INDRAMAYU, BANGSAONLINE.com – Siapa pun memasuki areal Pondok Pesantren Darul Maarif, Kaplongan, Indramayu, Jawa Barat, niscaya kagum. Pesantren yang memiliki 7.500 santri itu terhampar luas di tanah seluas 25 hektar.
“Di luar pagar pondok ada 7 hektar,” kata H Dedi Wahidi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Darul Ma'arif, ketika memberi sambutan pada acara Pelantikan DPW Petanesia Jawa Barat di Kampus Hijau STKIP NU, Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Kaplongan, Karangampel, Indramayu Jawa Barat, Selasa (1/2/2022).
Baca Juga: Kabur ke Indramayu, Pelaku Rampok dan Pembunuhan Dihadiahi Timah Panas oleh Tim Tiger Polres Ngawi
Secara kasat mata pesantren ini berciri khas NU. Bahkan begitu memasuki pintu gerbang semua tamu langsung disuguhi gambar-gambar besar para tokoh NU. Antara lain KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Idham Chalid, dan tokoh-tokoh NU lainnya.
Yang juga menarik, di tengah bangunan gedung bertingkat yang tertata apik itu juga terdapat danau. Menurut Dedi Wahidi, danau itu merupakan sumber dan energi bagi para santri Pondok Pesantren Darul Ma’arif.
“Air danau itu disuling jadi air mandi dan minum para santri,” tutur Dedi Wahidi yang anggota DPR RI sembari mengatakan bahwa ia memiliki 1.500 santri mukim, sedang 6.000 santri berupa siswa-siswi sekolah yang pulang ke rumahnya.
Baca Juga: Setelah Bali dan Banten, Menteri AHY Luncurkan Implementasi Layanan Elektronik di Jabar
BANGSAONLINE.com sempat mencermati danau yang membentang luas di antara bangunan bertingkat itu. Tampaknya di situ juga dipelihara ikan.
“Ya betul ada ikannya,” kata seorang santri kepada BANGSAONLINE.com.
Baca Juga: Pergunu Sebut 42.0 % Korban Pinjol Berprofesi Guru, Kiai Asep: Jangan Boros, Jangan Pelit
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA (kiri) dan H Dedi Wahidi (kanan) dalam acara pelantikan DPW Petanesia Jawa Barat di Kampus Hijau STKIP NU Pondok Pesantren Darul Maarif Kapongan Indramayu Jawa Barat, Selasa (1/2/2022). Foto: mma/bangsaonline.com)
Jenjang pendidikannya juga lengkap. “Mulai dari TK, SMP, SMA sampai perguruan tinggi,” tutur Dedi Wahidi. Dan semua lembaga pendidikan itu berlabel NU. Misalnya SMA NU dan sebagainya. Pesantren Darul Ma’arif memang NU tulen.
Meski demikian, Dedi Wahidi, mengaku kalah jauh dibanding Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang didirikan dan diasuh oleh Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA.
Baca Juga: Bersama Kiai Asep dan Ketua PWNU Jabar, Sekda Pemprov Jabar Bahas Pengangguran dan Kemiskinan
Secara terus terang, Dedi Wahidi mengaku kagum pada figur Kiai Asep Saifuddin Chalim. Ia pernah membaca berita di media bahwa Kiai Asep akan membangun pondok pesantren seluruh Indonesia seandainya calon ketua umum PBNU yang didukungnya terpilih. Dalam Muktamar NU di Lampung Kiai Asep mendukung Kiai As’ad Said Ali sebagai calon ketua umum PBNU.
“Bahkan Kiai Asep menyatakan jika calonnya terpilih jadi ketua umum tak akan ada proposal di PBNU. Semua kegiatan PBNU akan dibiayai uang pribadi. Ini luar biasa,” kata Dedi Wahidi yang akrab dipanggil Dewa.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, pernyataan Kiai Asep itu dimuat HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. Berita di BANGSAONLINE.com itu viral saat menjelang Muktamar NU ke-34 di Lampung.
