SURABAYA (BangsaOnline) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr H Abdul A’la M.Ag kemarin mengukuhkan Dr H Ali Mas’ud M.Ag, M.PdI sebagai guru besar ke-48, dalam bidang Tasawuf. A’la berharap, Prof Dr H Ali Mas’ud meneliti tasawuf dan kanuragan yang menjadi kajiannya, tidak hanya dalam konteks apakah termasuk puritanisme dan sinkritisme Islam, tetapi lebih luas lagi dengan melihat tasawuf dan kanuragan sebagai bagian dari khazanah Islam Nusantara.
Tema studi dan pidato pengukuhan Prof Dr H Ali Mas’ud tersebut juga mendapat apresiasi dari Ketua PWNU Jatim, KHA Hasan Mutawakkil Alallah yang hadir di acara pengukuhan kemarin. Bagi Kiai Mutawakkil, masalah tasawuf dan kanuragan merupakan kekayaan sendiri dalam khazanah dakwah Islamiyah yang dibawa oleh para wali songo.
Baca Juga: Bedah Visi-Misi Cagub Jatim 2024 di FISIP UINSA, Jubir 02 Kekeh soal Penyebutan Seminar Nasional
“Ya teringat dengan sabda Mbah Wahhab (KH Abdul Wahhab Chasbullah Jombang): Kalau ingin menjadi pejuang agama itu harus pintar , kaya, dan jadug,” ungkap Kiai Mutawakkil. Bagi yang tidak masuk dalam komunitas santri akan bertanya, “Ini apa lagi?“
Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong Probolinggo itu mengakui, bahwa selain modal keilmuan, harta kekayaan, juga diperlukan jadug,atau kekebalan, atau kesaktian dan semisalnya yang menjadi bagian penting dalam dakwah Islam di Indonesia yang dibawa para walisongo.
Selanjutnya, pidato pengukuhan Prof Ali Mas’ud menurut Kiai Mutawakkil, memberi nilai lebih berupa rasa percaya diri bagi jam’iyah Nahdatul Ulama (NU) dalam mengusung konsepsi Islam Ahlisunnah Waljamaah bithariqi Nahdatul Ulama pada Muktamar NU mendatang di Jombang.
Baca Juga: Hari Pertama Kampanye, Khofifah Silaturahmi ke Kiai dan Tokoh di Pengukuhan Dr HC KH Zulfa Mustofa
“Konsepsi Islam Ahlisunnah Waljamaah bi thoriqi Nahdatul Ulama atau dikenal Islam rahmatan lil alamin atau Islam Nusantara itu diusung agar diperjuangkan menjadi value kebudayaan dan peradaban dalam cakupan yang lebih luas di dunia Islam internasional di antara ideologi dan peradaban lainnya,” tegas Kiai Mutawakkil.
Dalam pidatonya, Dr H Ali Mas’ud yang asli dari Gresik itu mengungkapkan, bahwa ilmu kanuragan dengan berbagai kosa kata teknis yang merepresentasikannya, seperti ilmu hikmah, ngelmu kasekten, ngelmu kejadugan, dan seterusnya dalam Islam berakar kuat dari tradisi tasawuf, terutama tarekat.
“Hanya saja dalam perkembangannya, ilmu kanuragan tidak lagi dominan di dalam kancah tarekat, melainkan telah diterima secara luas oleh masyarakat muslim tradisionalis di lingkungan pesantren dan santri senior,” tandasnya.
Baca Juga: UINSA Anugerahkan Gelar Doktor Honoris Causa ke M. Naser
Acara pengukuran di auditorium UIN tersebut, dihadiri berbagai kalangan, tak terkecuali para kiai seperti dari jajaran PWNU Jatim, akademisi, kalangan pondok pesantren serta keluarga Dr Ali Mas’ud, dan jamaah pengajian Asma’ul Husna yang diasuh Dr Ali Mas’ud, dll. Acara ditutup dengan doa oleh Ketua PWNU Jatim, KH A Hasan Mutawakkil Alallah. (dur)
Teks foto:
Prof Dr H Ali Mas’ud, M.Ag foto bersama jamaah dan keluarga.
Baca Juga: Tewaskan Mahasiswi Uinsa, 2 Jambret Ditangkap
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News