MALANG, BANGSAONLINE.com - Untuk mewujudkan ketahanan pangan dan memenuhi kebutuhan bahan pokok masyarakat berupa beras, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim terus berinovasi di bidang pertanian.
Inovasi itu di antaranya dengan menciptakan padi varietas unggul. Ada dua padi varietas unggul yang hari ini, Kamis (7/4), dipanen oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di lahan pertanian milik Kelompok Tani (Poktan) Morodadi, Dusun Tanjung Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Baca Juga: Kunjungi TPQ Indar Parawansa Pasuruan, Khofifah Disambut Hangat oleh Santri dan Warga Sekitar
Yaitu Padi Hibrida Brangbiji dan Padi Inbrida Varietas Inpari 32. Dua padi itu merupakan varietas unggul dengan rata-rata produksi 7,2 ton/hektare (ha). Padi Hibrida Brangbiji ini mampu menghasilkan 25 anakan per rumpun dengan jumlah 350 butir per malai. Bahkan dalam kondisi optimal, produksi padi hibrida ini sejatinya bisa mencapai 14.8 - 15 ton/ha.
Namun, cukup sulit untuk mencapai panen maksimal hingga 15 ton/ha lantaran saat ini cuaca sedang ekstrem dampak perubahan iklim. Organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti xantomonas, tikus, dan burung juga masih menghantui petani.
Adapun Padi Inbrida Varietas Inpari 32 tak kalah unggul. Jenis padi yang dikembangkan di lahan seluas 30 Ha itu rata-rata produksinya mencapai 11,9 ton/Ha. Padi Inbrida Inpari 32 mampu menghasilkan 32 anakan produktif per rumpun, dengan jumlah 190 butir per malai.
Baca Juga: Cagub Maluku Utara Terpilih Belajar Kesuksesan Khofifah Pimpin Jawa Timur
Menurut Gubernur Khofifah, panen raya padi kali ini merupakan bukti keseriusan Pemprov Jatim dalam mewujudkan ketahanan pangan yang kini menjadi isu dunia. Terutama bagi masyarakat Indonesia yang makanan pokoknya adalah dari beras.
"Ketersediaan beras menjadi bagian yang sangat penting yang harus disiapkan. Ketika ketahanan pangan menjadi issue dunia dan masyarakat Indonesia bahan pangan pokoknya adalah beras, maka ketersediaan serta ketercukupan menjadi hal yang sangat penting," ungkapnya.
Lanjut Khofifah, selama ini Pemprov Jatim telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan swasembada pangan. Pada tahun 2020 lalu, Jatim menjadi provinsi dengan produksi padi tertinggi se-Indonesia mencapai 9.9 juta ton gabah kering giling (GKG).
Baca Juga: Bakal Gelar Kongres Ke-18, Khofifah Bersama PP Muslimat NU Silaturahmi dengan Menag RI Nasaruddin
Sedangkan pada 2021, produksi padi Jatim turun menjadi 9,74 juta ton atau setara dengan 5,6 juta ton beras. Meski demikian, angka tersebut masih menjadi yang tertinggi di Indonesia. "Hasil ini patut disyukuri dan dibanggakan," katanya.
"Hari ini saya sengaja turun untuk bisa melakukan monitoring dan memastikan karena perubahan iklim, hidrometeorologi, serta cuaca ekstrem ini berpotensi berdampak pada produksi padi kita," urainya.
Khofifah mewanti-wanti agar perubahan iklim ini diwaspadai karena sangat berpengaruh terhadap panen raya padi. Terbukti, hasil panen Padi Hibrida Brangbiji turun menjadi 9 ton per hektare dari biasanya 14,8-15 ton per hektare. Sedangkan panen Padi Inpari Varietas Inbrida 32 turun menjadi 6-7 ton per hektare dari biasanya 11,9 ton per hektare.
Baca Juga: Alasan Prestasi, Keluarga Besar Ponpes Syarifuddin Lumajang Doakan Khofifah Jadi Gubernur 2025-2030
"Saya juga akan melakukan proses monitoring langsung panen bersama seperti ini di banyak titik karena selain kita harus bisa melakukan prediksi dari seluruh produksi padi agar hasil panen bisa optimal, juga melakukan percepatan masa tanam," jelasnya.
Di hadapan Bupati dan Forkopimda Malang serta para kelompok tani yang hadir, Khofifah meminta bahwa para petani melakukan percepatan masa tanam sebelum masuk musim kemarau. Sebab, saat ini masih terdapat hujan bisa berfungsi untuk mengairi area persawahan.
