SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dan memukul berbagai sektor, utamanya ekonomi, membuat sejumlah elemen masyarakat turut peduli. Belakangan, muncul berbagai komunitas yang menggalang kegiatan sosial untuk membantu warga terdampak Covid-19.
Seperti yang dilakukan sejumlah warga Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, dengan membentuk Komunitas Pejuang Sedekah Centelan. Komunitas ini diinisiasi oleh Wina, warga setempat.
Baca Juga: The Sukudalu, Band Asal Sidoarjo yang Konsisten di Jalur Musik Indie
Berawal dari banyaknya warga setempat yang positif Covid-19, terkena PHK, hingga usahanya bangkrut, Wina tergerak untuk mengadakan sedekah centelan. Centelan adalah bahasa Jawa yang artinya gantungan. Melalui gerakan ini, Wina mengajak warga untuk berbagi kebutuhan pangan kepada warga yang membutuhkan.
Kegiatan yang berjalan sejak awal April 2020 ini terlaksana setiap hari Jum’at. Wina awalnya meminta izin kepada pemilik tembok di sekitar RW 4 agar bisa digunakan untuk centelan (gantungan) bahan sembako yang hendak dibagikan kepada warga. Selanjutnya, warga yang membutuhkan dipersilakan mengambil sembako-sembako yang dicentelkan itu secara gratis.
Baca Juga: Fandi Utomo Diminta Jadi Bupati sidoarjo
"Kegiatan ini sudah berjalan setahun lebih dan alhamdulillah dari situ ada desa-desa lain yang sudah kita tambahi lagi. Selain kerja sama dengan perangkat desa, saya juga bekerja sama dengan ketua RT karena mereka yang lebih mengetahui kondisi warga mana yang perlu kita bantu,” ujar perempuan 43 tahun tersebut.
Menurutnya, sedekah centelan ini bertujuan membantu warga Desa Lebo dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama warga yang Positif Covid-19. “Mereka butuh suplai untuk makanan dan belum tentu kanan-kiri peduli. Akhirnya kita bentuk tim dan yang perlu kita beri makanan kita kirim,” kata Wina.
Hingga kini, kegiatan sosial tersebut tetap berjalan secara bergilir setiap hari Jum’at pukul 10.00 WIB. Mulai dari Pondok Pesantren Bumi Sholawat hingga RW 4 Desa Lebo. Kegiatan ini juga menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan berusaha tidak menciptakan kerumunan.
Baca Juga: Diguyur Hujan, PWI Sidoarjo Tebar Ratusan Paket Takjil
Adapun antusias tidak hanya dari masyarakat penerima sedekah centelan, namun juga para donatur. “Pernah juga kita mendapat banyak sekali donasi, akhirnya kita bentuk sedekah subuh. Setiap musala-musala kita beri. Karena jama’ah subuh sedikit, akhirnya kita taruh di depan Masjid Lebo, kan banyak orang lewat mau ke pasar, pulang dari pasar, atau pergi ke sawah itu kita beri nasi bungkus,” terang Wina.
Tidak hanya membantu warga yang terdampak Covid-19, komunitas pejuang sedekah centelan ini juga memberdayakan ibu-ibu berstatus janda. Mereka diperbantukan memasak nasi bungkus yang hendak dibagikan, lalu diberi upah yang didapat dari pemberian donatur.
(Tampak bantuan sembako dari donatur yang digantungkan di tembok. Warga yang membutuhkan tinggal mengambilnya secara gratis sesuai kebutuhan)
Baca Juga: Gelar Tadarus Jurnalistik, Forwas Bahas Pilkada 2024
Menurut Wina, donasi sekecil apapun sangat membantu Tim Pejuang Sedekah Centelan. “Ada yang menitipkan ke kita Rp. 50.000,- ada yang gula 2 kg kemudian nasi 3 bungkus, nah itu kalau dikumpulin kan jadi banyak,” ujarnya seraya mengatakan sedekah centelan ini tidak hanya berupa makanan. Namun juga bisa berupa sembako seperti, beras, sayuran, hingga sabun dan baju layak pakai.
Bahkan, masih kata Wina, kegiatan sosial ini telah menginspirasi warga desa lainnya untuk membentuk gerakan serupa. Banyak warga yang antusias untuk mengadakan sedekah centelan di desanya masing-masing.
“Setelah saya bikin di Lebo ada masyarakat lain dari luar Lebo yang ingin ikut, tapi kejauhan. Akhirnya kita bentuk juga di desa mereka. Kita bikin di Desa Urangagung, Bangar, Nggrinting, Kludan dan yang baru di Desa Sugihwaras,” ucap pengurus PAUD Sosial Desa Lebo tersebut.
Baca Juga: Forwas Tularkan Tradisi Bikin Ketupat Kepada Anak Yatim di Sidoarjo
Ke depan, Wina dan anggota komunitas sedekah centelan berharap gerakan ini meluas ke desa-desa lainnya. Sebab, masyarakat tidak bisa mengandalkan bantuan dari pemerintah yang terkadang tidak tepat sasaran.
"Kita tidak boleh bergantung pada bantuan pemerintah, karena terkadang justru yang mendapat bantuan aadalah masyarakat menengah ke atas dan masyarakat menengah ke bawah tidak terdaftar dalam bantuan tersebut. Oleh karena itu kita harus bisa peka terhadap sekitar, memberikan dan membantu apa yang bisa kita bantu," pungkasnya.
Penulis: Arni Zuha Syahbaniyah - Mahasiswi Universitas Trunojoyo Madura
Baca Juga: Dukung Geliat Pembangunan, Forum CSR Sidoarjo Susun Katalog Program
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News