Kisah Sedih Zulfani Pasha, Aktor Film Laskar Pelangi di Balik Jeruji Besi

Kisah Sedih Zulfani Pasha, Aktor Film Laskar Pelangi di Balik Jeruji Besi Zulfani Pasha di balik jeruji penjara saat diwawancarai wartawan Yusnani. Tampak istri Zulfani duduk di kursi agak jauh di belakang Zulfani Pasha. Foto: Disway

Lalu disepakatilah nama hotelnya: satu hotel di kota Manggar. Si lelaki masuk hotel. Ia menunggu di dalam kamar. Yang ditunggu pun datang. Dia minta Rp 500 ribu dibayar di depan.

Begitu menerima pembayaran si wanita pamit. Hanya sebentar. Untuk segera balik ke kamar lagi.

Rupanya, saat datang ke hotel itu Si wanita diantar ramai-ramai oleh Ertiga. Mobil itu masih menunggu di tempat parkir.

Si lelaki rupanya curiga. Ia intip wanita itu pamit sebentar untuk ke mana. Ternyata masuk mobil Ertiga. Mungkin membayar komisi ke seseorang di dalam mobil itu.

Ternyata kabur.

Melihat mangsanya kabur si lelaki berteriak minta ada yang menyetopnya. Tidak terkejar. Maka ia menelepon si motor untuk membantunya mengejar.

Yang dikejar meninggalkan Manggar. Ke arah Gantung.

Dengan cerita seperti itu saya tidak tahu pasal apa yang akan dikenakan kepada Zulfani: mengancam dengan pedang panjang? Tidak sampai ada kejadian pembacokan. Berarti ini perkara yang amat kecil. Sungguh sayang kalau nama Belitong begitu terganggu soal ini.

Bisakah Zulfani juga dikenakan pasal lain? Misalnya pasal ikut serta kejahatan lain? Yakni penipuan yang dilakukan oleh istri barunya?

Tentu tergantung pada pengakuan sang istri. Apakah Zulfani ikut merencanakannya. Atau justru yang menyuruh. Atau dalam posisi berkomplot. Pengakuan sang istri akan sangat menentukan.

Sang istri kini juga ditahan polisi. Lihatlah foto saat wartawati Yusnani mewawancarai Zulfani di balik jeruji besi. Di latar belakangnya yang jauh ada wanita lagi duduk di dalam sel. Itulah dia.

Saya juga tidak tahu mengapa sang istri ditangkap. Kejahatan apakah yang dia lakukan?

Yang paling dekat adalah penipuan. Dia menjual sesuatu yang menjadi miliknyi. Dengan harga Rp 500 ribu. Sudah menerima uangnya. Tapi barang itu tidak dia serahkan.

Kalau pun pasal penipuan yang dituduhkan berarti harus ada orang yang mengadu telah ditipu. Beranikah lelaki itu mengadu ke polisi bahwa dirinya ditipu Rp 500 ribu karena soal begituan? Yang kelak ia akan bersaksi di pengadilan terbuka? Lalu ia juga bisa jadi tersangka untuk ikut serta kejahatan online?

Wartawan Belitong belum ada yang menelusuri apakah memang ada pengaduan penipuan seperti itu. Kalau ada siapa namanya? Orang mana? Alamatnya di mana? Apakah sudah berkeluarga? Apakah ia anggota tetap MiChat? Begitu banyak pertanyaan yang bisa diajukan.

Jangan-jangan polisi melangkah lebih serius lagi: si istri ditangkap bukan karena penipuan –karena tidak ada pengaduan penipuan. Jangan-jangan dia ditangkap karena melakukan kejahatan cyber.

Kalau itu alasan penangkapan berarti polisi harus mengungkap seluruh jaringan prostitusi lewat MiChat. Mungkin polisi bisa mendatangi alamat MiChat: di cloud sana.

Maka perkara ini bisa kecil, bisa rumit. Terserah polisi.

Bagi Bu Guru Muslimah, tokoh penting dalam cerita asli Laskar Pelangi, kejadian ini akhirnya tidak cukup hanya ditangisi. "Kita semua orang Belitong harus introspeksi," ujarnyi sambil menunduk ke rumput.

Emosi Bu Mus sudah mulai terkendali. Keadaan, seburuk apa pun harus diterima. "Anggap saja salah satu anak di keluarga kita lagi ada yang nakal," katanyi lirih.

Sekarang, tanggung jawab kita bersama, akan diapakan anak nakal itu. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO