JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Inisiatif Moderasi Indonesia (Inmind) menggelar seminar dan bedah buku berjudul 'Perjalanan Intelijen Santri' di Auditorium Unipdu Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Kamis (09/06/22).
Bedah buku karya Dr KH. As'ad Said Ali tersebut dihadiri oleh Ketua Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah Yon Macmudi, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlanngga Prof. Kacung Marijan, Dosen Fakultas Ushuludin UIN Sunan Ampel Dr Muh Aimur Rofiq, serta ratusan peserta dari berbagai kalangan mulai dari akademisi, mahasiswa, pelajar, hingga ormas.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Dikatakan Kiai As'ad Said Ali dalam sambutannya, bahwa basis intelijen sudah dimulai sejak zaman nabi, yakni mulai Nabi Sulaiman saat akan menaklukan Negeri Saba.
"Saat itu yang diperintahkan adalah burung Hud untuk menjadi intelijen yang diperintahkan untuk melihat reaksi dari Ratu Saba usai menerima surat dari Nabi Sulaiman," tuturnya.
Tokoh NU yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) 2001-2010 itu mengungkapkan, bahwa informasi intelijen sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan agar dapat bertindak secara sistematis.
Baca Juga: Dosen Sosiologi UTM Bedah Buku Potret Perjuangan Ulama Bassra Madura
"Informasi intelijen guna mengetahui siapa kawan, siapa lawan, dan bagaimana menghadapinya. Jangan kawan dilabrak sendiri, serta bertindak secara sistematis," terangnya.
Informasi yang akurat, lanjut As'ad, adalah laporan informasi yang dilihat, didengar, dan disaksikan sendiri oleh informan tersebut.
"Saat ini lebih trennya yakni informasi A1, berarti laporan tersebut dilihat, didengar, dan disaksikan sendiri oleh informan. Jadi bisa dijadikan acuan," pungkasnya. (aan/rev)
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News