JEMBER, BANGSAONLINE.com - Polemik kelangkaan pupuk bersubsidi di Kabupaten Jember, masih berdengung di kalangan petani. Beberapa di antaranya menolak ajakan Bupati Hendy untuk beralih ke pupuk organik.
Menanggapi isu kelangkaan pupuk bersubsidi, bupati memaparkan informasi yang mengatakan bahwa hal tersebut memang menjadi kebijakan pemerintah pusat dan bukan dari Pemkab Jember. Menurut dia, hal ini perlu dan wajib diketahui oleh para petani yang mengeluhkan kelangkaan yang notabene pupuk kimia.
Baca Juga: Hadir di Kampanye Akbar, Irwan Setiawan Ajak Menangkan Khofifah-Emil
"Bupati wajib menyampaikan kepada para petani. Kebijakan dari pemerintah pusat itu pupuk subsidi dikurangi," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima BANGSAONLINE.com, Sabtu (1/10/2022).
Dengan demikian, kata Hendy, petani sekarang harus beradaptasi dengan keadaan serta diminta untuk beralih menggunakan pupuk organik.
"Jadi petani harus segera beralih ke pupuk organik. Tapi saya minta tolong ongghuen (dengan sungguh- sungguh), mulai sekarang (petani) harus latihan menggunakan pupuk organik," tuturnya.
Baca Juga: Seribu Massa SSC di Jember Nyatakan Dukung Khofifah-Emil
Pemkab Jember, lanjut Hendy, menanggapi kelangkaan pupuk subsidi dengan terus berupaya mengarahkan para petani untuk segera beralih pada penggunaan pupuk organik, sehingga petani akan terbiasa dan tahan terhadap kondisi krisis pupuk.
"Kami terus berusaha untuk, bagaimana mendorong petani- petani se- Kabupaten Jember, diarahkan ke pupuk organik," ucapnya.
Salah satu petani dari Desa Kebonsari, Mulyanto, menganggap penggunaan pupuk organik tidak sebaik penggunaan pupuk bersubsidi yang biasa digunakan. Ia menyanggah pendapat bupati yang mengarahkan petani beralih ke pupuk organik.
Baca Juga: DPPTK Ngawi Boyong Perwakilan Pekerja Perusahaan Rokok untuk Ikuti Bimtek di Jember
"Kalau pakai pupuk organik hasilnya kurang bagus. Biasanya hasil panen dapat dua ton, bisa-bisa berkurang jadi satu ton saja," ungkapnya.
Hal senada turut disampaikan petani di daerah Mumbulsari yakni Misbah. Ia menyebut, penggunaan pupuk organik justru mengurangi kualitas tanaman.
“Beda dengan pupuk subsidi. Kalau pupuk subsidi, pertumbuhan akar sampai pohon tanaman cukup bagus. Sehingga buahnya gemuk-gemuk. Jadi hasilnya jauh lebih banyak dari pada pakai pupuk organik," akunya.
Baca Juga: Petrokimia Gersik Luncurkan Program Kampung Makmur Komoditas Nanas di Kabupaten Kediri
Selain itu, Junaidi yang juga warga Mumbulsari menilai kondisi kelangkaan pupuk dengan solusi yang ditawarkan bupati masih kurang solutif. Ditambah lagi, ia merasa kebanyakan petani menolak solusi yang disebutkan Hendy Siswanto dan itu membuatnya resah lantaran khawatir turunnya produksi hasil pertanian yang disebabkan kondisi.
"Kondisi seperti ini (kelangkaan pupuk subsidi) bisa membuat petani malas untuk bertani. Makanya jangan heran kalau mereka lebih memilih menjual lahannya untuk dibikin perumahan dari pada dikelola sendiri (bertani). Soalnya sudah direpotkan dengan pupuk langka, harga jual kadang tidak stabil," urai Junaidi.
Sejauh ini, kebanyakan petani masih mencoba membeli pupuk non-subsidi dengan harga dua kali lipat dari pupuk subsidi. Hal ini menjadikan kondisi semakin sulit bagi para petani karena mereka belum terbiasa dengan penggunaan pupuk organik.
Baca Juga: 5 Kendaraan Terlibat Kecelakaan Beruntun di Jember
Meski pembuatannya mudah, petani juga dituntut untuk menyesuaikan volume pembuatan pupuk organik dengan luasan lahan yang akan digarap. Hal itulah yang menyebabkan petani tetap memilih untuk membeli pupuk dengan harga tinggi atau tidak menanam, sebab tidak mampu membeli pupuk. (yud/bil/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News