Komisi E DPRD Jatim Minta Kepala BPBD Jatim Turun Tangan Atasi Kekeringan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Musim kemarau yang panjang di Jawa Timur menyebabkan sejumlah daerah mengalami kekeringan. Satu di antara yang terparah adalah Kabupaten Lumajang. Tak kurang dua puluh tujuh desa dan enam kecamatan dilanda kekeringan. Kondisi tersebut membuat Komisi E DPRD Jawa Timur prihatin.

Anggota Komisi E, Mochammad Eksan mendesak Kepala BPBD Jatim, Sudharmawan segera turun tangan menangani kekeringan yang terjadi di Lumajang dan daerah lainnya seperti Sampang dan Mojokerto. Khusus Lumajang, kondisi kekeringan telah berlangsung hampir satu bulan sehingga perlu ada koordinasi antara BPBD Jatim dengan BPBD Lumajang untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Baca Juga: Terdampak Kekeringan, Kades Ganggang dan Anggota DPRD Gresik Minta BPBD Droping Air Bersih

“Saya minta Kepala BPBD Jatim segera turun tangan membantu BPBD Lumajang karena kondisi di sana sangat parah. Saat ini pendistribusian air bersih ke warga tak bisa ditunda. Terutama untuk minum, mandi dan berwudhu. Itu harus dipenuhi untuk jangka pendek,” tegas politikus muda ini, Senin (22/6).

Anggota Fraksi Nasdem-Hanura ini berharap penanganan kekeringan tidak boleh dilakukan secara sporadis. Langkah antisipatif yang bersifat jangka panjang harus dilakukan seperti pembuatan sumur bor di titik-titik mata air. Soal biaya, Eksan menilai hal itu bukan kendala karena BPBD Jatim punya anggaran Rp18 Miliar untuk tahun ini.

Ketua DPD Partai NasDem Jember ini menambahkan, dana khusus bencana yang bersifat on call dari pemerintah pusat juga bisa digunakan sewaktu-waktu terlebih untuk kondisi yang bersifat mendesak dan darurat.

Baca Juga: Fenomena Bediding: Suhu Terasa Dingin saat Kemarau

“Pembuatan sumur bor harus dilakukan untuk mengatasi kekeringan di masa mendatang. Soal biaya bisa menggunakan dana alokasi Pemprovatau pemerintah pusat,” ujar anggota Dewan asal daerah pemilihan Jember dan Lumajang ini.

Untuk diketahui, BPBD Lumajang sudah menyatakan status darurat kekeringan karena meratanya kekeringan di kabupaten tersebut. Warga terpaksa harus menempuh jarak berpuluh kilo meter menuju mata air untuk mendapatkan air bersih. Ironisnya, mata air itu pun sudah dalam kondisi kering. Situasi ini membuat masyarakat resah, termasuk para pengurus dan takmir masjid. Sebab, tak ada air bersih untuk jamaah yang hendak berwudhu sebelum menunaikan shalat wajib maupun taraweh. (mdr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Musim Kemarau Tahun ini Tak Sesuai Harapan Pengrajin Batu Bata Merah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO