DOHA, BANGSAONLINE.com – Qatar kini benar-benar menjadi negara fenomenal di dunia global. Negara yang dipimpin Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani itu, adalah negara kaya raya berpenduduk sekitar 2, 921 juta jiwa. Kini Qatar menjadi kiblat perhatian dunia.
Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 - apalagi negara pertama untuk kawasan jazirah Arab - Qatar tampil sebagai negara paling eksotik, seksi dan tentu berprestasi. Qatar memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah turnamen empat tahunan ini melalui pemungutan suara FIFA pada 2010. Rival utama dalam pemungutan suara itu adalah Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Lapas II B Tuban Gelar Nobar Timnas Indonesia Vs Australia
Kini Qatar banyak dipuji. Termasuk oleh negara-negara Barat. "Negara Qatar telah melakukan upaya luar biasa untuk menyukseskan acara tersebut dan terus melakukannya, dan itu dapat dihitung sebagai dukungan kami," kata Presiden Prancis Emmanuel Maqron dilansir The New Arab, Senin (28/11/2022).
Pujian itu tentu sekaligus membuka mata dunia Barat yang selama ini selalu memandang sebelah mata pada negara berpenduduk muslim.
Hebatnya lagi, Qatar sangat menjaga jati diri. Elit Qatar tak mudah goyah dalam menjaga prinsip-prinsip kenegaraan, agama, adat istiadat, sehingga disegani dan punya harga diri tinggi.
Baca Juga: Tafsir Al Quran Aktual: Kebanggaan Kentut dan Seks Brutal Kaum Nabi Luth
Ini beda sekali dengan negara-negara lain, meski punya populasi besar, yang kadang mudah terombang-ambing, sehingga dipermainkan negara-negara Barat lantaran tak punya jati diri dan harga diri.
Padahal negara-negara Barat secara terang-terangan memaksakan bir atau minuman beralkohol dan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual agar tak dilarang. Tapi Qatar sangat tegas terhadap minuman beralkohol dan penyakit kelainan orientasi seksual menyimpang yang secara empiris merusak tubuh manusia dan moral masyarakat itu.
Karuan aja para penganut LGBT dan penggemar minuman alkohol marah besar. Mereka berusaha melanggar aturan yang telah disepakati FIFA. Buktinya, tiba-tiba seorang pria penyelundup berlari ke tengah lapangan membawa bendera LGBT. Penyelundupan itu terjadi saat laga Portugal vs Uruguay.
Baca Juga: Siksa Dosa Homoseks Lebih Mengerikan Ketimbang Dosa Syirik dan Kufur Fir'aun
Seperti dilansir CNN, laga sempat dihentikan pada menit ke-54 saat seorang suporter masuk lapangan. Suporter yang mengenakan kaus biru dan mengibarkan bendera LGBT itu merangsek masuk ke lapangan.
Sang penyelundup juga memberikan dukungan untuk Ukraina di bagian depan kausnya: "Save Ukraina". Sementara itu di belakang kausnya tertulis "Respect for Iranian Woman".
Pihak keamanan mengejar suporter agen LGBT itu. Bendera LGBT dijatuhkan di lapangan sebelum orang itu digiring pergi ke luar. Bendera tersebut lalu direbut Wasit Iran Alireza Faghani.
Baca Juga: [HOAKS] FIFA Batalkan Kemenangan Qatar atas Timnas Indonesia Usai Pastikan Wasit Curang
Seperti ramai diberitakan, sebelumnya, Presiden FIFA, Gianni Infantino, telah memberi pernyataan terbuka. Terutama terkait keputusan FIFA untuk melarang penjualan bir di dalam dan luar stadion tiga jam sebelum dan satu jam setelah pertandingan Piala Dunia 2022. Sebelumnya larangan hanya ada di dalam stadion.
"Apa yang telah kami orang Eropa lakukan selama 3.000 tahun terakhir, kami harus meminta maaf selama 3.000 tahun ke depan sebelum kami mulai memberikan pelajaran moral kepada orang-orang. Kami telah memberi tahu banyak, banyak pelajaran dari beberapa orang Eropa, dari dunia barat," ucap Infantino.
"Setiap keputusan yang kami ambil di Piala Dunia ini adalah keputusan bersama antara Qatar dan FIFA. Saya pikir secara pribadi jika selama tiga jam dalam sehari, Anda tidak bisa minum bir, Anda akan bertahan," ujar Infantino dikutip dari Daily Metro.
Baca Juga: Begini Cara Beli dan Harga Tiket Piala Dunia U-17
Infantino kemudian mengkritik negara-negara Eropa yang memberi kritikan keras terhadap Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, terkait LGBT hingga dugaan pelanggaran HAM pekerja imigran.
Terkait diskriminasi terhadap kaum LGBT dan pekerja imigran, Infantino mengaku tahu apa rasanya menjadi korban.
"Hari ini saya merasa sebagai orang Qatar. Hari ini saya merasa bangsa Arab. Hari ini saya merasa Afrika. Hari ini saya merasa gay. Hari ini saya merasa cacat. Hari ini saya merasa [seperti] seorang pekerja imigran," ujar Infantino.
Baca Juga: Menteri Basuki Sebut Semua Stadion untuk Piala Dunia U-17 Siap Digunakan
"Tentu saja saya bukan orang Qatar, saya bukan orang Arab, saya bukan orang Afrika, saya bukan gay, saya tidak cacat. Tapi saya merasa seperti itu, karena saya tahu apa artinya didiskriminasi, diintimidasi, sebagai orang asing di negara asing. Sebagai seorang anak saya diintimidasi - karena saya memiliki rambut merah dan bintik-bintik, ditambah saya orang Italia, jadi bayangkan," ucap Infantino.
Negara-negara pendukung LGBT tak terima dengan pernyataan Infantino. Antara lain, Jerman, Denmark dan Inggris mengancam akan meninggalkan FIFA. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News