LUMAJANG, BANGSAONLINE.com - Untuk melahirkan lulusan santri yang unggul dan berdaya saing, Pondok Pesantren Terpadu Al-Fauzan punya caranya sendiri. Selain menerapkan budaya baca, juga mengajarkan cara cepat membaca kitab kuning dengan metode Amtsilati. Tahun ini, santri yang lulus Amtsilati sebanyak 50 orang dan diwisuda beberapa hari jelang Ramadan.
Hadir dalam acara wisuda yang digelar di arena Pesantren Terpadu Al-Fauzan di Desa Labruk Lor Kabupaten Lumajang, Kepala Kemenag Kabupaten Lumajang, Nuril Huda SH, tokoh masyarakat, Habib Hasan Assegaf, Pengarang Metode Amtsilati, KH Taufiqul Hadi, Pengasuh Al-Fauzan, KH Imron Zamzami, Ketua Yayasan Pendidikan Islan dan Sosial Al-Fauzan, Dra Hj Nur Habibah, Kepala MTs/MA Terpadu Al-Fauzan, Hj. Nur Ifadah SH MH.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Pengarang Metode Amtsilati, KH Taufiqul Hakim yang hadir di lokasi mendemonstrasikan kelebihan metode Amstsilati pada santri-santri yang diwisudanya sendiri. Satu demi satu dari santri itu diminta melafalkan ayat demi ayat yang ditunjuk dan dipaparkan di papar tulis. Dengan lancar mereka melafalkan sesuai kadidah-kaidah metode Amtsilati.
Bagaimana latar belakang menciptakan metode cepat membaca kitab kuning? Kiai Taufiq menceritakan riwayatnya. Teman-teman yang ada di sekelilingnya, semuanya hafal Alfiyah 1000 bait. Mereka itu memang harus hafal, kalau tidak hafal, tidak naik kelas. Meskipun hafal, tapi mereka tidak faham. Ketika disuruh baca kitab, ndak bisa, padahal sudah hafal Alfiyah.
"Kemudian, datanglah mereka ke tempat saya, saya beritahukan caranya, bahwa tidak semua bait Alfiyah yang 1000 itu penting. Hanya sebagian saja yang penting. Sekitar 150 bait. Maka jadilah Amtsilati itu. Lainnya hanya pelengkap saja. Seperti anda memiliki pakaian 1000. Tidak mungkin pakaian 1000 itu anda pakai semua, tapi mungkin cukup enam pakaian saja dalam satu minggu," urainya.
Baca Juga: Tren Santri Belajar di Luar Negeri, Sekarang Peluang Makin Besar dan Tak Terbatas
Apakah cabang Amtsilati ada di semua daerah? Penyelenggara pendidikan dengan metode Amtsilati ada di semua daerah, mulai dari Sabang hingga Merauke. Hanya saja, menurut Kiai Taufiq, ada yang berdiri dan jalannya cepat, ada yang lambat.
"Yang berjalan cepat itu, karena ada guru tugasnya dari pusat Amtsilati di Darul Falah Jepara. Dengan adanya guru tugas, akan lahir tenaga-tenaga guru di bawahnya. Kehadiran guru bantuan yang disebut tutor sebaya itulah yang membuat penyelenggaraan pendidikan Amtsilati berjalan dengan cepat," terangnya.
Di Al-Faauzzan ada guru tugasnya? "Dulu di sini ada. Ndak tahu sekarang. Sebab, di Al-Fauzan ini kan sudah mandiri, sudah bisa menelurkan generasi setelahnya. Seperti demostrasi tadi kan lumayan. Mereka baru usia belasan, tapi sudah bisa membaca kitab kuning," tambahnya.
Baca Juga: Mudah Tanpa Bantuan Jin, Ijazah Amalan Ilmu Pesugihan oleh Kiai 'Sakti' Jawa Timur
Menurut Kiai Taufiq, syarat mengkuti pendidikan Amtsilati minimal bisa membaca Indonesia dan huruf Arab berkharakat. Tidak dibatasi usianya.
Selanjutnya, dijelaskan juga, untuk mendatangkan guru tugas dari pusat Amtsilati Darul Falah di Jepara, cukup mengirimkan proposal.
"Setiap tiga atau enam bulan sekali ada acara wisuda Amtsilati. Nah, pusat akan menugaskan tutor sebaya itu kemana yang lebih dulu. Tidak ada syarat-syarat khusus. Lamanya, biasanya 6 bulan sampai satu tahun," paparnya
Baca Juga: Mahfud MD: Pesantren Aset Besar NKRI
Tahfizh Al-Qur'an
Kalau tahfizh, itu terpisah dengan pendidikan Amtsilati. Menurut saya, untuk tahfizh itu kalau kecil sekalian kecil, biar masuk ke dalam alam sadar. kalau besar, sekalian besar, agar selesai dulu kitab-kitab lainnya.
Karena tahfizh alquran itu sifatnya mengunci. Artinya sekali hafal tidak boleh lupa. Dengan sisten yang diujicobakan pada anak saya, kalau biasanya hafal alquran itu bisa dicapai 5 tahun, insyaallah bisa dicapai hanya 1 tahun. Lumayan ada penghematan waktu.
Baca Juga: Sebut Kiai Asep Virus, Cara China Didik Anak, Kiai Imam Jazuli: Kelola Pesantren Tak Butuh Profesor
Seperti diketahui, KH Taufiqul Hadi, penulis metode Amtsilati dari Darul Falah Jepara memiliki dua putra. Yang sulung itu hafal 30 juz di usia belasan tahun, sementara adiknya yang belum umur 10 tahun sudah hafal 20 juz.
"Semoga dengan metode yang dikembangkan anak saya, untuk menghafal Alquran itu ducup dicapai dalam waktu satu tahun. Padahal, biasanya bisa dilakukan 4 hingga 5 tahun," harapnya.
Ditemui terpisah, Kepala MA/Mts Terpadu Al-Fauzan, Hj. Nur Ifadah SH, MH menyatakan bersyukur atas terlaksananya wisuda para santrinya, khususnya yang lulus Amtsilati.
Baca Juga: Di depan 500 Aktivis MPJ, Kiai Asep Prihatin Media Pesantren Masih di Pinggiran
"Alhamdulillah, 50 santri merupakan lulus Amtsilati, metode cepat mengkaji kitab kuning. Di sini, satu-satunya cabang Amtsilati di Indonesia. Kalau penyelenggara Amtsilati banyak, tapi di sini cabangnya," tegas istri pengasuh Pesantren Terpadu Al-Fauzan itu.
Apa bedanya posisi sebagai cabang? Menurut Nur Ifadah, kalau cabang itu 80 persen kegiatan sama dengan yang ada di pusat, Darul Falah Jepara pimpinan KH Taufiqul Hadi. Kalau hanya penyelenggara Amtsilati itu masih harus dibantu oleh pusat untuk guru tutornya.
Sementara di Al-Fauzan sudah mandiri, masalah gurunya sudah bisa diatasi. "Yang membanggakan, metode Amstilati kini sedang digalakkan oleh jajaran Kementerian Agama menjadi materi wajib di seluruh madrasah diniyah di Indonesia," salah satu putri almarhum KH Manshur yang berhasil menyelesaikan Amtsilati di Darul Falah Jepara itu.
Baca Juga: Eko-Tren Raih Top Terpuji KIPP 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News