MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Perjalanan hidup ulama kharismatik Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. ternyata penuh kegetiran. Kiai miliarder tapi dermawan yang dikenal sebagai praktisi pendidikan sukses itu sangat miskin ketika usia remaja. Padahal ia putra ulama besar yaitu KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri organisasi Nadhlatul Ulama (NU).
Memang Kiai Abdul Chalim wafat saat Kiai Asep duduk di bangku SMA. Asep muda pun sebatang kara. Ia bahkan terpaksa berhenti sekolah karena tak ada yang membiayai.
Baca Juga: Di Hadapan Mendagri, Anggota DPR RI Ungkap Tumpukan Uang dan Pelanggaran ASN dalam Pilbup Mojokerto
Ia kemudian mengembara ke berbagai daerah. Mencari orang yang mau menampung untuk sekedar bisa makan dan belajar. Ia siap dipekerjakan sebagai apa saja asal dikasih makan dan bisa baca buku atau belajar.
“Disuruh angon bebek atau kerja apa saja gak apa-apa, asal saya bisa makan,” kata Kiai Asep pada Haflah Akhirussanah Lembaga Pendidikan Unggul Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Sabtu (19/7/2021).
Suatu saat, tutur Kiai Asep, sebenarnya ada keluarga yang mau menampung. Tapi tak jadi karena istrinya menolak. “Jangan menampung orang gelandangan,” kata istri orang yang mau menampung itu ditirukan Kiai Asep.
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Kiai Asep kembali melanjutkan perjalanan. Sampai dua tahun ia mengembara. Tapi akhirnya ia kembali lagi ke Sidoarjo dan Surabaya. Tapi kemauan kerasnya untuk mencari ilmu tetap membara. Ia pun berinisiatif berjualan rokok asongan di terminal Joyoboyo Surabaya.
Kiai Asep lalu menyiapkan kotak kayu, tempat rokok yang biasanya dibawa untuk keliling menjajakan ke para penumpang bus dan kendaraan lainnya.
“Saat itu (kotak) sudah saya angkat,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
Namun ia mengurungkan niatnya. “Saya berpikir gimana nanti kalau ketemu teman-teman. Saya malu,” kata Kiai Asep yang pada bulan suci Ramadan lalu mengeluarkan sedekah dan zakat sebesar Rp 8 miliar dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk uang, beras, sarung, jarik, mie instan, dan lainnya.
Akhirnya Asep muda itu memilih jadi kuli bangunan. Namun dalam pikirannya tertanam prinsip bahwa kerja kasar itu bukan untuk selamanya. Ia punya cita-cita besar, meski saat itu miskin.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Kiai Asep mengaku terpaksa jadi kuli bangunan karena butuh uang untuk mendaftar kuliah, di samping untuk makan tentunya. “Saya hidup sebatang kara,” kata Kiai Asep.
Kini kehidupan Kiai Asep berbalik 180 derajat. Kiai yang selalu berbaju putih itu bukan hanya kaya raya, tapi dikenal sebagai ulama besar dan berpengaruh. Bahkan pengukuhan guru besarnya dihadiri Presiden Jokow Widodo.
Namun yang paling monumental adalah kesuksesannya dalam mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren dalam waktu singkat. Hanya dalam jangka sekitar 10 tahun, pondok pesantren Amanatul Ummah yang didirikannya berkembang pesat. Santrinya mencapai 12 ribu orang. Bahkan lulusannya diterima di berbagai perguruan tinggi negeri favorit dan luar negeri.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Inilah legacy Kiai Asep yang sulit ditandingi oleh kiai manapun. Apalagi banyak santrinya yang berprestasi. Tahun ini saja santri Amanatul Ummah yang diterima di perguruan tinggi luar negeri mencapai 100 orang lebih. Diantaranya di Amerika Serikat, Jerman, Singapura, Mesir, Rusia, China, Malaysia, Taiwan, dan negara-negara lainnya.
Begitu juga yang diterima di perguruan tinggi favorit dalam negeri. Ratusan santri Amanatul Ummah di ITB, Unair, Universitas Brawijaya, UINSA, UIN Malang, UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, Unej, IPB, dan universitas lainnya.
Kiai Asep tak hanya aktif di pesantren yang dikelolanya. Sebagai aktivis ia aktif di berbagai organisasi profesi, sosial dan keagamaan. Di antaranya ia menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu). Yang menakjubkan, semua aktivitas Pergunu dibiayai sendiri lewat uang pribadi.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Karena itu kegiatan ulama dermawan itu padat luar biasa. Sabtu (19/7/2021) kemarin, BANGSAONLINE.com sempat mengikuti aktivitasnya sampai larut malam.
Salah satu kegiatan rutin Kiai Asep adalah ritual salat malam. Kiai yang mengawali karirnya sebagai guru matematika dan Bahasa Inggris itu sejak pukul 3.00 pagi telah bangun dari kenyenyakan tidurnya.
Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Gus Barra Borong Dagangan di Pasar Trawas
Ia melangkah ke Masjid Raya KH Abdul Chalim yang terletak sekitar 10 meter dari kediamannya. Di masjid besar dan megah itu ia memimpin salat malam. Puluhan ribu santrinya – sebagian masih terkantuk-kantuk – mengikuti, menjadi makmum.
Salat malam itu terdiri dari 12 rakaat (6 kali salam) plus tiga rakaat salat witir (dua kali salam). Kiai Asep lalu membaca kitab Muchtarul Ahadits – kumpulan Hadits pilihan – di depan ribuan santrinya.
Namun karena hari Sabtu, jadwal Kiai Asep terbagi juga ke Institut KH Abdul Chalim (IKHAC). Yaitu perguruan tinggi Islam yang didirikannya.
Baca Juga: Kampanye Simpatik Pasangan Mubarok, Kiai Asep Gelorakan Semangat untuk Masyarakat
Ia langsung bergegas menuju Kampus IKHAC yang jaraknya sekitar 2 kilometer. Di masjid kampus yang diresmikan Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa itu, Kiai Asep mengimami salat Subuh yang jemaahnya para mahasiswa dan mahasiswi IKHAC.
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. foto: mma/bangsaonline.com)
Usai salat Subuh Kiai Asep membacakan Kitab Muchtarul Ahadits. Yang juga diikuti para mahasiswa IKHAC. Sampai pukul 7 pagi.
Tanpa jedah. Kiai Asep lalu meluncur ke Surabaya. Jarak tempuh sekitar 1,5 jam, jika tak macet. Pukul 9.00 Kiai Asep memberikan pengarahan dan ijazah doa kepada para santri yang lulus SMA Unggulan dalam acara Haflah Akhirussanah di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya.
Pantauan BANGSAONLINE.com, sekitar satu jam sebelum Kiai Asep datang, para santri dan wali santri sudah menunggu. Mereka duduk tertib di kursi yang telah diasiapkan panitia dengan agak berjarak karena mengikuti protokol kesehatan.
Usai acara itu Kiai Asep istirahat sejenak. Pada siang hari – pukul 13.00 - Kiai Asep kembali memberikan maui’dzah hasanah untuk Haflah Akhirussanah. Kali ini untuk para santri Amanatul Ummah yang lulus Madrasah Aliyah.
Nah, usai memberikan pengarahan di Haflah Akhirussanah, sore itu, Kiai Asep – usai salat Ashar - langsung mengajak BANGSAONLINE.com meluncur ke Kampus IKHAC Pacet Mojokerto. Kali ini Kiai Asep bersama istri tercintanya, Nyai Alif Fadlilah. Turut dalam satu mobil KH Fathurrohman, Ketua Pergunu Kota Surabaya yang disebut sebagai “tukang bawa tas”Kiai Asep.
Ternyata di Guest House IKHAC Pacet Mojokerto telah menunggu para pengurus Pergunu Pusat. Tampak Dr. Gatot (Sekjen Pergunu), Dr. Fadly Usman (Wakil Ketua Umum), M. Sururi (Ketua PW Pergunu Jatim), Dr. Saefullah (Ketua Pergunu Jabar), Dr. Aris Adi Leksono (Wakil Ketua), dan Dr. Baiq Mulyanah (Ketua Pergunu NTB yang juga Rektor Universistas Nahdlatul Ulama (UNU) Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam rapat Pergunu itu Kiai Asep membahas rencana pendirian International Unviersity. Menurut Kiai Asep, peletakan baru pertama perguruan tinggi prestius itu akan dilakukan pada 2022. Kini ia sedang menyelesaikan pembebasan lahan.
Selain universitas internasional, Kiai Asep juga membahas rencana turba ke berbagai daerah untuk membentuk 17.000 PAC Pergunu di 514 kota dan kabupaten seluruh Indonesia yang tersebar di 34 provinsi.
Usai memberi pengarahan di rapat Pergunu, sekitar pukul 20.00 WIB, Kiai Asep mengajak BANGSAONLINE.com mengikuti Haflah Akhirussanah Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) Amanatul Ummah Angkatan 13. Acara itu digelar di lantai 2 Masjid Masjid Kampus KH Abdul Chalim.
Pada acara yang diikuti para wali santri itu Kiai Asep langsung memimpin istighatsah. Menurut Kiai Asep, istighatsah itu selain untuk keselamatan kita semua, termasuk dari Covid-19, juga untuk kelancaran dan kesuksesan para santri yang lulus dalam melanjutkan studi, disamping masa depan mereka.
Kiai Asep yang piawai memotivasi santri itu minta jangan pernah berhenti belajar. “Kalau menurut Imam Ghazali, kita mencari ilmu ya untuk ilmu,” katanya. Kelak, kata Kiai Asep, setelah kita memiliki ilmu akan muncul pengetahun dan petunjuk dalam kehidupan. Karena itu tak perlu banyak berpikir tentang pekerjaan dan lain sebagainya. Yang penting tekun belajar dan belajar. (m mas’ud adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News