SURABAYA (BangsaOnline) - Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Magetan KH Mansyur, MPd, mengingatkan agar Muktamar NU ke-33 di Jombang jangan dinodai kepentingan politik. ”Apalagi hanya untuk kepentingan tingkat propinsi,” kata Kiai Mansyur kepada BangsaOnline.com (5/4/2015).
Peringatan Kiai Mansyur ini layak diperhatikan karena mantan ketua GP Ansor Magetan dua periode ini banyak tahu tentang track record figur-figur yang punya kepentingan dengan Muktamar NU. ”Kan sudah jelas. Sudah banyak yang tahu,” katanya sambil tertawa.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Kiai Mansyur menjabat Ketua Ansor Magetan ketika Saifullah Yusuf (Gus Ipul) jadi Ketua Umum PP Ansor. ”Jadi tahu semua,” katanya, lagi-lagi sambil tertawa.
Kiai Mansyur tak ingin Muktamar NU yang demikian besar “dibarter” dengan kepentingan pribadi atau figur tertentu yang mengincar jabatan. Apalagi sekedar kepentingan jabatan tingkat propinsi Jawa Timur. Menurut dia, NU terlalu besar untuk dimanfaatkan sebagai kendaraan politik tingkat propinsi. ”Kan semua sudah tahu. Teman-teman Cabang (PCNU) juga sudah tahu semua,” tegas Kiai Mansyur sembari menegaskan bahwa dirinya banyak tahu tentang track record figur-figur Ansor yang kini jadi pengurus NU dan pejabat.
Kiai Mansyur juga menegaskan bahwa semua PCNU di Jawa Timur sebenarnya sudah paham kemana arah angin politik terutama di tingkat propinsi Jawa Timur. Bahkan mereka sudah paham tentang konstelasi politik Jawa Timur terutama dalam kasus pemilihan gubernur. Karena itu meski terkesan diam dan pasif tapi PCNU sebenarnya sudah tahu arah figur-figur yang kini bermain dalam arena Muktamar NU. ”Kami memang diam. Tapi bukan berarti sepakat. Karena itu kalau PCNU didekte malah mental,” tegasnya.
Seperti PCNU yang lain, PCNU Magetan juga menolak sistem pemilihan Rais Aam lewat sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa). ”Ya, samalah dengan (PCNU) yang lain. Wilayah sini (Mataraman) kan sudah sama semua sikapnya,” tegas Kiai Mansyur.
Karena itu ketika PWNU Jawa Timur menggiring PCNU agar satu suara dan mendukung Ahwa mereka langsung diam. Tapi, kata Kiai Mansyur, bukan berarti PCNU sepakat. Menurut dia, seharusnya PWNU Jawa Timur tidak perlu menggiring PCNU untuk mendukung Ahwa dan memilih figur tertentu. Tapi lebih banyak membahas program dan Muktamar NU. ”Sampai sekarang PWNU kan belum ngajak bicara Muktamar. Yang dibicarakan malah Ahwa,” katanya.
Menurut Kiai Mansyur, PWNU Jawa Timur jangan jadi bemper figur tertentu yang ingin memanfaatkan NU untuk kepentingan jabatan. Sebab risikonya terlalu mahal bagi NU. ”PWNU jangan jadi bemper,” katanya. Bemper siapa? Ia menyebut nama figur yang kini ingin jadi gubernur. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News