SURABAYA, BANGSAONLINE.com - KH Abdulloh Thohir, Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Batu Jawa Timur mengaku khawatir terhadap paham yang mulai masuk ke dalam NU. Ia curiga jangan-jangan NU memang sudah kerasukan orang-orang berpaham di luar Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja).
”Sekarang ini kok rasanya (NU) sudah mulai kurang sejalan dengan para muassis (pendiri NU),” kata Kiai Abdulloh Thohir kepada BANGSAONLINE.com, sore tadi (27/4/2015).
Baca Juga: PWNU se-Indonesia Rakor di Surabaya, Dukung PBNU Selalu Bersama Prabowo
Ia menyebut contoh soal empat pilar sumber pengambilan hukum yaitu al-Quran, Hadits, Ijma’ dan qiyas yang diotak-atik oleh PBNU lewat draft materi Muktamar. ”Kalau hanya al-Quran dan Hadits tanpa Ijma’ dan Qiyas, apa bedanya NU dengan ormas lain,” katanya heran. Ia menilai upaya PBNU menghilangkan ijma' dan qiyas ini sangat fatal dan tak sesuai dengan garis muassis NU.
Melihat kondisi seperti itu, Kiai Abdulloh menegaskan NU perlu pemimpin yang kuat, terutama di jajajran Rais Syuriah. Siapa yang pas? Ia menyebut KH A Hasyim Muzadi. ”Kiai Hasyim Muzadi kan sudah berpengalaman,” katanya.
Meski demikian, kata dia, masih ada saja yang mengungkit-ungkit Kiai Hasyim terlibat politik pada masa lalunya. ”Ada saja teman-teman yang masih mempermasalahkan,” kata dia.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Ia menilai Kiai Hasyim jauh lebih mumpuni jadi Rais Am PBNU ketimbang nama-nama lain yang muncul. Sebab selain berpengalaman mimpin NU juga tegas dalam membela Aswaja. “Dibanding yang lain masih lebih bagus Kiai Hasyim,” katanya sambil menyebut nama kandidat Rais Am lain.
Ia juga mengaku tak sreg jika sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) diterapkan dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang. ”Rasanya kok belum saatnya,” katanya.
Menurut dia, banyak PCNU yang menolak AHWA diberlakukan pada Muktamar di Jombang. ”Saya tak tahu apa di balik AHWA itu,” katanya sembari tertawa.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Seperti Rais Syuriah PCNU yang lain ia juga berharap jangan sampai praktik riswah atau money politics di Muktamar NU Makassar terulang lagi dalam Muktamar NU di Jombang.
”Kita berharap Muktamar ini bersih dan kredibel,” katanya. Karena itu ia mengaku selalu berdoa agar Muktamar NU di Jombang nanti benar-benar berlangsung tanpa noda politik uang.
”Saya setiap momen selalu mengajak berdoa agar Muktamar NU di Jombang berjalan baik. Kemarin saya dalam acara Fatayat NU yang dihadiri banyak orang juga mengajak berdoa bersama,” katanya.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Ia mengaku khawatir Muktamar NU yang seharusnya berjalan bersih dikotori oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab dengan cara menebar uang untuk mempengaruhi peserta Muktamar. Ia mengaku tak pernah mengurusi masalah politik uang. Ia bahkan bertekad untuk mempertahakan prinsip yang sudah diyakini. Artinya, meski ada orang-orang bergerilya dan merayu mengiming-imingi uang agar memilih kiai selain kiai yang telah ia yakini baik dalam mimpin PBNU, dirinya tak akan goyah. ”Saya waktu di Makassar itu sampai mau masuk ke ruang steril tak tahu apa-apa,” katanya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News