Ditutup Pantun oleh Wamenag, ini Sejumlah Rekomendasi yang Dihasilkan Kongres Pergunu

Ditutup Pantun oleh Wamenag, ini Sejumlah Rekomendasi yang Dihasilkan Kongres Pergunu Wakil Menteri Agama RI, Dr. H. Zainut Tauhid Sa'adi, saat menutup Kongres III Pergunu di Institut KH. Abdul Chalim (IKHAC), Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (28/5/2022) malam. foto: YUSUF/ BANGSAONLINE

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Uang seribu di dalam saku, untuk membeli segelas jamu. Sungguh sayangku kepada guru, hatinya ikhlas memberi ilmu.

Demikian pantun yang dilantunkan Wakil Menteri Agama RI, Dr. H. Zainut Tauhid Sa'adi, saat menutup Kongres III Pergunu di Institut KH. Abdul Chalim (IKHAC), Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (28/5/2022) malam.

Dalam sambutannya, sebelum menutup kongres, wamenag berharap Kongres Pergunu dapat merumuskan jawaban atas tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang ditandai dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Menurut dia, tantangan-tantangan itu membuat dunia seperti tanpa batas dan tanpa sekat. Karena itu, ia mengajak para guru NU untuk mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat, demi membangun kemajuan peradaban Bangsa Indonesia.

"Hal ini sesuai tema besar Kongres III Pergunu: Guru Mulia, Membangun Peradaban Mulia," ujarnya di hadapan para peserta kongres.

Penutupan Kongres III Pergunu juga dihadiri oleh Katib Syuriah PBNU, KH Hasan Nuri Hidayatullah yang tutut memberikan sambutan.

Kongres yang diiikuti sekitar 1.200 pengurus Pergunu dari seluruh Indonesia itu juga dihadiri Wakil Bupati Mojokerto, Muhammad Al-Barra. Ketua Yayasan Amanatul Ummah itu berterima kasih karena Mojokerto dijadikan tempat untuk menyelenggarakan Kongres Pergunu. Dengan demikian, Kabupaten Mojokerto semakin banyak dikenal.

Wabup yang karib disapa ini juga menyoroti langkah Kementerian Pendidikan yang menghapus frasa 'madrasah' dari UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Ia sangat menyayangkan hal tersebut.

Padahal, menurut dia, selama ini madrasah turut andil mendidik moral dan akhlakul karimah para murid sebagai penerus bangsa.

“Sudah sepantasnya negara menghargai guru, khususnya . Sebab sebenarnya tugasnya lebih berat, karena juga menguatkan aspek spiritual siswanya. Guru madrasah, khususnya Pergunu, harusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah,” tegasnya.

(Suasana penutupan Kongres III Pergunu. foto: YUSUF/ BANGSAONLINE)

Senada disampaikan Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, Ketua Umum PP Pergunu Terpilih Periode 2022-2027. Ia mengecam penghapusan kata-kata 'madrasah' dari UU Sisdiknas. menegaskan dirinya tidak rela jika UU Sisdiknas tidak mencantumkan madrasah.

Karena itu, salah satu rekomendasi yang dihasilkan dari Kongres III Pergunu adalah mengawal agar kata 'madrasah' tetap tercantum  di UU Sisdiknas.

Menurut dia, dihapusnya frasa madrasah dari UU Sisdiknas bisa menimbulkan kegelisahan sebagian besar Bangsa Indonesia, yaitu Umat Islam. pun mempertanyakan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Dirjen Kebudayaan, yang berulang kali dianggap menyakiti umat Islam, terlebih warga NU. 

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO