Selain Penjajahan, Indonesia Juga Pernah Alami Sejarah Kelam Lainnya, Salah Satunya Tragedi Trisakti

Selain Penjajahan, Indonesia Juga Pernah Alami Sejarah Kelam Lainnya, Salah Satunya Tragedi Trisakti Kerusuhan Sampit , Kalimantan Tengah.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Bangsa Indonesia selain mengalami penjajahan oleh Belanda dan Jepang, ternyata juga memiliki sejarah yang kelam.

Dalam beberapa sejarah yang kelam itu, menjadi kenangan buruk bagi masyarakat yang terdampak.

Baca Juga: Situs Persada Sukarno Minta Pemerintah Bentuk Tim Kajian Hari Peristiwa G30S/PKI

Sebut saja , peristiwa yang juga disebut sebagai Gestapu itu, merupakan upaya gerakan kudeta kepada Presiden Soekarno yang dipimpin oleh Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa, Letkol (Inf) Untung.

Dalam peristiwa itu, membuat tujuh anggota TNI Angkatan Darat diantaranya, Jenderal Achmad Yani, Mayor Jenderal R Soeprapto, Mayor Jenderal MT Haryono, Mayor Jenderal S Parman, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre A Tendean, meninggal dunia di dalam sumur lubang buaya.

Namun demikian, tak hanya indonesia memiliki sejarah yang kelam yang lainnya, yaitu:

Baca Juga: Kretek, Budaya Indonesia yang Mendunia

Tragedi pemberontakan PKI di Madiun, terjadi setelah , pada 18 September 1948.

Baca Juga: Penyebab Kerusuhan 1998 yang Tewaskan Mahasiswa Universitas Trisakti

Dalam gerakan tersebut, memiliki tujuan membentuk negara Republik Indonesia Soviet dan mengganti dasar negara yaitu, Pancasila dengan Komunisme.

Selain itu, yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa itu diantaranya,

- Kedekatan Amir Syarifuddin dengan tokoh PKI, Muso, dan cita-citanya dalam menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia.

Baca Juga: Ciri Utama PKI Pembohong, Pintar Membalik Fakta, Kiai Asep Minta Pancasila Jangan Diperas

- Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditandatanganinya perjanjian Renville yang merugikan Indonesia.

- Program Pengembalian 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya.

Dalam mengakhiri pemberontakan tersebut, kala itu Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat memilih antara Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.

Baca Juga: Kirim Doa Pahlawan Revolusi, Hapus Sial Bangsa dan Negara

Selain itu, Panglima Sudirman juga memerintahkan Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Sungkono, untuk menjalankan operasi penumpasan dengan dibantu para santri.

Kerusuhan Dili November 1991 (Insiden Santa Cruz)

Baca Juga: Usul Jadikan 1 Oktober Hari Berkabung Nasional, Ini Alasan Lesbumi Kediri

Pada Oktober 1991, sebuah delegasi yang terdiri dari anggota parlemen Portugal dan 12 orang wartawan dijadwalkan akan mengunjungi Timor-timor (Timor Leste, Red). Namun, delegasi tersebut dibatalkan, karena Pemerintah Indonesia keberatan atas rencana kehadiran wartawan Australia yang mendukung gerakan kemerdekaan Fretilin, Jill Jolliffe, sebagai anggota delegasi itu.

Hal itu, membuat kekecewaan mahasiswa yang pro kemerdekaan berusaha mengangkat isu-isu perjuangan di Timor-timur.

Pada 28 Oktober, terjadilah perpecahan konfrontasi antara aktivis pro integrasi dengan pro kemerdekaan yang saat itu menggelar pertemuan di gereja Motael Dili.

Baca Juga: Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Bupati Lamongan Ajak Masyarakat Wasapadai Paham Komunis

Dalam perpecahan itu, Afonso Henriques dari kelompok pro integrasi tewas dalam pertikaian dengan aktivis pro kemerdekaan. Sedangkan Sebastião Gomes yang ditembak mati oleh tentara Indonesia.

Kemudian, pada 12 November 1991, para demonstran mengadakan aksi protes terhadap pemerintah Indonesia, atas prosesi penguburan Sebastião Gomes.

Saat memasuki pemakaman, pasukan Indonesia justru melakukan penembakan. Dalam peristiwa itu, dilaporkan sebanyak 382 orang terluka, dan 250 menghilang.

Baca Juga: Hari Kesaktian Pancasila, Bupati: Stigma Jelek Madiun Masih Dirasakan, Harus Dilawan

Aksi tersebut, justru diketahui oleh dua jurnalis Amerika Serikat, Amy Goodman dan Allan Nairn, dan terekam oleh Max Stahl.

Video itulah, digunakan dalam dokumenter First Tuesday bertajuk In Cold Blood: The Massacre of East Timor.

Kerusuhan Mei 1998

Mei 1998 merupakan kerusuhan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) secara besar-besaran. Kerusuhan itu, juga disebut dengan , karena menewaskan mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998. Kemudian, sehari setelahnya, pada 13-15 Mei 1998, menyusul peristiwa yang sama lainnya.

Dilansir melalui Tempo, Koordinator Investigasi dan Pendataan Tim Relawan, Sri Palupi pernah melakukan analisa kerusuhan tersebut, serta mendapatkan kesimpulan, bahwa Kerusuhan Mei 1998 tersebut, disebabkan oleh sentimen SATA yang telah lama berlangsung dan dimanfaatkan untuk memicu kerusuhan akibat krisis moneter.

Konflik Sampit 2001

Konflik yang terjadi di Kota Sampit, Kalimantan Tengah ini, juga melibatkan unsur SARA. Namun demikian, dalam bukunya, Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal dan Demokratisasi di Indonesia, Gerry van Klinken mengatakan, peristiwa tersebut tak lepas dari persoalan sosial-ekonomi lokal, seperti kompetisi antara para penambang emas.

“Hutan-hutan Kalimantan Tengah telah lama menjadi wilayah perbatasan yang tak mengenal hukum, dan ketegangan-ketegangan baru-baru itu membantu memastikan agar kelompok-kelompok pekerja etnis kadang-kadang bentrok dengan satu sama lain” [hlm. 220].

2011

Kerusuhan ini berawal dari bentrokan antar warga di Kota Ambon, Maluku, pada 11-12 September 2001.

Dua kelompok, saat itu saling melempar batu, melakukan pemblokiran jalan, dan merusak kendaraan di Ambon.

Hingga akhirnya, dari peristiwa tersebut mengakibatkan 7 orang meninggal dunia, 65 orang luka-luka, dan ribuan orang mengungsi.

Salah satu sumber mengatakan, kerusuhan ini, dipicu atas kematian seorang tukang ojek yang terlibat unsur SARA.

Tetapi, berdasarkan dari jenis lukanya dan beberapa hasil investigasi, keluarganya meyakini bahwa kematian tukang ojek tersebut karena aksi pembunuhan.

Pesan yang beredar saat itu, menyebut bahwa ia mengalami penyiksaan dan dibunuh secara ramai-ramai. Setelah pemakaman, kerusuhan itu terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Lembah Djati Cocok Untuk Rekreasi Malam Hari Bersama Keluarga':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO