LONDON, BANGSAONLINE.com - Gubernur Khofifah mencoba langsung MRT jalur Elizabeth Line yang baru dioperasionalkan di Inggris, Selasa (29/8/2023). Moda transportasi itu berada di bawah naungan Crossrail Ltd, perusahaan yang telah menyampaikan Letter of Intent (LoI) kepeminatan proyek investasi sektor transportasi kepada Pemprov Jatim saat temu bisnis dan investasi di KBRI, London.
"Crossrail termasuk salah satu perusahaan yang telah menyampaikan LoI kepeminatan proyek investasi di Jatim. Atas fasilitasi dari Kedubes Inggris di Jakarta dan KBRI di London, kami mendapat kesempatan untuk menggali ilmu secara langsung dari Transport for London (TFL)," ucap Khofifah.
Baca Juga: Khofifah Didoakan Lanjut sebagai Gubernur Dua Periode oleh Pendekar Pagar Nusa se-Jatim
TfL merupakan tim yang bertanggung jawab terhadap hampir keseluruhan pengelolaan transportasi di London, termasuk Elizabeth Line yang baru saja dioperasionalkan di bawah operator Crossrail Ltd, salah satu BUMD setempat.
"Kami mendapat kesempatan langsung untuk belajar tentang perencanaan stasiun kereta api yang ramah lingkungan dan teknologi tinggi hingga terkait 'Transit Oriented Development'. Setelah ini proses transfer of knowledge akan dilakukan secara virtual oleh tim TFL dengan tim dari Jawa Timur," kata mantan Menteri Sosial itu.
Baca Juga: Silaturrahim Keluarga Besar PSHW Se-Mataraman, Khofifah-Emil Siap Kembangkan Potensi Pemuda
Elizabeth Line dibangun oleh Crossrail Ltd, membentang lebih dari 100km dari Reading dan Heathrow di bagian Barat Kota London melalui jalur terowongan bawah tanah sepanjang Sheffield dan Abbey Wood. Kereta api bawah tanah ini berhenti di 41 stasiun, di mana 10 dari 41 stasiun tersebut adalah stasiun yang baru dibangun dan diperkirakan dapat melayani 200 juta penumpang setiap tahunnya.
“Elizabeth Line menjadi bagian yang sangat penting bagi TfL karena berbeda dengan jalur MRT lainnya yang sudah dibangun sebelumnya. Jalur Elizabeth Line ini dibangun di bawah Kota London yang sudah padat dengan bangunan di atasnya,” urai Khofifah.
Dengan menjajal Elizabeth Line, ia berharap tim dari Pemprov Jatim juga bisa bisa belajar dan menjajal teknologi terbaru transportasi massal, khususnya MRT yang dikembangkan Crossrail Ltd untuk diterapkan di Jatim.
Baca Juga: Kunjungi Kawasan Usaha Batik Khas Sidoarjo, Khofifah Ulas Kekayaan Budaya
"Karena di Jawa Timur sendiri saat ini sudah selesai dilakukan penyusunan feasibility study untuk Surabaya Regional Railways Line (SRRL) dan Sustainable Urban Mobility Plan (SUMP) dari Jerman, serta Pre-feasibility study Urban Mass Rapid Transit System (UMTS) dari Jepang," tuturnya.
Ia menyebut, penyusunan dokumen perencanaan tersebut merupakan bagian dari readiness criteria dalam pembangunan transportasi publik (MRT, LRT, BRT, dan lain-lain). Hasil studi dimaksud diharapkan dapat menjadi dasar untuk membangun kerja sama lebih konkret dengan memberikan solusi mengatasi kepadatan transportasi, traffic di Aglomerasi Surabaya melalui transportasi publik.
"Sehingga, Jatim sudah sangat siap untuk membangun koneksitas di antara titik-titik yang ada di wilayah Aglomerasi Surabaya (Gerbangkertosusila Plus)," ujarnya.
Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang
Bagi Jawa Timur, Khofifah menjelaskan, membangun koneksitas transportasi publik merupakan hal penting untuk memudahkan mobilitas atau pergerakan barang dan jasa masyarakat, industri, serta wisata.
"Semoga Jatim dapat membangun kerja sama lebih luas khususnya dengan institusi pemegang kewenangan transportasi publik, khususnya TFL dan Crossrail Ltd untuk percepatan pembangunan transportasi publik berbasis kereta yang telah selesai studinya," pungkasnya.
TfL telah mampu mengelola transportasi publik dengan sedikit suntikan dana dari pemerintah. Dari total pendapatan sebesar £8,9 miliar, suntikan dana dari pemerintah hanya sekitar £0,9 miliar atau sekitar 10 persen dari total pendapatan. Sedangkan Pendapatan dari penumpang sekitar 48 persen sebesar £4,8 miliar.
Baca Juga: Meski Elektabilitas Unggul, Khofifah Tetap Blusukan ke Pasar Wadung Asri
Dalam pengelolaannya TfL membagi 3 model pengoperasian yaitu sistem Pengoperasian Langsung (direct operation), Sistem Kontrak Pelayanan (service contract), dan Sistem Izin Pengelolaan Bus dan Alat Transportasi. (dev/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News