SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wartawan kondang, Dahlan Iskan, memuji kinerja Menteri BUMN Erick Thohir. Tapi ia mengingatkan soal persaingan tidak sehat PGN dan Pertamina Gas. Loh?
Simak tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, di Disway, Selasa 26 Oktober 2021 hari ini.
Baca Juga: Sempurnakan Strategi Timnas Indonesia, Ketua Umum PSSI Siap Umumkan Direktur Teknik Februari Besok
Di bawah ini BANGSAONLINE.com yang menurunkan secara lengkap. Khusus pembaca di BaBe, sebaiknya klik 'lihat artikel asli' di bagian akhir tulisan ini. Tulisan di BaBe banyak yang terpotong sehingga tak lengkap. Selamat membaca:
INI angka-angka. Semuanya penting. Datangnya dari Menteri BUMN Erick Thohir sendiri. Langsung masuk ke WA di HP saya.
Angka-angka ini dikirim untuk menjelaskan manfaat nyata pembentukan holding Pertamina. Yakni sehari setelah Erick membaca Disway yang membahas Pertamina tempo hari.
Baca Juga: Anak Shin Tae-yong Marah Ayahnya Dipecat PSSI, Shin Jae-won: Begini Cara Kalian Memperlakukan...
Sejak itu saya memang berniat akan memuat penjelasan Menteri BUMN tersebut. Waktunya baru tersedia hari ini.
Menurut menteri, dengan terbentuknya holding Pertamina akan terbentuk “organisasi yang fokus, agile, lean, efisien, dan streamlining decision making untuk menjadikan operational excellence”.
Erick menyertakan angka-angka konkret capaiannya. Sampai per kelompok subholding. Bacalah sendiri:
Baca Juga: Koleksi 251 Gol, Ini Rekam Jejak Patrick Kluivert, Pelatih Baru Timnas Indonesia
Kinerja Subholding Upstream (sektor hulu):
a. Laba semester 1 sebesar USD 1 miliar atau 238 persen dari budget 2021.
b. Efisiensi biaya operasional, 92 persen dari budget.
Baca Juga: Bukan Xavi atau Louis Van Gaal Pengganti Shin Tae-yong, Sosok ini yang Bakal Tangani Timnas
c. Di Kalimantan Timur dan Jawa Barat, potensi cadangan minyak dan gas bumi meningkat hingga 204,7 juta barel.
Kinerja Subholding Refinery and Petrochemical:
Laba semester 1 sebesar USD 322 juta dengan profit margin 3,24 x lebih besar dari budget.
Baca Juga: Ini Alasan PSSI Pecat Shin Tae-yong
Kinerja Subholding Gas:
Laba semester 1 sebesar USD 185 juta atau 357 persen dari budget.
Kinerja Subholding Commercial & Trading:
Baca Juga: Erick Thohir Sebut Pemerintah Berupaya Turunkan Harga Tiket Pesawat saat Lebaran
a. Realisasi Pertashop sebanyak 2.547 unit.
b. Pengembangan digitalisasi Apps ”My Pertamina” dengan registered user sebanyak 13,7 juta pengguna.
Kinerja Subholding Power & New Renewable Energy:
Baca Juga: Selain Kasus Korupsi PT EP, Kejari Kediri Juga Gelar Penyidikan Kredit Fiktif di Sejumlah Bank BUMN
a. Laba semester 1 sebesar USD 56 juta atau 150 persen dari budget.
b. Efisiensi biaya operasional 87 persen dari budget.
Kinerja Subholding Shipping:
Baca Juga: Garuda Indonesia Bakal Tambah 2 Armada Pesawat, Salah Satunya Boeing 737 di Februari 2025
a. Laba semester 1 sebesar apa pun USD 73 juta.
b. Efisiensi biaya operasional, 82 persen dari budget
c. Vessel utilization sebesar 99,8 persen atau meningkat 11 persen dari budget.
Saya tentu senang mendapat angka-angka itu. Berarti pembentukan holding Pertamina punya sasaran capaian yang lebih baik.
Direksi dan komisaris Pertamina tentu juga menyimpan angka-angka itu. Tinggal kelak menyajikannya kembali di akhir tahun buku.
Semangat merealisasikan holding di BUMN memang tinggi. Begitu pembentukan holding Pertamina selesai langsung ke Pelindo. Selesai juga. Sejak 1 Oktober lalu. Tidak ada lagi PT Pelindo 1,2,3, dan 4. Semua dilebur menjadi satu PT Pelabuhan Indonesia.
Subholding-nya ada 4: PT Pelindo Terminal Petikemas, PT Pelindo Multi Terminal, PT Pelindo Solusi Logistik, dan PT Pelindo Pelayanan Pelabuhan.
Kantor pusat Multi Terminal di Medan, Terminal Petikemas di Surabaya, Pelayanan Pelabuhan di Makassar.
Tidak mudah menyatukan Pelindo 1,2,3, dan 4 itu. Toh akhirnya bisa juga.
Berarti tidak lama lagi akan sampai ke pembentukan holding Angkasa Pura –yang mengelola bandara se-Indonesia itu.
Menteri BUMN benar-benar telah mampu memanfaatkan iklim kekompakan politik di bawah Presiden Jokowi.
Tapi angka-angka kinerja tidak akan bisa bohong. Benar-tidaknya pembentukan holding lebih baik akan terlihat kelak dari angka-angka yang dicapai.
Khusus untuk Pelindo ditambah dengan waktu tunggu kapal di pelabuhan: lebih cepat atau sama saja.
Tentu pembentukan holding Pertamina juga harusnya bisa menyelesaikan persaingan tidak sehat antara PGN dan Pertamina Gas. Apalagi sejak sebelum dibentuk holding keduanya sudah merger.
Salah satu korban persaingan keduanya dulu adalah: pipa gas trans Jawa.
Sampai hari ini belum ada pipa gas yang melewati Jawa Tengah. Padahal kawasan industri sudah banyak dibuka di Jateng. Termasuk kawasan industri Batang yang dipromosikan besar-besaran itu.
Pipa seperti itu mungkin tidak langsung mengatrol laba Pertamina. Tapi yang seperti itu sangat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, terutama Jateng.
Jangan-jangan masa depan Pertamina justru di sektor pipanisasi gas seperti itu. Di seluruh Indonesia. Yang –berbeda dengan bensin– tidak akan tergantikan oleh listrik. (Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News