Baca Juga: Hendak Ngabuburit, Dua Siswa SD di Tasikmalaya Nyungsep di Atap Rumah Warga
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: mma/bangsaonline.com)
"Penghasilannya Rp 12 miliar satu bulan, katanya untuk apa kalau bukan untuk amal. Ini kan luar biasa,” kata Dedi di depan para tokoh Jawa Barat yang hadir dalam pelantikan DPW Petanesia Jawa Barat.
Baca Juga: Kantor Bea Cukai Kediri Cegat dan Amankan Mobil yang Muat Ribuan Rokok Ilegal
Karena itu Dedi Wahidi tampak senang ketika Kiai Asep Saifuddin Chalim secara khusus mendoakan Pesantren Darul Ma’arif agar berkembang maju seperti Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur.
“Tadi di tengah perjalanan Kiai Asep mendoakan agar pesantren ini bisa berkembang maju,” tutur Dedi Wahidi.
Sementara Kiai Asep Saifuddin Chalim sendiri justru mengaku kalah dalam pengadaan gedung dibanding PP Darul Ma’arif. Menurut dia, gedung-gedung PP Darul Ma’arif bukan hanya megah tapi secara artistik tampak sangat indah.
Baca Juga: Pandawara Group Klarifikasi Kata Terkotor ke-4 itu, untuk Urutan Kunjungan, Bukan Peringkat
“Jujur saya kalah dalam pengadaan gedung,” kata Kiai Asep saat memberikan taushiyah kebangsaan dalam acara pelantikan DPW Petanesia Jawa Barat yang dihadiri Bupati Indramayu Nina Agustina Da’i Bachtiar itu.
Tapi dari segi gaung dan kualitas, tutur Kiai Asep, Pesantren Amanatul Ummah memang lebih besar. Ini lantaran sistem pendidikan di Pesantren Amanatul Ummah sudah berjalan sangat baik sehingga melahirkan lulusan berkualitas yang bisa diterima di berbagai perguruan tinggi favorit, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Antara lain diterima di perguruan tinggi Rusia, Jerman, Amerika Serikat, Mesir, Yaman, Maroko, China, dan negara-negara lainnya.
Begitu juga di dalam negeri. Alumni Pesantren Amanatul Ummah diterima di ITB, Unair, UI, UIN, IPB, Unram, Undip, ITS, Unhas, dan perguruan tinggi lainnya.
Baca Juga: Menu Makanan Legendaris Khas Bandung Sejak 1965, Kupat Tahu Gempol Hajar Hasanah
“Tapi sistem itu bisa diadopsi,” kata Kiai Asep yang Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).
Karena itu Kiai Asep yakin Pesantren Darul Ma’arif akan lebih maju dan punya gaung lebih besar jika bisa mengadopsi sistem pendidikan yang kini diterapkan Pesantren Amanatul Ummah.
“Gaungnya akan lebih besar daripada tempat saya (Amanatul Ummah),” kata Kiai Asep.
Kiai Asep sendiri sangat terbuka. Putra pendiri NU, KH Abdul Chalim, yang oleh BANGSAONLINE.com dijuluki “kiai miliarder tapi dermawan” itu mengaku sangat senang jika ada pesantren lain studi banding kepada Pesantren Amanatul Ummah.
“Saya ingin semua pondok pesantren bisa maju dan berkembang seperti Amanatul Ummah,” kata Kiai Asep yang dikenal sebagai ulama gemar bersedekah. Pada bulan Ramadan lalu, misalnya, Kiai Asep membagikan sedekah dan zakat kepada masyarakat sekitar Rp 8 miliar.
Kiai Asep ke Indramayu Jawa Barat bersama rombongan. Antara lain Gus Atok Gresik, Muhammad Santoso (anggota DPRD Mojokerto) dan M Mas’ud Adnan (CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com). (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News