PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Ditakdirkan cacat fisik, tak membuat kaum disabilitas patah semangat menjalani hidup. Hal ini seperti ditunjukkan sejumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Pasuruan.
Mereka bahkan bisa membawa nama harum Bangsa dan Negara Indonesia di kancah dunia di bidang olahraga sepak bola.
Mereka adalah kaum disabilitas yang tergabung dalam Timnas Disabilitas Sepak Bola Indonesia. Para pemain rutin melakukan latihan sepak bola di Desa Carat Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.
Dengan mengenakan kostum garuda, mereka sibuk berlatih. Mulai dari menggiring, hingga menyepak bola untuk mencetak gol.
Uniknya, latihan ringan ini tak dihelat di lapangan sepak bola, namun di sebuah gang perkampungan warga.
Sebelumnya, Timnas Disabilitas Sepak Bola Indonesia mampu mencetak prestasi gemilang dalam kualifikasi piala dunia yang dihelat di Bangladesh, pada Maret lalu.
Mereka sempat bertanding dengan Timnas Jepang hingga menempati peringkat kedua dalam grup kualifikasi. Sebagai runner up grup, Indonesia berhak meraih tiket maju ke piala dunia yang digelar di Turki, Oktober depan.
Menurut Pelatih Timnas Disabilitas, Rixhi Saputra, pembentukan tim ini bermula dari Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Jember atau Persaid.
Tim tersebut banyak meraih prestasi di Jatim hingga menembus kancah nasional dan internasional. Bahkan mereka mendapat apresiasi dari Kemenpora
Tim persaid jauh-jauh menggelar latihan di Kabupaten Pasuruan, lantaran penjaga gawang timnas yang bernama Fredo Dimas asli warga Desa Carat.
Rixhi Saputra, Pelatih Timnas Disabilitas Sepak Bola, mengatakan timnas merah putih berisi 4 pemain. Mereka rata-rata mengalami cacat fisik di kaki. Namun, mereka bukan cacat bawaan sejak lahir, melainkan akibat kecelakaan lalu lintas.
Rixhi berharap, PSSI dan FIFA bisa memberikan perhatian lebih terhadap keberadaan disabilitas. Utamanya berupa fasilitas lapangan, agar latihan lebih terfokus.
“Sehingga kita tidak berpindah-pindah lapangan. Termasuk peralatan perlengkapan latihan dan medis. Harapan tertingginya, sepak bola amputasi ini suatu saat bisa menjadi prioritas, sehingga kehidupan mereka bisa lebih baik lagi ekonomi, dan bisa membanggakan orang-orang yang mereka sayangi,” tukasnya.
Sementara Mulyanto, salah satu pemain timnas, bersyukur masih bisa berolahraga meski mempunyai keterbatasan fisik. Ia mengaku dari dulu memang hobi bermain sepak bola.
Namun, sejak kecelakaan, cita-cita untuk bisa menjadi pemain sepak bola sempat hamper putus.
“Saya sengat senang sekali karena ada wadah untuk sepak bola amputasi. Meskipun sampai saat ini masih sulit, karena untuk lari saja masih susah. Tapi karena kesabaran pelatih, kita masih tetap semangat hingga bisa menjuarai liga,” ujar Mulyano.
Ia berharap suatu saat bisa diberikan kesempatan merumput di liga nasional, minimal di liga 3. Mulyanto percaya diri dengan talenta yang dimiliki, meski mempunyai keterbatasan fisik.