JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia, terjadi karena beberapa faktor diantaranya krisis ekonomi, ketidakpuasan akan politik era itu, demonstrasi mahasiswa, diskriminasi rasial, provokasi dan penjarahan.
Pada Mei 1998 kala itu, mahasiswa di Jakarta mulai melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menentang pemerintahan Presiden Soeharto. Selain itu, situasi ekonomi yang buruk menjadi meledaknya demonstrasi.
Baca Juga: Warga Mulyorejo Digegerkan Janda Bersimbah Darah, Diduga Hendak Bunuh Diri
Pada 12 Mei 1998, demonstrasi mahasiswa berakhir dengan bentrokan antara mahasiswa dengan pasukan keamanan. Dalam bentrokan tersebut, menyebabkan empat mahasiswa tewas dan puluhan lainnya terluka.
Selain di Jakarta, kerusuhan juga terjadi di Medan, Solo, Yogyakarta, Makassar hingga daerah-daerah lainnya.
Sehari setelah bentrokan terjadi pada 12 Mei, terjadi kerusuhan kembali dengan ditandai adanya penjarahan, pembakaran, bentrokan antar kelompok masyarakat. Hingga etnis tionghoa menjadi target utama dalam serangan tersebut. Saat itu, rumah dan pertokoan milik etnis tionghoa dijarah dan dibakar.
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
Empat mahasiswa Universitas Trisakti meninggal dunia hingga akhirnya, tragedi ini disebut Tragedi Trisakti.
Demo pun berlanjut, pada 21 Mei 1998 mahasiswa di Jakarta kembali bergerak hingga terjadi bentrokan di Jembatan Semanggi. Pasukan keamanan menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi dan terdapat korban jiwa pada kejadian itu.
Dilansir beberapa sumber, berikut adalah beberapa faktor penyebab utama kerusuhan tersebut antara lain:
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
1. Krisis Ekonomi: Pada pertengahan 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang hebat. Mata uang rupiah melemah drastis, harga-harga melonjak, dan tingkat pengangguran meningkat. Krisis ini memicu ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan dan sistem ekonomi yang ada.
2. Ketidakpuasan Politik: Ada kekecewaan yang luas terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Masyarakat merasa tidak puas dengan korupsi, nepotisme, dan otoriterisme yang dianggap merajalela di pemerintahan. Terdapat juga ketidakadilan dalam pembagian kekayaan dan kekuasaan yang memicu ketegangan politik.
3. Demonstrasi Mahasiswa: Pada awal 1998, mahasiswa mulai mengorganisir demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto dan situasi ekonomi yang buruk. Tuntutan mereka meliputi reformasi politik dan ekonomi. Demonstrasi ini menjadi semakin besar dan merembet ke berbagai kota di Indonesia.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
4. Diskriminasi Rasial: Ketegangan etnis juga memainkan peran dalam kerusuhan tersebut. Terdapat ketidakpuasan dalam hubungan antara masyarakat pribumi dan etnis Tionghoa. Isu diskriminasi rasial dan ketimpangan sosial memicu konflik yang meruncing.
5. Provokasi dan Penjarahan: Terdapat spekulasi bahwa ada unsur provokasi dan penjarahan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin memperburuk situasi. Penjarahan dan kekerasan semakin meluas saat kerusuhan berlangsung.
Kombinasi faktor-faktor tersebut memicu gelombang kerusuhan yang melanda berbagai kota di Indonesia pada tahun 1998. Ribuan orang tewas, properti hancur, dan banyak orang mengungsi. Kerusuhan tersebut juga menjadi pemicu jatuhnya rezim Soeharto dan perubahan besar dalam sistem politik Indonesia. (rif)
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News