Baca Juga: Hari Pangan Sedunia 2024, Khofifah Tekankan Pentingnya Inovasi Pengelolaan Air dalam Pertanian
"Tolong ada percepatan masa tanam, mumpung masih dapat air dan masih musim hujan. Kalau telat masa tanamnya akan berdampak pada produksi total padi kita," ungkapnya.
Khofifah juga mengungkapkan bahwa terdapat hal strategis selain percepatan masa tanam, yaitu alih fungsi lahan seperti lahan sawah mengalami alih fungsi jadi lahan industri, maka lahan sawah harus dilindungi.
Untuk itu, kabupaten/kota harus melindungi peta areanya yang mendukung ketahanan pangan hingga pada seluruh institusi mulai tingkat desa kelurahan kecamatan dan semua pihak.
Baca Juga: Presiden Jokowi Jadi Saksi Pernikahan Yusuf dan Jihan, Khofifah: Sebuah Kehormatan yang Luar Biasa
"Kita butuh peta yang lebih detail bagaimana lahan pertanian pangan berkelanjutan (LPPB) bisa terus terjaga. Saya berharap, bahwa Kab. Malang dan 14 daerah lain bisa menerapkan perda RT/RW agar menjaga area persawahan demi mewujudkan kedaulatan pangan," terangnya.
Di akhir, Khofifah juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para petani yang telah bekerja keras memenuhi ketercukupan kedaulatan pangan di Jawa Timur dan bisa mensuplai 16 provinsi lain di Indonesia Bagian Timur.
"Kita tidak sekadar menghitung kebutuhan pangan masyarakat Jatim semata. Tapi kita juga menghitung ketercukupan pangan di 16 provinsi lain di Indonesia bagian timur. Karena, logistiknya hampir 80% disuplai dari Jawa Timur. Kepada seluruh para petani, saya menyampaikan terima kasih atas kerja keras selama ini," harap Khofifah.
Baca Juga: Koordinasi dan Penyamaan Frekuensi dalam Ketahanan Pangan, Wamentan Kunker ke Malang
Di sisi lain, Bupati Malang Sanusi menyatakan, panen raya ini merupakan hasil inovasi kelompok tani yang dikelola bersama kepala desa untuk mencari bibit yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Malang.
Ia menyebut, ketika musim kemarau tiba, jenis varietas yang ditanam adalah Brangbiji. Ketika memasuki musim hujan, varietas yang ditanam adalah hibrida maupun ciherang.
Baca Juga: Malang akan Jadi Pilot Project Digitalisasi Pangan untuk Petani dan Peternak se-Indonesia
"Pada kondisi optimal, produksi padi hibrida bisa mencapai 14.8 - 15 ton/hektare. Namun kali ini akibat perubahan iklim hanya mencapai 7 ton. Upaya ini terus kita lakukan lewat monitoring menggunakan pupuk organik sehingga nanti padi atau beras yang dihasilkan bisa organik pula. Nanti kita akan lihat jenis padi yang unggul akan kita terus kembangkan,” tegasnya.
Seusai melakukan panen raya ini, Gubernur Khofifah juga melakukan dialog dengan Kepala Desa Banjar Arum, Z'afari. Dari dialog tersebut, diperoleh informasi bahwa ada sekira 15 hektare lahan yang masih mengalami kesulitan akses jalan. Lahan tersebut berada di bantaran sungai.
Menurut Z’afari, harus sesegera mungkin didirikan jembatan. "Kalau musim penghujan seperti ini rawan sekali banjir Ibu Gubernur, sehingga proses penanaman yang tertunda," ucap Z'afari.
Sebagai informasi, luas area sawah di Poktan Morodadi yang siap panen yaitu 60 Ha. Dengan rincian, Padi Inbrida Varietas Inpari 32 seluas 30 Ha dengan rata2 produksi 11,9 ton/Ha. Padi Inbrida Varietas Ciherang seluas 27 Ha dengan rata-rata produksi 10,2 ton/Ha. Kemudian, Padi Brangbiji yang dikembangkan seluas 3 Ha, dengan rata-rata produksi 7,2 ton/Ha.
Turut hadir pada kesempatan tersebut, Rektor Universitas Islam Negeri Malang Prof. Dr. Masykuri, Forkopimda Kabupaten Malang, Dandim, Kapolres, dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, Ketua Kelompok Tani Morodadi Abd. Wasis Sasongko, kepala desa, serta OPD terkait di lingkup Pemprov Jatim maupun Kabupaten Malang. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News