JEMBER, BANGSAONLINE.com - Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Jember (Unej) angkat bicara soal polemik pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unej tahun 2021/2022.
Ramai dibicarakan, polemik kesiapan dan kematangan proses pelaksanaan KKN dipertanyakan oleh mahasiswa. Mereka mendapati ada beberapa persoalan yang terjadi. Di antaranya ialah adanya waktu pelaksanaan yang molor dan berujung pemangkasan waktu pelaksanaan. Sehingga, hal ini berujung pada bagaimana sebenarnya panduan yang benar-benar dijadikan acuan oleh LP2M Unej sebagai penyelenggara.
Baca Juga: Civitas Academica Unej Gelar Deklarasi demi Selamatkan Demokrasi di Indonesia
Kendati demikian, Prof. Dr. Yuli Witono, S.TP., MP selaku Ketua LP2M Unej menyatakan bahwa program KKN mahasiswa memang sering berubah. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk responsif dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat.
"Jadi KKN sekarang itu kan paradigmanya berbeda dari yang lalu. Kalo sekarang ini KKN itu tematik. Jadi, memang sangat dinamis. Tema-temanya itu sangat bergantung pada kebutuhan-kebutuhan daerah, kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan nasional tentunya," paparnya.
Pada contohnya, Yuli menyebutkan beberapa tematik KKN yang dapat dilakukan pada masa ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa LP2M Unej sebagai lembaga pendidikan tinggi mampu menjawab persoalan masyarakat dengan berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan; Penelitian; dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Baca Juga: Kolaborasi Antara Unej-Pemkot Pasuruan, Gus Ipul: Kemajuan Daerah Ditandai Majunya Perguruan Tinggi
"Misalnya pada masalah stunting, ya tentu KKN-nya mengarah ke sana. Ada masalah digitalisasi, ya tematiknya ke digital. Kemudian masalah kewirausahaan, ini yang menjadi konsen hari ini," tuturnya.
Yuli kembali menegaskan bahwa bagaimana pelaksanaan KKN memang tidak bisa statis, namun dinamis dan bervariasi, bergantung pada situasi dan kondisi. Ia mengambil contoh pada peralihan masa pandemi berubah pada saat ini, yang meskipun belum resmi endemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Namun dengan semakin melandainya kasus, juga kini Jember dinyatakan berstatus level 1 pada pembatasan sosial yang berlaku sebelumnya (PPKM).
"Di masa pandemi, nah, kan situasi itu sangat cepat berubah-ubah. Dari pra pandemi ke pandemi, dari pandemi ke pasca pandemi. Jadi kita harus adaptif. Dari dulu kita enak kegiatan tatap muka, berubah menjadi daring semua. Kan nggak mungkin KKN terus selesai (ditiadakan). Kita harus mutar otak, nah, akhirnya ketemulah program back to village untuk KKN di masa pandemi," ujarnya.
Baca Juga: Universitas Jember Kecam Pembongkaran Rumah Singgah Bung Karno di Padang
Bahkan, bentuk adaptif LP2M Unej untuk pelaksanaan KKN dengan program back to village, dikatakan sebagai inisiator berbagai kampus lain untuk mengadakan KKN secara dalam jaringan (daring).
"Itu Jember yang menginisiasi. Sehingga di berbagai tempat itu, muncul KKN online. Jadi back to village, kita kembali ke desa (mahasiswa KKN di desa masing-masing). Itu berlangsung 2 tahun selama pandemi," tambahnya.
Ia juga menekankan akan capaian yang tetap diperhatikan, meski harus mengubah pola dan sistem KKN yang dinamis, menurutnya.
Baca Juga: Undang Tim dari Jerman, Universitas Jember Lanjutkan Akreditasi Internasional
"Tapi tetep bagaimana ini target pembelajaran KKN mahasiswa ini tercapai," imbuhnya.
Sedangkan untuk panduan yang sering dielukan oleh mahasiswa, ia menjawab bahwa mahsiswa dapat dengan mudah men-download pada sistem online kampus. Sehingga apa yang dipersoalkan oleh mahasiswa, menurut Yuli hanya persoalan komunikasi.
"Ya saya kira ini hanya persoalan komunikasi saja," pungkasnya. (yud/bil/ari)
Baca Juga: Tingkatkan Penerimaan Pelajar ke PTN, Humas Unej: Guru BK Harus Mampu Petakan Kemampuan Siswa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News