MADINAH, BANGSAONLINE.com - Saya sudah dua kali ikut umroh Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Lewat travel atau KBIH Amanatul Ummah.
Dulu saya ikut umroh Kiai Asep saat Ramadan. Pada 2018. Kini saya kembali ikut umroh Kiai Asep. Namun sebelum melaporkan perjalanan spiritual umroh, saya tulis dulu tentang perubahan mendasar petugas bandara Madinah yang kini didominasi perempuan muda yang tentu saja cantik-cantik.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Cuaca dingin menyergap rombongan jamaah umroh Amanatul Ummah yang dipimpin Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Kiai Asep dan jamaah umroh turun dari tangga pesawat di Bandar Udara Internasional Mohammad Bin Abdul Aziz Madinah, Senin (3/1/2023) malam. Mereka tiba di bandara sekitar pukul 21.00 dan disambut hujan rintik-rintik.
Suasana Bandara King Mohammad Bin Abdul Aziz. Foto: BANGSAONLINE
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
Saya sangat terkesan ketika tiba di bandara ini. Saya melihat banyak perubahan. Bahkan terkesan drastis dan revolusioner. Betapa tidak. Dulu petugas imigrasi di bandara ini semua laki-laki. Bahkan terkesan angker.
Kini justru didominasi perempuan semua. Hanya petugas keamanan yang laki-laki.
Ini tentu tak lepas dari kebijakan Muhammad Bin Salman (MBS), Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Saudi Arabia yang berpandangan progresif. Namun oleh sebagian kalangan ia justru dianggap liberal.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Salah satu kebijakan penting MBS adalah memberi kebebasan perempuan Saudi Arabia bekerja di sektor publik. Padahal sebelumnya belajar menyetir mobil saja perempuan dilarang.
Yang juga menyolok, para wanita muda Arab Saudi itu tak semua pakai cadar. Banyak yang "hanya" berjilbab seperti perempuan Indonesia dengan wajah terbuka.
Lebih menarik lagi, gerak-gerik mereka tampak sangat bebas dan sama sekali tak canggung berada di area publik, meski sebelumnya berpuluh tahun bahkan ratusan tahun mereka dikekang. Mereka juga sangat bebas berkomunikasi dengan laki-laki.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
Para perempuan muda Saudi tampak sangat menikmati kebebasan yang diberikan MBS. Tapi saya akui kerja mereka sangat cekatan. Ini tampak saat mereka memeriksa paspor para jamaah umroh. Hanya memerlukan waktu beberapa detik, ia langsung memanggil jamaah umroh yang antre berikutnya.
Mereka juga terkesan sangat bebas dalam menjalankan tugas. Mereja tak segan pegang jari atau tangan jamaah umroh laki-laki ketika jari yang ditempelkan pada scan tidak rapat. Saya sempat kaget ketika tangan saya tiba-tiba dipegang lalu ditekan pada scan karena kurang rapat. Padahal ia tak pakai sarung tangan.
Ternyata perlakuan seperti itu juga dialami Prof H M Mas'ud Said, Ph.D. "Tapi petugas yang pegang tangan saya pakai sarung tangan," tutur Direktur Pascasarjana Unisma Malang itu.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
Memang tak semua tangan orang dipegang.
"Tangan saya tak dipegang," kata Dr Eng Fadly Usman, Wakil Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto.
Dr KH Mauhibur Rohman (Gus Muhib) juga sama. Tangannya sama sekali tak dipegang. Rektor IKHAC itu mengaku tangannya tak disentuh oleh petugas imigrasi perempuan.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
"Mungkin hanya yang berkumis saja yang dipegang tangannya," seloroh Fadly Usman dan Gus Muhib. (bersambung/M Mas'ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News