditandingi oleh kiai manapun. Apalagi banyak santrinya yang berprestasi. Tahun ini saja santri Amanatul Ummah yang diterima di perguruan tinggi luar negeri mencapai 100 orang lebih. Diantaranya di Amerika Serikat, Jerman, Singapura, Mesir, Rusia, China, Malaysia, Taiwan, dan negara-negara lainnya.

Begitu juga yang diterima di perguruan tinggi favorit dalam negeri. Ratusan santri Amanatul Ummah di ITB, Unair, Universitas Brawijaya, UINSA, UIN Malang, UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, Unej, IPB, dan universitas lainnya.

tak hanya aktif di pesantren yang dikelolanya. Sebagai aktivis ia aktif di berbagai organisasi profesi, sosial dan keagamaan. Di antaranya ia menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu). Yang menakjubkan, semua aktivitas Pergunu dibiayai sendiri lewat uang pribadi.

Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana

Karena itu kegiatan ulama dermawan itu padat luar biasa. Sabtu (19/7/2021) kemarin, BANGSAONLINE.com sempat mengikuti aktivitasnya sampai larut malam.

Salah satu kegiatan rutin adalah ritual salat malam. Kiai yang mengawali karirnya sebagai guru matematika dan Bahasa Inggris itu sejak pukul 3.00 pagi telah bangun dari kenyenyakan tidurnya.

Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%

Ia melangkah ke Masjid Raya KH Abdul Chalim yang terletak sekitar 10 meter dari kediamannya. Di masjid besar dan megah itu ia memimpin salat malam. Puluhan ribu santrinya – sebagian masih terkantuk-kantuk – mengikuti, menjadi makmum.

Salat malam itu terdiri dari 12 rakaat (6 kali salam) plus tiga rakaat salat witir (dua kali salam). lalu membaca kitab Muchtarul Ahadits – kumpulan Hadits pilihan – di depan ribuan santrinya.

Namun karena hari Sabtu, jadwal terbagi juga ke Institut KH Abdul Chalim (IKHAC). Yaitu perguruan tinggi Islam yang didirikannya.

Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto

Ia langsung bergegas menuju Kampus IKHAC yang jaraknya sekitar 2 kilometer. Di masjid kampus yang diresmikan Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa itu, mengimami salat Subuh yang jemaahnya para mahasiswa dan mahasiswi IKHAC.

(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. foto: mma/bangsaonline.com)

Usai salat Subuh membacakan Kitab Muchtarul Ahadits. Yang juga diikuti para mahasiswa IKHAC. Sampai pukul 7 pagi.

Tanpa jedah. lalu meluncur ke Surabaya. Jarak tempuh sekitar 1,5 jam, jika tak macet. Pukul 9.00 memberikan pengarahan dan ijazah doa kepada para santri yang lulus SMA Unggulan dalam acara Haflah Akhirussanah di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya.

Pantauan BANGSAONLINE.com, sekitar satu jam sebelum datang, para santri dan wali santri sudah menunggu. Mereka duduk tertib di kursi yang telah diasiapkan panitia dengan agak berjarak karena mengikuti protokol kesehatan.

Usai acara itu istirahat sejenak. Pada siang hari – pukul 13.00 - kembali memberikan maui’dzah hasanah untuk Haflah Akhirussanah. Kali ini untuk para santri Amanatul Ummah yang lulus Madrasah Aliyah.

Nah, usai memberikan pengarahan di Haflah Akhirussanah, sore itu, – usai salat Ashar - langsung mengajak BANGSAONLINE.com meluncur ke Kampus IKHAC Pacet Mojokerto. Kali ini bersama istri tercintanya, Nyai Alif Fadlilah. Turut dalam satu mobil KH Fathurrohman, Ketua Pergunu Kota Surabaya yang disebut sebagai “tukang bawa tas”.

Ternyata di Guest House IKHAC Pacet Mojokerto telah menunggu para pengurus Pergunu Pusat. Tampak Dr. Gatot (Sekjen Pergunu), Dr. Fadly Usman (Wakil Ketua Umum), M. Sururi (Ketua PW Pergunu Jatim), Dr. Saefullah (Ketua Pergunu Jabar), Dr. Aris Adi Leksono (Wakil Ketua), dan Dr. Baiq Mulyanah (Ketua Pergunu NTB yang juga Rektor Universistas Nahdlatul Ulama (UNU) Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dalam rapat Pergunu itu membahas rencana pendirian International Unviersity. Menurut , peletakan baru pertama perguruan tinggi prestius itu akan dilakukan pada 2022. Kini ia sedang menyelesaikan pembebasan lahan.

Selain universitas internasional, juga membahas rencana turba ke berbagai daerah untuk membentuk 17.000 PAC Pergunu di 514 kota dan kabupaten seluruh Indonesia yang tersebar di 34 provinsi.

Usai memberi pengarahan di rapat Pergunu, sekitar pukul 20.00 WIB, mengajak BANGSAONLINE.com mengikuti Haflah Akhirussanah Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) Amanatul Ummah Angkatan 13. Acara itu digelar di lantai 2 Masjid Masjid Kampus KH Abdul Chalim.

Pada acara yang diikuti para wali santri itu langsung memimpin istighatsah. Menurut , istighatsah itu selain untuk keselamatan kita semua, termasuk dari Covid-19, juga untuk kelancaran dan kesuksesan para santri yang lulus dalam melanjutkan studi, disamping masa depan mereka.

yang piawai memotivasi santri itu minta jangan pernah berhenti belajar. “Kalau menurut Imam Ghazali, kita mencari ilmu ya untuk ilmu,” katanya. Kelak, kata , setelah kita memiliki ilmu akan muncul pengetahun dan petunjuk dalam kehidupan. Karena itu tak perlu banyak berpikir tentang pekerjaan dan lain sebagainya. Yang penting tekun belajar dan belajar. (m mas’ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO