MADURA, BANGSAONLINE.com - Taman Wisata Laut (TWL) Labuhan yang merupakan binaan PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) menghadirkan program Si Kaya Berbagi (program konservasi, pendidikan, budaya berbasis teknologi). Konsep berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
Ketua Pokdarwis Payung Kuning Mohammad Sahril mengatakan, ada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar sejak adanya TWL hingga 300 persen. Meski sempat buka-tutup akibat pandemi Covid-19. Dikelola oleh warga sekitar, sebelum pandemi pendapatan tiap orang antara Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.
Baca Juga: Gunakan Barcode Palsu, Polres Jombang Tangkap 3 Orang yang Bakal Timbun 8.000 Liter Solar Bersubsidi
"Kalau saat ini omzet per orang turun sekitar Rp 1,5 juta. Namun sepertinya, ini akan naik kembali karena sejak buka lagi pada September lalu, mulai ada peningkatan pengunjung. Pengunjung pada September sebanyak 917, Oktober naik lagi 1.893 dan November naik lagi tapi saya belum pegang datanya. Desember juga banyak booking buat diklat dan pelatihan," katanya saat media visit, Senin (13/12).
Sahril menegaskan jika taman wisata laut tidak hanya tempat untuk berwisata, tetapi juga untuk aktivitas ekonomi. Di antaranya pemesanan katering, penjualan, pembuatan kopi mangrove, nelayan dengan adanya 3 program untuk penangkapan ikan dan masih banyak lagi. Semuanya memberdayakan masyarakat sekitar.
"Untuk kopi saja tiap bulan bisa terjual 50 kg. Katering juga demikian. Kita memberdayakan warga maksimal 50 pesanan kita kasih, kalau lebih nanti lainnya dan bergilir ada 10 orang. Ini untuk lebih menengah, kalau makanan untuk level menengah ke atas nanti beda lagi orangnya. Kan sesuai harga juga," ungkapnya.
Baca Juga: Warga Lamongan Sambut Positif Penerapan QR Code untuk Pertalite
Sebelum berkunjung ke TWL, media visit datang ke Taman Pendidikan Mangrove yang letaknya bersebelahan. Di sana ada 17 ribu bibit mangrove sejak awal 2014, dan sejak 2019 dilakukan konservasi. Hal ini dikatakan, Manager Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) Field, Sapto Agus Sudarmanto.
"Di sini yang paling dikenal adalah Pulau Ajaib dan Batu Ajaib. Kenapa dianggap begitu, karena unik. Kalau ada air tidak terlihat, nanti kalau surut bisa terlihat. Herannya juga seperti ditata orang, bukan alami," kata dia.
Pengelola yang juga warga sekitar Ali Usman menjelaskan, untuk tiket masuk ke kelompok tani cemara laut. Beberapa aktivitas yang dilakukan di sini yakni pembibitan dana dari Pertamina. (diy/ian)
Baca Juga: Ujicoba Pembelian dengan QR Code, Konsumen Pertalite di Jombang Beri Apresiasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News