Politikus Senior Golkar Minta Pemkab Pasuruan Bentuk Satgas PMK

Politikus Senior Golkar Minta Pemkab Pasuruan Bentuk Satgas PMK Tampak H. Khozin (kanan) saat ditemui di kandang sapi miliknya.

PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Politikus Senior Partai Golkar Pasuruan, , turut angkat bicara menyikapi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang semakin mengganas. Ia mendesak agar Pemkab Pasuruan segera membentuk .

Menurutnya, sudah banyak peternak yang kelimpungan sejak wabah PMK melanda. Mereka mengalami kerugian.

"Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan, bisa-bisa para peternaknya pun juga jatuh gelabakan," cetus Udik kepada BANGSAONLINE.com saat ditemui di kandang sapi perah milik H. Khozin, Warga Pasinan, Kecamatan Lekok, Sabtu (11/06/2022).

"Virus PMK ini lebih ganas daripada Virus Corona. Karena saat kita masuk kandang si A misalnya, sapinya terdampak virus, kemudian kita masuk ke kandang si B sapinya sehat, sebentar lagi kandang si B itu juga terdampak," papar suami Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, Rias Yudikari Drastika tersebut.

Untuk itu, ia mendorong pemerintah segera melakukan langkah konkret. "Dinas peternakan itu harus turun lapangan, jangan menunggu jemput bola, juga punya pengalaman di bidang ternak, jadi tahu kondisi peternakan," tegasnya.

Sementara Khozin, mengungkapkan bahwa produksi susu sapinya menurun sejak adanya wabah PMK. Sebab dari 30 ekor sapi yang dimilikinya, kini hanya 1 ekor yang sehat.

"Yang 29 ekor ada yang lumpuh, ada pula yang meleleh gak mau makan. Sementara para pedagang sapi pun sudah tak sanggup membeli sapi dengan harga mahal," cetusnya.

Dari 30 ekor sapi itu, per hari bisanya Khozin bisa mendapatkan 200 liter susu. Dengan harga jual Rp7.000 per liter, Khozin mengantongi omzet Rp1.400.000 per hari. Namun saat ini, sejak sapinya terjangkit PMK, dia hanya bisa mendapat 80 liter susu atau Rp560.000 per hari. Padahal, biaya perawatan sapi perhari mencapai Rp1 juta. Otomatis, ia merugi.

"Umumnya sapi itu Mas, harganya 20 sampai 25 juta rupiah. Sekarang laku 2 juta itu sudah mahal, Mas. Coba bayangkan itu, kadang Rp200 ribu, Rp500 ribu sudah dapat sapi, dan pedet pun sekarang hanya dikasihkan tok, alias gak payu (laku) sama sekali," tutur Khozin.

BANGSAONLINE.com sudah berupaya mencoba konfirmasi kepada dinas peternakan setempat, namun belum ada respons. (afa/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO