Puspa Agro Gandeng Pemerintah Swiss untuk Kelola Sampah

Puspa Agro Gandeng Pemerintah Swiss untuk Kelola Sampah Komisaris Puspa Agro Erlangga Satriagung usai MoU dengan Coordinator Research Program FORWARD dari EAWAG, Bart Verstappen. Foto : nisa/BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - PT Puspa Agro Jatim melakukan perjanjian kerjasama dengan pemerintah Swiss, untuk mengolah sampah organic di pasar Puspa Agro menjadi barang yang bernilai ekonomi. Yakni sampah organic lunak dijadikan pakan lalat agar menghasilkan belatung sebagai makanan ternak, sampah buah dan sayur diolah jadi kompos, sampah kayu dijadikan arang, dan limbah air sampah (air cucian ikan/daging di rumah potong hewan) dijadikan biogas.

“Kami sudah MoU utuk 4 tahun, dan tahap pertama dua tahun dulu. Setelah kontrak selesai, kami diberikan lisensi untuk mengajak pasar-pasar agro lainnya untuk mengelola sampahnya seperti di Puspa Agro,” ujar Komisaris Puspa Agro, Erlangga Satriagung usai MoU dengan Coordinator Research Program FORWARD dari EAWAG (Kementerian perekonomian Swiss), Bart Verstappen kemarin (11/5).

Baca Juga: Cegah Stunting hingga Anemia, JGU Kembangkan Inovasi Penyediaan Beras Bergizi untuk Masyarakat

Dijelaskan Erlangga, semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk pengolahan sampah ini dari Puspa Agro. Sedangkan pendanaan dari pemerintah Swiss.

Erlangga menyabutkan, dengan adanya kerjasama pengolahan sampah dengan pemerintah Swiss akan membantu mengatasi permasalah sampah di Sidoarjo dan Surabaya yang saat ini masih belum maksimal.

“Kalau sampahnya bisa diolah di Puspa Agro, maka tak perlu membuat sampah ke TPA. Jadi tak perlu ada biaya pengiriman sampah ke TPA,” tandas Erlangga.

Baca Juga: Merugi, Dewan Dorong Puspa Agro Pisah dari JGU

Saat ini, produksi sampah pasar Puspa Agro (organic dan anorganik) mencapai 6 meter kubik/hari. Jika nanti sampah organic yang dibutuhkan kurang, akan mengambil sampah organic dari tempat lain.

Sementara, Bart Verstappen menjelaskan, pengolahan sampah seperti yang akan diterapkan di Puspa Agro ini sudah pernah dilakukan negara Afrika Selatan, Kanada, Australi. “Kami memilih Puspa Agro karena lahannya sudah ada. Kami mentransfer ilmu kami untuk pengolahan sampah ini,” ujar Bert.

Berdasarkan riset, dari 14 kg sampah bisa menghasilkan 2 kg belatung tiap harinya.

Baca Juga: Hari Pangan Dunia, LaNyalla Kunjungi Puspa Agro

Kenapa memilih pasar Puspa Agro? Dikatakan Bert, Puspa Agro merupakan pasar agro yang sudah tentu banyak sampah organiknya. Jika sekarang masih belum sampah yang dihasilkan, maka suatu saat pasti sampahnya semakin banyak dan akan menimbulkan masalah sendiri. “Makanya dari sekarang harus diantisipasi,” tandasnya.

Pemerintah Swiss melalui EAWAG telah menyediakan anggaran 1 juta Euro untuk 4 proyeknya di Indonesia, termasuk untuk proyek pengolahan sampah di Puspa Agro.

"Kami akan berusaha menjalin kerjasama baik dengan pihak Puspa Agro di Jatim karena pasar induk ini cukup besar dan modern. Sementara untuk tempat penampungan sampah pihak Puspa Agro telah menyediakan lahan. Dan kami, akan mengelola untuk dijadikan bahan yang bermanfaat oleh masyarakat,” kata Bart.

Baca Juga: Terbelit Kasus Jual Beli Ikan Fiktif, Mantan Dirut Puspa Agro Ditahan Kejari Sidoarjo

“Jika nantinya sudah bisa dikelola menjadi pakan ternak tentunya akan bisa membantu peternak agar biaya produksi bisa diturunkan. Selama ini pakan ternak masih impor. Kalau nantinya bahan baku bisa diproduksi sendiri tentu akan lebih murah dan peternak bisa lebih sejahtera," pungkasnya. (nis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO