MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., terus didatangi para kiai, dzurriyah muassis, dan pengurus NU dari berbagai kabupaten dan provinsi seluruh Indonesia. Mereka ngudarasa (curahkan hati, curhat) tentang kondisi NU menjelang Muktamar NU di Lampung, terutama terkait para kandidat Rais Am dan Ketua Umum PBNU.
“Sekarang ini saja ada tujuh ketua PCNU di depan saya,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (20/11/2021). Pantauan BANGSAONLINE.com, Kiai Asep menerima silaturahim para ketua PCNU itu pagi tadi di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu mengungkapkan bahwa para Rais Syuriah dan ketua PCNU dari berbagai tingkatan itu minta Kiai Asep agar memajukan kandidat Rais Am dan ketua umum alternatif karena dua calon yang kini muncul dianggap belum sesuai harapan para kiai dan pengurus NU.
“Kiai Said Aqil itu alim. Disertasinya tentang tasawuf. Tapi beliau sudah dua periode, tak mungkin dipaksakan untuk ketiga kalinya. Hanya Gus Dur yang bisa tiga periode karena saat itu NU menghadapi tekanan keras pemerintah Orde Baru, terutama Presiden Soeharto yang memunculkan Abu Hasan,” tegas Kiai Asep yang putra pendiri NU, KH Abdul Chalim Leuwimunding Majalengka Jawa Barat.
Menurut Kiai Asep, sebenarnya Gus Dur sudah tak ingin maju untuk periode ketiga di Muktamar NU Cipasung Jawa Barat itu. Bahkan Gus Dur sudah menyiapkan penggantinya, yaitu Fahmi Saifuddin. Tapi karena tekanan pemerintah Orde Baru luar biasa kuat dan gencar akhirnya Gus Dur – juga atas dorongan para kiai – maju lagi untuk memimpin PBNU.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
“Karena kalau membiarkan Fahmi Saifuddin maju diperkirakan kalah dengan calon yang disiapkan pemerintah, yaitu Abu Hasan,” tegas Kiai Asep yang mantan ketua PCNU Kota Surabaya.
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, memberikan beras kepada ojol. foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Kiai Asep memuji Gus Dur. “Gus Dur hebat. Luar biasa. Ditekan seperti itu kuatnya oleh pemerintah Orde Baru, tapi masih tetap menang,” kata Kiai Asep yang kini sedang memulai pendirian International University untuk memberikan beasiswa ke mahasiswa seluruh dunia, terutama negara-negara berpenduduk muslim.
Bagaimana dengan KH Yahya Cholil Staquf? "Saya kenal abahnya. Kiai Kholil Bisri. Kiai intelek dan keturunan ulama besar. Dulu saat saya ketua PCNU Kota Surabaya, saya kan deklarator PKB bersama Rais Syuriah Kiai Mas Nur," kata Kiai Asep yang pernah menjadi Anggota DPRD Kota Surabaya, tapi mengundurkan diri setelah enam bulan dilantik karena fokus pada pendidikan.
Kiai Cholil Bisri memang salah satu kiai dan tokoh PKB.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Menurut Kiai Asep, Gus Yahya baik dan pernah menjadi juru bicara Gus Dur. Yaitu saat Gus Dur menjabat Presiden RI ke-4.
"Tapi masalahnya. Para kiai, habaib, ketua cabang dan wilayah yang komunikasi dengan saya, keluhannya sama. Mereka mengeluhkan kontroversinya," kata Kiai Asep yang dikenal sebagai ulama miliarder tapi dermawan.
Kiai Asep secara ekonomi dikenal sebagai ulama sangat independen. Ia menolak bantuan dari pemerintah - meski ia pendukung fanatik Jokowi-KH Ma’ruf Amin. Saat Pilpres Kiai Asep bahkan kampanye kemenangan Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin sampai ke Hongkong, Malaysia, Taiwan, pakai uang pribadi.
Baca Juga: Luncurkan Video Kampanye Bareng Dewa 19, Khofifah-Emil Kompak Nyanyikan Hidup adalah Perjuangan
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: MA/ bangsaonline.com)
Kiai Asep juga tak pernah berhitung soal harta kekayaan pribadinya untuk membiayai acara NU dan Islam. Pada Ramadan lalu, misalnya, Kiai Asep menggelontorkan Rp 8 miliar uang pribadinya untuk sedekah dan zakat, termasuk membantu warga yang menjadi korban Covid-19.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Kiai Asep lalu menunjukkan kontroversi Gus Yahya – panggilan KH Yahya Cholil Staquf – dalam rekamannya di YouTube. Yaitu tentang sikap Gus Yahya terhadap Habaib. Dalam rekaman itu Gus Yahya mengurai tentang gelombang kedatangan para habaib ke Nusantara.
Gus Yahya memuji sikap Habaib gelombang pertama. Mereka adalah generasi walisongo yang datang ke Indonesia untuk berdakwah dan memperluas penyebaran Islam. Menurut Gus Yahya juga banyak para habaib yang tawadlu. Saking tawaddlu’nya, mereka tak mau mengajar ngaji karena sangat menghormati ulama Jawa.
Tapi Gus Yahya menyebut Habaib gelombang kedua dan seterusnya sebagai pengungsi dan ngenger (numpang). Ia menyebut para habib pengungsi itu dari berbagai klan. Termasuk klan Al-Athos, Shihab, dan seterusnya.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Menurut Kiai Asep, kata-kata itu kurang pantas diucapkan pengurus PBNU. Apalagi sekelas Katib Am Syuriah PBNU.
“Karena Hadratussyaikh sangat menghormati para Habaib. Abah saya – karena pengaruh juga dari Hadratussyaikh – sangat menghormati Habaib,” kata Kiai Asep sembari menegaskan bahwa hanya ulama NU yang menghormati para Habaib. Karena itu budaya positif itu harus dilestarikan karena bagian utama dari akhlak NU,
Kiai Asep bercerita ada seorang habib di kampungnya, di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat. Menurut Kiai Asep, habib itu bukan orang terkenal. Baik secara keilmuan maupun ekonomi juga tidak terpandang. “Tapi abah saya sangat menghormati. Kalau bertemu habib itu, abah saya sangat hormat,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Gus Barra Borong Dagangan di Pasar Trawas
Kiai Asep juga menyinggung tentang Israel dan Yahudi bagi warga NU. “Kan ini bukan hanya soal Gus Yahya. Tapi sikap NU. Sejak dulu Yahudi ingin menguasai NU. Tapi tak pernah bisa. Gus Dur memang pernah datang ke Israel tapi setelah itu Gus Dur ke Palestina. Jadi Gus Dur ulama cerdas, ilmunya tinggi, cerdik, dan kuat pengaruhnya. Gus Dur tak bisa dipengaruhi Yahudi. Sebaliknya justru berusaha mempengaruhi. Gus Dur punya kemampuan inteketual luar biasa, di samping tokoh besar penuh kharisma dan secara nasab luar biasa,” katanya.
Nah, dari keluhan para dzuriah muassis, kiai, raris syuriah, ketua PCNU dan PWNU itu, Kiai Asep berkesimpulan. “Kalau dibiarkan dua calon yang muncul, maka pasca Mukatamar NU akan terjadi gelombang mufaroqoh besar-besaran. Ini yang harus diantisipasi,” tegas Kiai Asep.
Karena, menurut Kiai Asep, untuk akomodasi berbagai keluhan itu perlu untuk memunculkan calon Rais Am dan Ketua Umum PBNU alternatif. Siapa?
“Saya masih harus mendengarkan suara sebanyak-banyaknya para kiai, dzurriyah muassis, habaib, rais syuriah, dan ketua Tanfidziah, baik cabang maupun wilayah, bahkan tingkat ranting,” kata Kiai Asep. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News