SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Makin banyak foto Khofifah Indar Parawansa bersanding dengan foto Anies Baswedan. Terutama di media online. Bahkan beberapa media sengaja memframing Khofifah sebagai calon Wakil Presiden (Cawapres) Anies Baswedan.
Sebagai pimpinan media saya tentu penasaran. Karena media saya sendiri tak pernah memberitakan Khofifah berpasangan dengan Anies. Alasan saya sederhana, bagaimana media saya mau memberitakan Khofifah-Anies, lha wong wartawan saya tak pernah mendapat data atau informasi tentang duet dua tokoh itu.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Suatu malam ada pertemuan 50 pimpinan media Jawa Timur. Saya kebetulan diundang. Saya pun datang. Saya amati siapa saja yang datang. Ternyata pimpinan media papan atas banyak yang datang. Termasuk media-media Jakarta. Tapi diwakili oleh kepala bironya di Jawa Timur.
Nah, sebelum acara dimulai saya sempat ngobrol dengan beberapa pimpinan media. Termasuk media mainstream. Ternyata mereka sangat percaya bahwa Khofifah akan menjadi Cawapresnya Anies.
“Khofifah sudah mengadakan pertemuan dengan Anies,” kata Pemimpin Redaksi media tersebut. Ia menyebut lokasi. Bahkan, menurut dia, pertemuan itu juga digelar di luar negeri.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Saya makin penasaran. Saya pun mengajukan pertanyaan.
“Info itu dari siapa. Karena sampai sejauh ini saya belum melihat gelagat Mbak Khofifah mau bergandengan dengan Anies,” kira-kira begitulah pertanyaan saya.
Jangankan dengan Anies yang – maaf - secara kultur politik berbeda, dengan capres lain pun saya lihat Khofifah belum menunjukkan indikasi bersedia.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Ibu-ibu Muslimat NU berebut menjabat tangan Khofifah indar Parawansa
Pemimpin Redaksi dari media yang cukup berpengaruh itu langsung menjawab.
Baca Juga: Kunjungi TPQ Indar Parawansa Pasuruan, Khofifah Disambut Hangat oleh Santri dan Warga Sekitar
“Bocoran ini dari pengurus partai, Mas” jawab dia dengan nada agak keras sembari menyebut partainya. Partai yang dimaksud adalah partai pengusung Anies.
Saya langsung paham. Jadi pimpinan atau pengurus partai itu sengaja menyuplai informasi bias kepada pimpinan media yang mereka sebut bocoran. Ironisnya, pimpinan media yang tak peka langsung menelan mentah-mentah. Seolah itu informasi A 1 dan valid.
Saya membayangkan, jangan-jangan sang pemimpin redaksi itu bangga saat menerima informasi yang ia sebut bocoran itu. Karena merasa mendapat informasi gres dari sumber nomor wahid. Paling tidak, bisa dijadikan background berita.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Saya justru tertawa. Tapi dalam hati. Sebagai aktivis yang pernah 20 tahun jadi pengurus partai, saya sudah biasa menyaksikan teman-teman pengurus partai menyuplai informasi bias. Tujuannya, selain untuk memancing reaksi publik juga untuk mengecoh lawan politik.
Selain itu, tentu, untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas, meski dengan cara mengecoh. Paling tidak, pendukung Khofifah diharapkan bersimpati.
“Bagi politisi bohong itu suatu keniscayaan,” kata seorang pengurus partai sembari tertawa.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
“Begitu juga kalau kita bersedekah. Agama mengajarkan, kalau kita bersedekah dengan tangan kanan, maka tangan kiri jangan sampai tahu. Tapi kalau dalam politik sedekah itu harus diumumkan. Ya riya' sedikitlah,” tambahnya sembari terkekeh.
Karena itu tak aneh, jika kini beredar video yang memuat konten Khofifah deal sebagai Cawapres Anies Baswedan. Video itu memuat beberapa cuplikan pernyataan Khofifah dan Yenny Wahid. Yang seolah-olah sudah siap menjadi Cawapres Anies. Padahal pernyataan itu tak ada hubungannnya dengan capres-cawapres.
