Perbandingan Tata Kota Pasuruan dan Yogyakarta: Alun-Alun, PKL, Parkir, dan Wisata

Perbandingan Tata Kota Pasuruan dan Yogyakarta: Alun-Alun, PKL, Parkir, dan Wisata Serah terima cenderamata Kepala Disominfotik Kota Pasuruan dan Kepala Diskominfosan Kota Yogyakarta.

Kondisi tersebut berbeda dengan kawasan Kota Yogjakarta di mana pemerintah sudah memberikan tempat khusus bagi PKL untuk berjualan. Sehingga, tidak lagi PKL yang berjualan di sepanjang jalan.

Memang kendalanya tidak jauh beda dengan kondisi PKL di , bahwa selalu ada PKL pendatang baru yang tidak terdaftar. Mereka pun terpaksa harus siap-siap berjualan di luar dan memindahkan barang dagangannya saat ada penertiban lingkungan.

Pun juga dengan kondisi parkir. Jarang ditemui di sepanjang kawasan ada parkir yang memakan bahu jalan. Sebab, pemerintah setempat juga telah menyiapkan lokasi parkir khusus sehingga tidak mengganggu kawas alun-alun, pasar, dan tempat wisata.

(Lahan parkir umum di kawasan )

Sistem pedestarian atau kawasan pejalan kaki juga tertata apik, steril dari kendaraan roda dua maupun roda empat.

"Kami melakukan komunikasi penataan itu dengan PKL dan juru parkir sejak 2014, Mas, baru bisa ditata 2020," kata Ignatius Trihastono, Kepala Dinas , saat wawancara dengan HARIAN BANGSA.

Dia menjelaskan bahwa Sri Sultan tidak mau ada gesekan antara pemerintah dengan PKL. Karena itu, pihaknya berusaha semaksimal mungkin sosialisasi dengan merangkul ketua paguyuban PKL untuk mencari jalan keluar untuk penataan kawasan dan alun-alun.

"Sri Sultan marah jika mendengar masyarakat ribut, oleh karena itu kami ajak koordinator dari mereka berembuk," tutur dia.

Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengimbau PKL untuk tidak mematok harga di atas standar kesepakatan bersama. "Diusahakan harga jualan itu tidak membebani para pengunjung yang belanja di sana," jelas Trihastono.

Pun ribuan PKL yang tercatat di daftar pemerintah itu rata-rata orang Jogja asli. "Meski ada sebagian PKL pendatang, tapi tidak banyak. Mungkin sepuluh persenanlah," kata dia.

Adapun terkait strategi kawasan, Yogyakarta memang memiliki nilai histori sendiri. Sebab, di kawasan ada peninggalan bangunan Belanda, yakni Benteng Vredeburg dan Kraton Jogja.

Di samping itu Yogyakarta juga dikenal kota pendidikan, karena banyak universitas favorit berdiri di sana. Mulai dari UGM, UIN Sunan Kalijaga, UNY, dan universitas unggulan lainnya. Jadi, tak heran jika Kota Yogyakarta didatangi pengunjung dari dari luar daerah, bahkan luar negeri, dikarenakan potensi kawasan yang ada di sana benar-benar mendukung. (afa/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Heboh, Bayi Diduga Hasil Hubungan Gelap Ditemukan Warga Kota Pasuruan di Saluran Irigasi Sawah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO