SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Coaching jurnalistik yang digelar oleh Forum Wartawan Sidoarjo (Forwas) berlanjut. Setelah sebelumnya di Gedangan, kali ini program pelatihan jurnalistik yang masuk dalam program forwas institut tersebut digelar di MA Nulur Huda, Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Senin (12/9/2022).
Materi tentang dasar jurnalistik, sadar media sosial, video berita, dan beberapa hal masih menjadi topik utama. Termasuk materi tentang toleransi juga diberikan dalam coaching clinic bersama Komunitas Brang Wetan ini.
Baca Juga: KPU Sidoarjo Ajak Media Beri Edukasi dan Dorong Partisipasi dalam Pilkada Serentak
Wartawan Kompas, Runik Sri Astuti, dalam kesempatan ini menyampaikan tentang pentingnya penentuan tema dan sub-tema bahwa ketika membahas "toleransi" dalam bingkai pemberitaan.
"Menulis berita atau membuat video jurnalistik terkait toleransi, pertama tentukan tema dan sub-tema. Hal ini penting agar berita atau video yang dibuat tidak liar dan tetap sesuai tema," ujar jurnalis perempuan yang juga menjabat sebagai Direktur Forwas Institut tersebut.
Selain itu, ia mengingatkan kaidah dan etika dalam menulis berita tidak boleh lepas dari rumus 5W+1H.
Baca Juga: Gedung Balai Wartawan Sidoarjo Dirusak Orang tak Dikenal, Kaca Jendela Dilempar Batu
"Sebelum menyusun sebuah berita atau karya jurnalistik, setidaknya butuh riset terlebih dahulu. Agar ada nilai yang dapat diambil dari setiap tulisan, foto, atau video yang diproduksi," imbuhnya.
Sementara narasumber lain, Roghib Al-Anshori lebih banyak mengupas tentang video jurnalistik. Wartawan BBS TV tersebut banyak menjelaskan tentang tips dan trik dalam pengambilan gambar pada sebuah karya jurnalistik.
"Pemahaman sangat penting, agar gambar yang diproduksi bisa tersampaikan pesannya di setiap frame-nya," katanya.
Baca Juga: Meriahnya Festival Tolerasi 2024 di Sidoarjo
A'an, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa teknik pengambilan gambar seperti wide, close up, medium close up, dan detail juga harus diperhatikan.
"Teknik pengambilan gambar ini penting. Agar tidak bingung dan salah ketika membuat sebuah video. Yang kedua, kita juga harus bisa membedakan mana video jurnalistik dan mana video yang bergenre testimoni seperti untuk sosmed," sebutnya. (cat/rev)
Baca Juga: Gelar Tadarus Jurnalistik, Forwas Bahas Pilkada 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News