JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Aksi politik Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh luar biasa. Ia melakukan manuver politik mengejutkan. Bos media yang kerap dipanggil SP itu secara cepat menetapkan Muhaimin Iskandar (Cak Imin), ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai calon wakil presiden (Cawapres) untuk mendampingi calon presiden (Capres) Anies Baswedan.
Para petinggi partai Demokrat pun marah besar. Secara emosional mereka mencopot baliho Anies Baswedan bersama Ketum Agus Harimurti Yudhoyono sejak Kamis (31/8) malam.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Keputusan politik SP memang mengagetkan banyak pihak karena di luar dugaan publik. Apalagi Surya Paloh maupun Cak Imin diduga sengaja merahasiakan koalisi Nasdem-PKB alias dilakukan secara diam-diam.
Maklum, Cak Imin masih terikat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dengan Prabowo Subianto. Hanya saja Cak Imin memang tak bisa menyembunyikan kekecewaannya ketika Golkar dan PAN bergabung mendukung Prabowo yang mengakibatkan peran PKB terpinggirkan.
Pada sisi lain, Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) - terdiri dari Nasdem, PKS, dan Demokrat juga terus bergolak. Penyebab utamanya, Demokrat ngotot mengajukan ketua umumnya, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk jadi cawapres mendampingi Anies Baswedan.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Padahal di internal Nasdem terjadi penolakan keras terhadap putra mantan Presiden SBY itu. Informasi yang diterima BANGSAONLINE, para petinggi Nasdem sangat tak yakin dengan sosok AHY. Karena selain elektabilitas AHY rendah, juga tak punya basis pemilih yang jelas.
“Lebih baik tak nyalonkan presiden daripada maju tapi kalah,” kata petinggi Nasdem Jawa Timur yang enggan disebut namanya. “Untuk apa mencalonkan presiden kalau hanya untuk kalah,” tambahnya.
Para petinggi Nasdem justru sangat berharap Khofifah Indar Parawansa atau Mahfud MD sebagai cawapres yang mendampingi Anies Baswedan. Dua tokoh NU itu dinilai punya basis massa jelas dan secara kualitas pribadi punya potensi besar untuk meyakinkan publik.
Baca Juga: NasDem Sidoarjo Salurkan 4.369 Beasiswa PIP Jalur Aspirasi
Namun Demokrat tak mau tahu. Para anak buah AHY terus mendesak Nasdem. “Bahkan ada yang bilang, soal Jawa Timur cukup diatasi AHY dan Demokrat. Pak SBY kan orang Pacitan,” kata sumber itu lagi.
Pernyataan-pernyataan petinggi Demokrat memang terkesan ngotot untuk mencawapreskan AHY. Pantauan BANGSAONLINE, Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief, bahkan terkesan merendahkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Ia menganggap bahwa potensi Khofifah jauh di bawah AHY, baik sebagai calon wakil presiden maupun calon presiden (Capres).
“Khofifah juga potensial, tetapi bahwa berdasarkan survei dia jadi tidak potensial. Lihat survei Capwares dan Capres kan sangat jauh di bawah AHY. (Survei) yang berpasangan juga, Anies-AHY dan Anies Khofifah. Lebih besar Anies-AHY, kira-kira itu data kuantitatfnya,” kata Andi Arief kepada wartawan, Kamis (9/3/20223).
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Seperti diberitakan BANGSAONINE, Andi Arif bahkan menganggap telah terjadi kesalahan berpikir dalam ketokohan seorang gubernur dalam konteks pemilu. Menurut dia, pilpres adalah skala nasional, bukan berbasis wilayah dan geografi.
Selain itu, kata Andi Arief, seorang gubernur bukan representasi dukungah wilayahnya. Ia menyebut Ganjar Pranowo yang hanya didukung 20 hingga 30 persen di Jawa Tengah.
Begitu juga Ridwan Kamil yang hanya didukung 10 persen di Jawa Barat. “Itu kesalahan berpikir yang kedua,” kata Andi Arief. Tapi ia tak menyebut hasil survei berapa persen Khofifah mendapat dukungan di Jawa Timur.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Bukan hanya itu. Andi Arief juga mengatakan bahwa AHY juga Nahdlatul Ulama (NU) jika dibanding dengan Khfofifah. AHY, kata Andi, juga berpeluang besar untuk dipilih kaum perempuan.
“Kalau seorang NU, AHY juga NU. Khofifah juga NU. Pemilih perempuan AHY juga banyak, Demokrat dan AHY banyak dipilih oleh kaum perempuan,” kata Andi Arief sembari mengingatkan bahwa masih ada jejak SBY di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, bahkan Indonesia Timur dan Sumatra.
Bahkan secara tegas Andi Arief menyatakan bahwa pasangan Anies-AHY lebih menjanjikan ketimbang Anies-Khofifah. Ia menuding kesalahan berpikir bagi orang yang menganggap sebaliknya.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Sikap politik para petinggi Demokrat yang terus ngotot itu tampaknya membuat Surya Paloh dilematis. Pada satu sisi, jika ia menerima AHY sebagai cawapres, Anies dipastikan kalah. Pada sisi lain, jika ia mengambil cawapres selain AHY, Demokrat akan hengkang sehingga koalisi yang ia pimpin tak bisa mengajukan calon presiden dan wakil presiden.
Surya Paloh pun memutuskan Cak Imin sebagai cawapres Anies mengingat ia ketua umum PKB yang bisa menambal kekurangan kursi DPR untuk persyaratan pencapresan, jika Demokrat pergi tanpa pamit. Selain itu tentu juga karena Cak Imin kader NU.
Hanya saja masalahnya, apakah keputusan Surya Paloh menggandeng Cak Imin sebagai cawapres Anies bakal mulus? Tidak justru menimbulkan masalah? Cak Imin, selain sedang berseberangan dengan elit PBNU juga menjadi “musuh laten” keluarga besar KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
Selain itu – ini yang krusial – bisa saja kasus durian ada yang mengungkit lagi. Ini bisa sedap-sedap ngeri, eh, ngeri-ngeri sedap.
Kita tunggu saja episode politik berikutnya Bukankah ini baru episode pemanasan politik yang masih sangat prematur dan potensial berubah? Wallahua'lam bisshawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News