Gus Dur Pahlawan Pemberani, Pengagum Thomas Carly, Tak Peduli Risiko Jabatan dan Popularitas

Gus Dur Pahlawan Pemberani, Pengagum Thomas Carly, Tak Peduli Risiko Jabatan dan Popularitas DARI KANAN KE KIRI: M Mas'ud Adnan, Prof Masdar Hilmy, Ph.D, KH Hamim Kohari dan Dr Kiai Ngatawi Al Zastrow. Foto: bangsaonline.com

JOMBANG, BANGSAONLINE.com – M Mas’ud Adnan, , mengungkapkan bahwa KH Abdurrahman Wahid () adalah pahlawan pemberani, teguh pendirian, dan cuek, dalam memperjuangkan kebenaran yang diyakini.

“Selain karena pengaruh ayahnya, Kiai Wahid Hasyim dan kakeknya, Hadratussyaikh KIai HasyimAsy’ari, sikap juga terpengaruh oleh pemikiran Thomas Carly,” kata Mas’ud Adnan saat menjadi pembicara pada Seminar Pemikiran dalam acara Haul ke-13 Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid di lantai 3 Gedung KHM Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang, Rabu (21/12/2022).

Baca Juga: Puisi Prof Dr 'Abd Al Haris: Pimpin dengan Singkat, Gus Dur Presiden Penuh Berkat

Menurut Mas’ud Adnan, Thomas Carly menyatakan bahwa dunia ini perlu pahlawan yang punya keberanian dan individualitas tersendiri. “Pemikiran Thomas Carly itu tampaknya sangat berpengaruh terhadap pemikiran dan sikap sejak muda,” kata alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair yang banyak menulis tentang dan NU di media massa dan juga buku itu. 

Karena itu, tutur Mas’ud Adnan, tak pernah peduli, apakah popularitasnya akan turun atau naik, ketika memperjuangkan kebenaran yang diyakini. Bahkan jabatan sebagai presiden pun dipertaruhkan.

Menurut dia, tokoh lain pasti memperhitungkan risiko ketika bicara di publik. Terutama risiko jabatan dan popularitas. “ tak peduli. cuek,” kata Mas’ud Adnan yang mengaku aktif menulis sejak duduk di kelas I Madrasah Aliyah Tebuireng.

Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan

(Para pembicara foto bersama KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin), pengasuh Pesantren Tebuireng dan panitia di Ndalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng Jombang, Rabu (21/12/2022). Foto: bangsaonline.com)

Mas’ud Adnan menegaskan bahwa sikap berani mengambil risiko dalam memperjuangkan keberanan itu sangat langka. Hanya bisa dilakukan oleh para pahlawan.

Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari

“Nah, spirit inilah yang harus menjadi inspirasi bagi kita,” kata Mas’ud Adnan dalam seminar yang diikuti 300 orang peserta yang dimoderatori KH Hamim Kohari itu.

Mas’ud Adnan memberi contoh ketika diwawancarai wartawan majalah Amanah Jakarta. Ketika itu melontarkan ide pribumisasi agama atau pribumisasi Islam.

menyatakan bahwa secara budaya ucapan Assalamu’laikum itu sama dengan selamat pagi. Karena orang-orang Arab sendiri tak selalu mengucapkan Assalamu’alaikum kalau ketemu orang. Kadang mereka mengucapkan shobahul khoir atau selamat pagi,” kata Mas’ud Adnan.

Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers

Tapi, kata Mas’ud Adnan, mengingatkan bahwa secara syariat ada dua hal dalam Assalamu’laikum yang tak bisa ditawar atau digantikan. “Pertama, secara syariat  Assalamu’alaikum adalah bagian dari salat. Kalau kita salat tak mengakhiri dengan Assalamu’laikum, maka salatnya tak sah. Kedua, jika ada orang mengucapkan Assalamu’alaikum, maka kita wajib menjawabnya,” kata Mas’ud Adnan.

(Ustad Abdul Malik (panitia dan guru di Pesantren Tebuireng), M Mas'ud Adnan, dan Ngatawi Al Zastrow. Foto: bangsaonline.com)

Baca Juga: Kang Irwan Dukung Mbah Kholil, Kiai Bisri dan Gus Dur Ditetapkan jadi Pahlawan Nasional

Namun pernyataan terkait dua hal aspek syariat itu ternyata terpotong dalam majalah Amanah. Akibatnya seolah-olah hanya mengatakan bahwa Assalamu’alaikum boleh diganti selamat pagi, tanpa perspektif syariat.

“Masyarakat pun heboh. Banyak tokoh Islam dan khotib Jumat menghujat . Bahkan Gus dianggap kafir,” kata Mas’ud Adnan.

Pada minggu berikutnya, Majalah Amanah minta maaf dan memberikan klarifikasi atas kesalahan terpotongnya pernyataan itu. Majalah Amanah memang terbit seminggu sekali.

Baca Juga: Sowan ke Tokoh Agama GKJW di Balewiyata Malang, Khofifah Napak Tilas Perjuangan Gus Dur

Tapi publik, terutama tokoh-tokoh Islam, lebih-lebih mereka yang diluar NU, tak peduli. Mereka terus menghujat . Klarifikasi Majalah Amanah dianggap hanya rekayasa. Lagi pula, banyak orang tak baca Majalah Amanah pada edisi berikutnya. Bahkan banyak orang yang samasekali tak baca Majalah Amanah tapi ikut-ikutan menghujat hanya berdasarkan informasi yang sepotong-potong.

Saat itulah, Edi Yurnaidi, wartawan yang mewawancari menemui cucu pendiri NU Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari itu. “Saya tahu betul karena dulu saya bekerja sebagai wartawan Majalah Amanah. Pak Edi Yurnaidi itu redaktur saya yang sering ke Surabaya. Kalau ke Surabaya saya selalu menemani. Sekarang sudah almarhum,” kata Mas’ud Adnan.

Menurut Mas’ud Adnan, Edi Yurnaidi minta maaf. Ia mengakui kesalahannya sehingga dihujat orang seentero Indonesia.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Lalu apa respon ? Marah? “Ternyata tidak. malah bilang. Wes jarno Ed, cek ramai (biarkan Ed, agar orang ramai),” kata Mas’ud Adnan menirukan ucapan . “Coba tokoh lain, pasti marah-marah kepada wartawan karena dianggap merusak popularitasnya,” tambahnya.

, tegas Mas’ud Adnan, justru cuek, tak peduli omongan orang. Bahkan tetap santai. Padahal masyarakat ribut.

Menurut Mas’ud Adnan, telah banyak memberikan pencerahan terhadap bangsa Indonesia. Pemikiran dan perjuangannya telah banyak mengubah wajah republik ini, disamping memberikan teladan sebagai bapak bangsa.

Baca Juga: Luncurkan Video Kampanye Bareng Dewa 19, Khofifah-Emil Kompak Nyanyikan Hidup adalah Perjuangan

benar-benar pahlawan. Tapi sayangnya, ketika diusulkan sebagai pahlawan nasional ada elit politik yang mengganjal atau menghalangi karena faktor politik. Alasannya karena dulu pernah mengeluarkan dektrit membubarkan parpol tertentu,” kata Mas’ud Adnan usai acara.

Selain Mas’ud Adnan, dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) itu, juga tampil Dr Kiai Ngatawi Al-Zastrow, mantan asisten pribadi dan Prof Masdar Hilmy, Ph.D, Direktur Pascasarjana UINSA Surabaya. Sementara KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin), pengasuh Pesantren Tebuireng sebagai keynote speaker. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semua Agama Sama? Ini Kata Gus Dur':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO