BOLAANG MONGONDOW TIMUR, BANGSAONLINE.com - Kejadian untuk ini terjadi di Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara. Seorang wanita warga Desa Kayumoyondi, Kecamatan Tutuyan, Boltim, menolak untuk divaksin, Selasa (25/1/2022).
Wanita yang juga sebagai Ibu rumah tangga bernama Lelita Mokodompit itu menolak divaksin saat didatangi petugas kesehatan dan polisi. Di dalam video yang beredar hingga viral ini memperlihatkan ia beradu argumen dengan polisi.
Yang menarik Wanita ini menolak Hingga Histeris dan meminta polisi untuk menembaknya
“Tembak jo pa kita,” katanya.
Menurut informasi yang di dapat, Lelita menolak untuk divaksin karena menderita penyakit kista.
“Saya ada penyakit bawaan sejak 2018, saya melakukan pemeriksaan secara gratis ke dokter atas nama Atu di desa Tutuyan dan saya positif menderita penyakit kista. Dan sampai sekarang saya belum melakukan pemeriksaan lanjutan karena masalah ekonomi,” ungkap Lelita.
Lanjutnya, dirinya sekarang ini hanya mengonsumsi obat-obatan tradisional. ia jenggan untuk mengambil risiko untuk divaksin karena takut jatuh sakit. Sementara ia memiliki anak kecil yang harus di urusnya.
“Kita pe puru skarang belum pernah diperiksa karna kendala ekonomi. Nyanda ada doi lebeh mo berobat akang. Jaga minum obat mar cuma lagi daun sirsak dan obat-obat makatana lain. Jadi kita nynda brani ambil resiko. Kita fikir kita ada anak kacili ini riki 2. Yang satuannya masih kelas 1 SD, dan satunya lagi TK. Nah misalnya movaksin Kemudian terjadi efek samping di tubuh pa kita sapa yang akan bertanggung jawab,” tuturnya.
Karena Kejadian tersebut, petugas medis dengan sejumlah anggota kepolisian mendatangi langsung rumahnya dan ia merasa trauma dan tertekan.
“Belum selesai saya mau bicara, kalimat saya langsung dipotong oleh petugas, apa lagi polisi yang seakan mereka tidak percaya apa yang saya katakan. Jadi saya bilang kalau tidak percaya lebih baik tembak saya dari pada divaksin. Sebagai manusia saya merasa tertekan dan perlakuan mereka melanggar HAM. Dan saya masih berpegang pada Pancasila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” terang Lelita.(rif/win)