
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Irjen Pol (Purn) Hadiatmoko, mantan Kapolda Jatim periode 2011-2013 hadir dalam sidang kasus investasi bodong pembuatan pabrik tepung pisang Cavendish di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis (18/8).
Perwira yang juga pernah menjabat sebagai Wakabareskrim itu dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Farida Hariani untuk memberikan keterangan selaku korban penipuan yang dilakukan terdakwa Farroukh Rafiuddin, pengangguran yang dikenalkan sebagai profesor.
Baca Juga: Polda Jatim Bangun Gedung SPPG di Mojokerto
Dalam kesaksiannya, Hadiatmoko mengaku dikenalkan dengan terdakwa (Farroukh) melalui perantara Joko Mergono, warga Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Jawa Tengah yang katanya seorang profesor.
"Dia (Farroukh) itu ngajinya luar biasa," kata Hadiatmoko dalam sidang PN Surabaya.
Setelah perkenalan itu, terdakwa menawarkan ide untuk membangun pabrik yang memproduksi tepung pisang cavendish dan berjanji akan bertanggung jawab sejak proses produksi hingga penjualan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Baca Juga: Apel Pasukan Operasi Keselamatan Semeru 2025, Kapolres Kediri Kota Bacakan Amanat Kapolda Jatim
Selain itu, terdakwa juga memberikan penawaran lain berupa usaha jual beli rempah-rempah (pala cangkang). Terdakwa mengatakan dalam usaha jual beli rempah-rempah itu akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
Tergiur dengan paparan terdakwa, saksi korban kemudian mengucurkan sejumlah uang mencapai Rp 476 juta dengan cara transfer.
"Transfer melalui Bank Mandiri pada Farroukh Rafiudin sebnyak tiga kali. Totalnya 476 juta," kata mantan Kapolda Jatim ini.
Baca Juga: Amanat Pj Wali Kota Kediri saat Kapolda Jatim Resmikan GOR Bulu Tangkis Tathya Dharaka
Ternyata uang yang dikucurkan tidak untuk membuat pabrik. Uang digunakan terdakwa untuk kepentingan pribadi, termasuk membeli mobil. Akhirnya korban melaporkan kejadian itu pada polisi hingga berlanjut ke Pengadilan.
Jaksa Penuntut Umum menjerat terdakwa menggunakan dakwan pasal 378 KUHP tentang penipuan dengan ancaman maksimal hukumannya 4 tahun penjara. (ana/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News