MENPAWAH, BANGSAONLINE.com – Istana Amantubillah berdiri tegak dan gagah. Halamannya luas membentang. Di beberapa tempat ada senjata meriam mendongak, menghadap ke depan. Banyak pusaka dan senjata serta benda-benda bersejarah tersimpan dan terawat rapi.
Ya, inilah salah satu sisa kejayaan Kerajaan Menpawah, di Kalimatan Barat (Kalbar). Istana Amantubillah Menpawah terletak di Desa Pulau Pedalaman, Kecamatan Menpawah Timur, Kalbar.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Dari nama istananya saja sudah jelas: kerajaan Islam. Amanatubillah artinya, aku beriman kepada Allah. Catnya juga didominasi warna hijau, warna Islami. Sementara di pintu gerbang istana ada tulisan: Menpawah Harus Maju, Malu pada Adat.
Pada Senin (19/9/2022), siang hari, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, berkunjung ke kerajaan Menpawah. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu memenuhi undangan Raja Menpawah Pangeran Ratu Mulawangsa Dr Ir Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim dan Ratu Kenanga Dr dr Arini Mariam, M.Sc. Mardan Adijaya merupakan Panembahan XIII Keraton Amantubillah.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA (jas hitam) dan Raja Menpawah Pangeran Ratu Mulawangsa Dr Ir Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim dan Ratu Kenanga Dr dr Arini Mariam, MSc. Foto: bangsaonline.com)
Hujan deras mengguyur ketika Kiai Asep dan rombongan memasuki Istana Amantubillah. Dalam rombongan Kiai Asep tampak Wakil Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim, Dr Eng Fadly Usman, Ketua PW Pergunu Kalbar, Jasmin Haris, MPd, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, M Mas’ud Adnan, MSi dan ajudan Kiai Asep, Taufik Rohman.
Kiai Asep dan rombongan disambut sebagai tamu agung. Artinya, rombongan Kiai Asep disambut secara resmi kerajaan. Tak kurang 9 pengeran, disamping para abdi kerajaan yang lain, berdiri berjejer menyambut kedatangan Kiai Asep dan rombongan.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Tak lama kemudian Raja Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim dan permaisurinya, Arini Mariam, keluar menyambut Kiai Asep. Sang raja mempersilakan Kiai Asep duduk di atas alas berupa bantal yang sudah disiapkan.
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA duduk lesehan di atas alas bantal yang sudah disiapkan saat disambut Raja Menpawah dan permaisurinya. Tampak juga Ketua PW Pergunu Kalbar Jasmin Haris, MP.d) Foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
Raja Mardan mengaku sangat senang Kiai Asep bisa datang ke kerajaanya. Ia berterima kasih. Bahkan sang raja kemudian menyerahkan sertifikat tanah seluas 6 hekar untuk diwakafkan menjadi pondok pesantren.
Pembawa acara kemudian mempersilakan Kiai Asep menyampaikan sambutan. Kiai miliarder tapi dermwaan itu juga mengaku senang bisa berkunjung ke kerajaan Menpawah. Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu bahkan mengatakan bahwa pertemuan itu adalah kehendak Allah.
Ia mengutip sebuah hadits yang artinya bahwa ruh manusia ibarat tentara yang terlatih yang bisa mendeteksi siapa kawan dan siapa lawan. Nah, pertemuan antara dirinya dengan sang raja adalah pertemuan dua kawan yang dikehendaki Allah SWT.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
(Para pangeran dan abdi kerajaan mengawal Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: bangsaonline.com)
Sang raja kemudian mempersilakan Kiai Asep dan rombongan menikmati jamuan makan siang di ruang belakang Istana Amantubillah. Ruangan itu cukup luas dan memanjang.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
Yang menarik, jamuan makan itu disiapkan secara lesehan. Maka sang raja dan Kiai Asep serta rombongan menikmati jamuan raja itu secara lesehan ala pesantren.
Pantauan BANGSAONLINE.com, menu makananya juga kuliner tradisional. Bahkan hampir semua makanannya diwadahi atau dilapisi daun.
Saat sang raja dan permaisurinya menjamu makan Kiai Asep dan rombongan, BANGSAONLINE.com berusaha memasuki beberapa ruangan di Istana Amantubillah. Terutama ke ruangan belakang dan tengah. Banyak sekali pusaka atau benda-benda bersejarah dipajang. Antara lain tombak, payung, meriam, tempat tidur, bahkan ada juga tustel atau kamera.
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Kiai Asep mengaku sangat terkesan dengan kesederhanaan sang raja. “Raja sangat baik,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com.
Kiai Asep juga sangat terkesan dengan jamuan makannya yang terdri dari kuliner tradisional. “Sayurnya itu ada kecipir dan sebagainya,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com seusai acara.
Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok
(Raja Menpawah: Pangeran Ratu Mulawangsa Dr Ir Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim dan Ratu Kenanga Dr dr Arini Mariam, MSc menjamu makan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan rombongan di bagian belakang Istana Amantubillah Keraton Menpawah Kalimantan Barat, Senin (19/9/2022). Foto: M Mas'ud Adnan/bangsaonline.com)
Kiai Asep berharap pemerintah peduli pada raja atau kerajaan yang jasanya sangat besar terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. Termasuk kepada kerajaan Menpawah. Apalagi sekarang secara politik kerajaan tak punya kekuasaan tapi secara budaya sangat kuat. Sehingga bisa menjadi cagar budaya bangsa Indonesia.
“Tanpa raja-raja itu bangsa Indonesia dan NKRI tak akan pernah ada,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONONLINE.com.
Sebab, tutur Kiai Asep, berkat kebesaran jiwa para raja itulah, kekuasaan mereka melebur ke dalam NKRI. “Seharusnya tiap bulan ada bantuan keuangan dari pemerintah kepada para raja dan kerajaan itu. Misalnya Rp 250 juta tiap bulan,” kata Kiai Asep.
Raja Menpawah Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim mengundang Kiai Asep sebagai tamu kehormatan dalam rangka acara Robo-Robo. Tapi waktu Kiai Asep di Kalbar hanya dua hari sehingga tak bisa datang ke acara tersebut.
Robo-robo adalah upacara tolak bala oleh masyarakat Kota Mempawah, Kalimantan Barat. Upacara ini digelar pada hari Rabu pekan terakhir bulan Safar, Hijriah. Di Jawa acara Robo-Robo itu dikenal dengan Rabu Wekasan.
Walikota Singkang Tjhai Chui Mie sebenarnya juga berharap Kiai Asep datang ke wilayahnya. Tapi - lagi-lagi - waktunya tak cukup.
"Kita datang lagi kapan-kapan. Kalau ke Kalimantan Barat harus tiga hari," kata Kiai Asep. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News