MOSKOW, BANGSAONLINE.com – Ternyata ada lima negara yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Mereka tentu sekutu Moskow selama ini. Negara-negara pendukung Rusia itu tersebar di Eropa, Asia, hingga Amerika Latin
Inilah 5 negara yang mendukung Rusia invasi ke Ukraina.
Baca Juga: Ajaib, Pohon Sahabi, Tempat Rasulullah Berteduh, Kini Masih Tegak Subur di Yordania
MYANMAR
Junta Myanmar pada Jumat (25/2/2022) mendukung invasi Rusia ke Ukraina, dengan menyebut langkah itu menunjukkan posisi Moskow sebagai pemimpin dunia. Rusia adalah salah satu sekutu utama dan pemasok senjata ke para jenderal Myanmar. Mereka juga berulang kali melindungi negara yang dilanda kudeta itu di PBB. Juru bicara junta Zaw Min Tun mengatakan, militer Rusia melakukan hal yang benar demi keberlanjutan kedaulatan negara mereka.
"Rusia menunjukkan posisinya kepada dunia sebagai kekuatan dunia," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip AFP. Jenderal Min Aung Hlaing pernah berkata kepada Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, tentara Myanmar menjadi salah satu yang terkuat di kawasan berkat bantuan negaranya, menurut kantor berita TASS.
Baca Juga: Suriah Kini, Mengulang Tragedi Penghancuran Irak dan Libya
(Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing menyampaikan pidatonya pada konferensi IX Moskwa tentang keamanan internasional di Moskow, Rusia, Rabu, 23 Juni 2021. (AP PHOTO/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO)/KOMPAS.com)
VENUZUELA
Baca Juga: Prabowo ke China Bawa Tommy Winata dan Prayogo Pangestu, Siapa Dua Taipan Itu
Dikutip dari KompasTren, Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Selasa (22/2/2022) menyatakan dukungan penuh kepada Rusia dalam menghadapi sikap agresif yang diambil oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Venezuela mengumumkan semua dukungannya untuk Presiden Vladimir Putin dalam membela perdamaian di Rusia, rakyatnya, dan tanah airnya. Semua dukungan kami untuk Presiden Putin!,” kata Nicolas Maduro dikutip dari TeleSUR, Rabu (23/2/2022). "Perdamaian Rusia adalah perdamaian dunia dan kami akan mempertahankannya. Rusia dan semua orang di dunia harus dihormati,” imbuhnya.
NIKARAGUA
Baca Juga: Tragedi Sosial, Tak Bisa Belikan iPhone, Seorang Ayah Berlutut Minta Maaf pada Putrinya
Dikutip Kontan.co.id, Presiden Nikaragua Daniel Ortega menjadi salah satu pemimpin dunia pertama yang menyatakan dukungan kepada Rusia pasca pengakuan atas wilayah Luhansk dan Donetsk. Menurut Ortega, langkah yang Rusia ambil merupakan bentuk pembelaan diri.
Ortega juga mengatakan, minat Ukraina untuk bergabung dengan NATO bisa menjadi ancaman untuk Rusia.
Presiden yang telah menjabat sejak tahun 2007 ini percaya, masyarakat yang tinggal di Luhansk dan Donetsk akan memilih bergabung dengan Rusia jika nantinya diadakan referendum.
Baca Juga: WNA asal China Tewas, Usai Terpeleset ke Jurang Kawah Ijen Banyuwangi
"Saya yakin jika mereka melakukan referendum seperti yang dilakukan di Krimea, orang akan memilih untuk menggabungkan wilayahnya itu ke Rusia," kata Ortega dalam pidatonya di Managua, Senin (21/2), seperti dikutip Reuters.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin secara resmi mengakui dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina tersebut sebagai negara merdeka. Keduanya diakui sebagai Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk.
