SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Korban Covid-19 yang terus berjatuhan mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memperluas tempat isolasi pasien yang sedang terpapar virus corona. Berbagai fasilitas gedung – termasuk sekolah – direncanakan dijadikan tempat alternatif isolasi bagi pasien yang terpapar virus corona.
Namun tampaknya tak semua gedung sekolah bisa dimanfaatkan menjadi tempat isolasi pasien Covid-19, terutama yang berada di tengah perkampungan. Sebab warga sekitar juga ketakutan bahkan trauma tertular, sehingga mereka menolak fasilitas gedung yang berada di perkampungan mereka dijadikan sarana isolasi.
Warga Gubeng Jaya, misalnya, terang-terangan menolak Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang terletak di perkampungan mereka dijadikan tempat isolasi pasien corona.
“Ini sekolah, bukan rumah sakit,” kata salah seorang kampung Gubeng Jaya Surabaya yang direkam di video kemudian disebarkan.
Warga Gubeng Jaya yang lain juga menyahut. “Tidak ada kordinasi dengan RT dan RW tiba-tiba begini (mau dijadikan tempat isolasi). Kami menolak,” katanya.
Penolakan serupa dilakukan warga Sambisari RW 03 Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep Surabaya. Mereka bahkan menggelar demo dan memblokir jalan menuju Sekolah Kristen yang akan dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19.
Mereka juga menulis surat kepada Ketua Yayasan Sekolah Pelita yang tembusannya ditujukan kepada Lurah Lontar, Camat Sambikerep, dan Wali Kota Surabaya. Inti surat itu: warga menolak sekolah tersebut dijadikan tempat isolasi pasien covid-19.
Alasannya, pasien Covid-19 yang ditampung di sekolah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap mental dan psikologi masyarakat serta menimbulkan trauma. “... sehingga menurunkan imun dan memperburuk kesehatan bagi kami semua keluarga warga Sambisari,” tulis mereka dalam surat yang ditandatangani Ketua RT 01 Sambisari dan Ketua RW 03 Sambisari bertanggal 15 Juli 2021 itu.
Salah seorang warga juga mengatakan bahwa penempatan pasien covid-19 yang sedang isolasi di sekolah tersebut juga menimbulkan limbah.
“Belum limbah, dan trauma warga akan mobilitas serta suara ambulans,” kata orang tersebut kepada BANGSAONLINE.com, Ahad (25/7/2021).
“Parahnya lagi, ini bangunan berlantai 5, penyebaran virus sangat cepat melalui angin,” katanya lagi.
Aksi demo juga dilakukan warga Manukan Kulon, Kecamatan Tandes Surabaya. Mereka juga menolak sekolah di kampung mereka dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19. Demo itu tampak dijaga petugas keamanan terutama TNI. (tim)
Video Terkait
Video Lainnya