Baca Juga: Bedah Buku KHM. Hasyim Asy’ari, Khofifah Gaungkan Qanun Asasi NU Jelang Kongres XVIII Muslimat
Selain rekaman Khofifah dan Yenny juga ada narasi pengamat politik dan tentu juga video Anies Baswedan.
Bahkan di bawah video itu ditulis: Alhamdulillah akhirnya KIP menjadi Cawapres, Tabarokallahu Laakhaulawaalaquata illabillahil 'aliyyuladziim.
Tulisan provokatif inilah yang mengecoh masyarakat. Tak aneh, jika video editan yang diunggah dalal TikTok itu sempat menghebohkan para kiai NU.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
“Apa video ini benar?,” tanya seorang kiai dari Sampang Madura lewat WA kepada saya.
“Hoax Kiai,” jawab saya singkat.
"Saya pikir bener, saya juga dapat kiriman," kata seorang ibu, juga melalui WA kepada saya.
Kini Khofifah, pemimpin perempuan kharismatik itu menjadi magnet politik luar biasa. Meski lembaga survei menempatkan Khofifah tak selalu di atas, tapi semua tokoh nasional – apalagi pimpinan parpol – paham bahwa Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU itu sangat mempesona secara politik.
Jika calon atau figur lain berkutat dan mengandalkan dukungan lembaga survei yang sejatinya sangat abstrak, Khofifah justru punya dukungan kongkrit bahkan luas, baik di Muslimat NU maupun di jejaring nasional di luar NU.
Apalagi prestasi kerja Khofifah sangat mengagumkan. Arek Wonocolo Surabaya itu bukan saja dikenal sebagai tokoh perempuan workaholic (gila kerja) tapi juga rajin turun dan blusukan ke berbagai sudut kehidupan masyarakat. Karena itu relasi sosialnya lintas batas dan menjangkau semua lapisan masyarakat.
Tak aneh, jika Khofifah menjadi rebutan semua calon presiden.
Tapi bagaimana sebenarnya sikap Khofifah dalam Pilpres? Dalam beberapa pertemuan dengan para kiai, saya sempat mengamati perempuan tangkas yang telah banyak mendapat perhargaan nasional itu. Yang menarik, dalam setiap pertemuan dengan Khofifah, para kiai selalu bertanya, apakah ibu melanjutkan kepemimpinan di Jawa Timur atau ke tingkat nasional?
Khofifah pun menjawab bijak dan simpatik. “Mana yang lebih anfa’ (yang lebih bermanfaat untuk masyarakat-Red),” jawab Khofifah usai acara istighatsah di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya.
Selebihnya, Khofifah hanya tertawa. Khas. Tertawa manis.
Dalam pertemuan dengan para kiai di Semarang Jawa Tengah, Khofifah bahkan sempat didesak agar segera menyatakan bersedia untuk dicalonkan sebagai presiden.
“Kami sudah tak sabar. Kami siap berada di garda terdepan untuk memenangkan ibu,” kata seorang kiai dalam pertemuan yang diikuti sekitar 200 kiai se-Jawa Tengah itu.
Tapi lagi-lagi Khofifah tertawa. “Mohon maaf Kiai, saya belum bisa menjawab soal 2024 sekarang, apalagi di tempat terbuka seperti ini,” jawab Khofifah.
Lagi-lagi perempuan yang namanya melambung sebagai tokoh dunia itu tertawa.
Kiai yang paling banyak mendapat pertanyaan tentang Khofifah adalah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Amanatul Ummah.
Apa kata Kiai Asep yang juga ketua umum Persatuan Guru Nahdhatul Ulama (Pergunu) itu?
“Ibu Khofifah lebih baik memaksimalkan kepemimpinannya di Jawa Timur. Karena sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jawa Timur. Nanti kalau sudah menyempurnakan kepemimpinannya di Jawa Timur baru ke tingkat nasional.
Tapi tentu sangat tergantung Ibu Khofifah. Kalau Ibu Khofifah sekarang mau naik ke tingkat nasional saya juga akan all out untuk mendukung dan memenangkan,” kata Kiai Asep yang putra KH Abdul Challim, pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI.
Wallahu'alam bisshawab.
M Mas'ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News