SURIAH
Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik
Dalam panggilan telepon kepada Putin pada Jumat (25/2/2022), Presiden Suriah Bashar Al-Assad memuji invasi Rusia ke Ukraina. Dikutip dari AFP Assad mengatakan, keputusan Putin itu adalah untuk mengoreksi sejarah.
"Presiden Assad menekankan bahwa apa yang terjadi hari ini adalah koreksi sejarah dan pemulihan keseimbangan dalam tatanan global setelah jatuhnya Uni Soviet," ujar kantor kepresidenan Suriah.
Assad juga mengatakan, "Suriah mendukung Federasi Rusia berdasarkan keyakinannya bahwa posisinya benar dan karena menghadapi ekspansionisme NATO adalah hak Rusia". Suriah adalah sekutu setia Rusia yang melakukan intervensi dalam perang saudara Suriah pada 2015, dengan meluncurkan serangan udara untuk mendukung pasukan rezim Assad. Baca juga: Rusia Kalah di 3 Kota Ukraina, tapi Duduki Konotop dan Kepung Kota Lainnya.
Baca Juga: Sindir Luhut, Susi: Bikin Part Pesawat Saja Bisa, Buat Sendok Garpu Undang China
(Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Sochi, Rusia, Kamis (17/5/2018).(AFP / MIKHAIL KLIMENTYEV / SPUTNIK)/KOMPAS.com).
KUBA
Baca Juga: Luhut Sebut China Mau Bangun Pabrik Sendok Garpu di RI, Pengamat: Jangan-Jangan Golok dan Arit juga
Kuba bersama Suriah, Nikaragua, dan Venezuela adalah empat negara paling awal yang menyatakan dukungan saat Putin mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, dua wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina.
Sebagai sekutu Rusia dan yang posisinya paling dekat dengan negara itu serta berbatasan langsung dengan Ukraina, Belarus mendukung langkah Vladimir Purin melakukan invasi. Meski membantah tentaranya ikut-ikutan menyerbu Ukraina, pasukan Rusia dilaporkan bergerak dari perbatasan
BELARUS
Belarus menuju Ukraina. Belarus juga masih menampung sekitar 30.000 tentara Rusia yang ikut latihan militer bersama mereka awal bulan ini. "Penerbangan Rusia dikendalikan dan dipandu oleh pesawat A-50 yang dikerahkan dari wilayah Minsk di wilayah udara Belarus dan Republik Otonomi Crimea yang diduduki sementara," menurut keterangan Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia, Jumat (25/2/2022). Presiden Belarus Alexander Lukashenko adalah sekutu dekat Putin.
Bagaimana dengan China? Tampaknya negara komunis itu berwajah ganda alias kanan-kiri oke.
China sebenarnya termasuk sekutu Rusia. Tapi tampak berhati-hati menanggapi konflik Rusia Ukraina. Bahkan China menolak menyebut serangan Rusia itu sebagai invasi. Pmerintah China juga menolak mengecam tindakan Putin.
Presiden China Xi Jinping menelepon Putin pada Jumat (25/2/2022), meminta Rusia bernegosiasi dengan Ukraina.
"Situasi di Ukraina timur mengalami perubahan yang cepat ... (dan) China mendukung Rusia serta Ukraina untuk menyelesaikan masalah melalui negosiasi," menurut pembacaan telepon dari TV negara China CCTV yang dikutip AFP. Penting untuk "meninggalkan mentalitas Perang Dingin, mementingkan dan menghormati keamanan semua negara, dan membentuk mekanisme keamanan Eropa yang seimbang, efektif serta berkelanjutan melalui negosiasi," lanjut Xi Jinping.
Netralitas China juga ditunjukkan dengan komentar Menteri Luar Negeri Wang Yi kepada para pejabat senior Eropa pada Jumat (25/2/2022), bahwa China menghormati kedaulatan Ukraina. Di sisi lain, dia menilai kekhawatiran Rusia tentang ekspansi NATO ke timur harus ditangani dengan benar. Akan tetapi China--bersama UEA dan India--abstain dalam rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang membahas perang Rusia vs Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News