KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Seorang pria sedang menyiapkan bahan berupa kayu mentaos untuk membuat wayang kayu atau wayang klitik. Setelah dihaluskan, lalu dibuat sktetsa dan digambar sesuai dengan tokoh yang diinginkan, seperti tokoh Panji Asmoro bangun/Panji Inu Kertapati cerita asli Kediri atau Raja Kediri yang paling tersohor, Sri Aji Joyoboyo.
Pria tersebut adalah Khoirudin (42), warga Dusun Kunir, Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Khoirudin adalah dalang wayang klitik yang tersisa dan memiliki nama panggung Ki Kondho Brodiyanto.
Baca Juga: Viral Video Kajari Kabupaten Kediri Keluarkan Tembakan Peringatan ke Pengendara Motor
Ki Brodin, sapaan akrabnya, mengaku mulai belajar mendalang wayang klitik sejak SD. Dia belajar dari ayahnya yang merupakan keturunan ke-4 dari dalang wayang klitik terkenal di zamannya, Ki Karto.
Menurut dia, wayang klitik mempunyai wujud pipih seperti wayang kulit. Kayu yang digunakan untuk membuat wayang klitik bukan sembarang kayu. Ki Brodin hanya menggunakan kayu mentaos yang berserat halus dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis kayu lainnya.
"Kelebihan kayu mentaos itu anti-nonor, serat halus, dan semakin lama semakin mengkilap. Sedangkan kekurangannya adalah, kalau tidak kering betul, maka bisa bengkok-bengkok. Jadi harus dipilih kayu mentaos yang benar-benar sudah kering," ujarnya saat ditemui BANGSAONLINE, Selasa (5/9/2023).
Baca Juga: Banjir Banyakan Seret 3 Kendaraan, BPBD Kabupaten Kediri Siapkan Dapur Umum
Setelah bahan disiapkan dan sudah diberi sketsa, ia mengatakan bahwa kayu dipotong menggunakan gergaji secara manual maupun mesin. Setelah dihaluskan, lalu dicat menggunakan cat cair.
"Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, tidak dijemur. Karena kalau dijemur di bawah terik matahari, wayang klitik bisa melengkung. Disebut wayang klitik karena ketika dimainkan, pada gesekan kayu terutama bagian tangan timbul suara 'klitik-klitik'," paparnya.
Cerita yang biasa dipentaskan wayang klitik berasal dari kerajaan-kerajaan zaman dulu seperti Jenggala, Kediri, hingga Majapahit yang dipenuhi kisah perseteruan asmara. Kalau kisah dari Kediri ada panji-panji, seperti Panji Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
Disebutkan pula, ada usia wayang klitik yang pernah dibuat Mbah Karto, kakek buyutnya yang mencapai 250 tahun yang sekarang disimpan dalam museum di Taipei, Taiwan. Selain itu, ada wayang klitik peninggalan kakeknya yang berusia 150 tahun dan peninggalan ayahnya yang berusia 75 tahun.
Selain untuk koleksi, kata Ki Brodin, wayang klitik buatannya juga dijual bila ada yang berminat dengan harga bervariasi, tergantung besar kecilnya wayang. Seperti Gatotkaca yang dihargai Rp550 ribu per wayang, dan wayang jenis Panji senilai Rp400 ribu.
"Sedangkan wayang klitik berbentuk suvenir komplet ditaruh di kaca, dijual dengan harga Rp300-350 ribu. Suvenir wayang klitik ini juga sering dibawa ke luar negeri," ucapnya sembari mengatakan untuk penyelesaian pembuatan wayang klitik dari mulai memilih bahan sampai penyelesaian akhir perlu waktu 5 sampai 7 hari, termasuk untuk membuat suvenir. (uji/mar)
Baca Juga: Buka Rakerda Kejati Jatim 2024 di Kediri, Kajati: Pentingnya Penegakan Hukum Humanis dan Profesional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News