KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, memiliki buah unggulan selain apel dan jeruk. Yaitu buah kesemek glowing yang mulai digandrungi konsumen luar daerah.
Alasan diberi embel-embel glowing, karena kulit buah tersebut tanpa diberi bedak putih seperti yang biasa kita jumpai di pasaran selama ini. Inovasi inilah yang membuat kesemek naik kelas.
Baca Juga: Harga Daging Ayam di Kota Batu Terus Merangkak Naik Jelang Nataru
Begitu nikmatnya buah kesemek ini, sampai sangat diidolai oleh Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko. Dia pun juga sempat mengirim buah tersebut kepada Mantan Presiden RI, Megawati Soekarno Putri beberapa waktu lalu.
Salah satu petani dan pengepul kesemek asal Junggo, Sudarmono, menerangkan kesemek glowing diminati karena dinilai lebih bersih dan higienis. Diketahui, selama ini proses pematangan kesemek memakai campuran air kapur, sehingga tampilan buah kotor.
“Dengan adanya inovasi baru yang sudah kita teliti selama 7 tahun ini, akhirnya kesemek bisa menarik perhatian pecinta buah di tanah air. Tak hanya itu, keinginan kami kesemek asal Indonesia khususnya Junggo, bisa sama dengan yang ada di luar negeri. Tampilannya nampak bersih dan higienis,” katanya, Kamis (20/1/2022).
Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Rumah Warga Sisir Kota Batu Ludes Terbakar
Apalagi kesemek asal Kota Batu memiliki cita rasa lebih manis dan ukurannya lebih besar bila dibandingkan dengan hasil panen daerah lain. Sebab, kesemek Junggo ditanam di ketinggian 1.200 Mdpl dan memilki kontur tanah yang cukup subur.
“Sayang sekali bila potensi ini tidak dimaksimalkan untuk mempromosikan hasil bumi asal Kota Batu, baik ke luar daerah atau go ekspor,” urai Momon, sapaan akrabnya.
Untuk saat ini, kesemek Junggo sudah merambah swalayan dan biasa dikirim ke Jakarta, Jawa Tengah, dan kota-kota besar di Indonesia. Setiap minggu, dia mengaku bisa mengirim hingga 2 ton. Alasan lebih konsen dipasarkan ke swalayan, karena harga yang lebih baik.
Baca Juga: Kontribusi Aktif dalam Penyelenggaraan Statistik Sektoral, BPBD Kota Batu Sabet 2 Penghargaan ini
“Untuk penjualan, kami mematok harga Rp 20-25 ribu per kilonya berisi 5-6 buah kategori grade A. Kalau grade B Rp 12-15 ribu berisi 7-9 buah. Namun kami juga tetap melayani pesanan pasar tradisional dengan harga Rp 5 ribu per kilonya. Tapi bukan yang glowing, kesemek yang ada bedaknya atau biasa disebut buah genit,” jelasnya.
Dengan potensi yang ada ini, ia berharap ada perhatian khusus dari Pemkot Batu untuk memberikan pendampingan agar petani asal Junggo bisa mengirim ke luar negeri seperti Singapura.
“Ada permintaan dari Singapura, tapi kami tidak memahami regulasinya. Semoga pemerintah bisa memberikan bantuan agar kesemek asal Kota Batu semakin dikenal tak hanya di Indonesia, tapi juga mancanegara,” harapnya.
Baca Juga: Pj Wali Kota Batu Tinjau Lokasi Longsor di Giripurno, BPBD dan DPUPR Gercep Bantu Material
Adapun untuk perawatan pohon, Momon mengaku tidak pernah memakai bahan-bahan kimia. Ia pun berani memberikan jaminan bila kesemek rawatannya adalah buah organik, sehingga aman dikonsumsi.
“Tidak pernah pakai bahan kimia. Jadi setelah diambil dari pohonnya, kita olah dengan campuran bahan makanan, jadi buahnya pasti aman dan sehat saat dikonsumsi,” urainya.
Terpisah, pengusaha buah kesemek glowing lainnya, Maman membenarkan inovasi baru tanpa bedak itu membuat kesemek langsung naik daun. Seminggu, ia bisa melayani pengiriman hingga 1 ton ke beberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Bali, dan Riau.
Baca Juga: Longsor Akibat Hujan Terjang Rumah Warga di Kota Batu, BPBD Keluarkan Sejumlah Rekomendasi
“Kesemek glowing memiliki peluang besar masuk supermarket, dan itu sudah terbukti. Begitu juga dengan ekspor ke luar negeri. Tapi ada kendala, yaitu standar kualitas yang diminta pasar luar negeri,” ujar Maman.
Kendala lain yaitu masih terbatasnya hasil panen yang ada, padahal permintaan cukup banyak. Rata-rata petani hanya memiliki 1 sampai 20 pohon. Dia mengaku bisa mendapat stok aman hanya di bulan Mei – Juli karena memang kesemek merupakan buah musiman.
“Untuk memenuhi permintaan, kita cuma bisa mengandalkan pada pohon yang sudah ada sejak zaman Belanda atau pohon baru yang masih berusia sekitar 10 tahunan. Hasil setiap pohon juga berbeda, tergantung usianya. Pohon tua peninggalan zaman Belanda sekali panen bisa mencapai 500 kilogram. Kalau pohon baru usia 10 tahunan maksimal 100 hingga 200 kilogram,” jelasnya.
Baca Juga: Hujan Deras Akibatkan Longsor dan Timpa Bangunan Milik Warga Bumiaji Kota Batu
Kepala Desa Tulungrejo, Suliono, membenarkan bila ada 2 warganya yang tengah getol memasarkan kesemek glowing karena memiliki pangsa pasar yang menjanjikan. Bahkan ia berencana menjadikan kesemek glowing ikon buah baru asal Tulungrejo selain apel dan jeruk, untuk mewujudkan agrowisata.
“Desa akan mendukung total, karena terobosan baru ini sangat menjanjikan dan bisa memberikan dampak perekonomian untuk warga atau petani. Kita akan terus melakukan pendampingan dan membantu mempromosikannya ke semua kalangan,” pungkasnya. (asa/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News