Soal Kerukunan Beragama, Kiai ini Tidak Tertarik pada Toleransi, Begini Alasannya

Soal Kerukunan Beragama, Kiai ini Tidak Tertarik pada Toleransi, Begini Alasannya Prof. Dr. K. H. Abdul Syakur Yasin, MA atau yang biasa dipanggil Buya Syakur

SURABAYA,BANGSAONLINE.com - Beberapa dari kita pun meyakini jika dalam kehidupan ber mampu menciptakan persatuan Bangsa.

Terutama pada Bangsa Indonesia yang memiliki banyak penduduk dan berbeda-beda .

Baca Juga: Akui Dukungan Bersama Anies Bergairah, Cak Imin Mengaku Terima Pesan ini dari Kiai-kiai Sepuh Jatim

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bisa disebut sebagai sikap membiarkan atau menghargai perbedaan kepercayaan maupun kebiasaan orang lain yang berbeda dengan diri sendiri.

Namun, Prof. Dr. K. H. Yasin, MA. sendiri tak tertarik dengan tersebut.

yang biasa dipanggil Buya Syakur ini malah melihat adanya kesenjangan umat ber.

Baca Juga: Tanpa Bantuan Jin Setan, Ini Amalan Ijazah Pesugihan dari Kiai Karismatik Jawa Timur

"Selama ini kan yang didengungkan adalah masalah kerukunan ber ini berdasarkan , saya tidak tertarik dengan  itu," kata Buya Syakur dalam tayang YouTube KH Buya Syakur Yasin.

Bahkan menurut Buya Syakur, kerap digunakan untuk menyembunyikan kebenciansatu sama lain yang terjadi dari hasil tawar menawar budi.

Pengasuh Ponpes Cadangpinggan tak serta merta tidak tertarik pada tanpa alasan.

Baca Juga: Mudah Tanpa Bantuan Jin, Ijazah Amalan Ilmu Pesugihan oleh Kiai 'Sakti' Jawa Timur

Beliau menyebut, hanya dapat diterapkan pada lingkup yang sempit. Misalnya, berumah tangga.

"Apa artinya ? Toleransi itu untuk wilayah yang sempit, (contoh) antara suami istri, suaminya tidurnya mendengkur, nah perlu istri," ungkapnya.

Dalam konteks berbangsa dan bernegara Buya Syakur tidak tertarik dengan konsep itu.

Baca Juga: Heboh Khutbah Iftitah Tak Bahasa Arab, Kiai Imam Ghazali: Rais Aam PBNU Harus Lebih Berkualitas

"Jadi masalah suami istri, tetangga itu , tapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan keaneka rn budaya dan kita, ini bukan ," ujar sepuh ini

"Ini bukan yang kita tuntut, tapi kesetaraan, ya setuju gak, ini persoalannya," sambungnya.

Beliau juga menjelaskan jika digunakan untuk menyembunyikan kebencian dengan proses tawar-menawar.

Baca Juga: Silaturahim Dengan Tokoh Lintas Agama di Jatim, Menkopolhukam RI Apresiasi Moderasi Beragama

"Toleransi itu hanya menyembunyikan kebencian kok, dan terjadinya melalui bargaining tawar menawar, dan nanti di penghujungnya apa yang terjadi, pihak minoritas merasa berhutang budi kepada mayoritas," jelasnya.

Buya Syakur menekankan bahwa konsep yang tepat untuk mengganti dalam kehidupan berbangsa dalam kebern adalah prinsip kesetaraan.

"Kita menjunjung tinggi kesetaraan berdasarkan Undang-undang, gak ada beda , beda suku, beda warna, gak ada, siapa pun yang bawa KTP Indonesia ya berlaku Undang-undang untuk Indonesia,"terangnya.

Baca Juga: Keren, Kiai Asep Saifuddin dan Habib Hasan Bagi-bagi Takjil di Pinggir Jalan Raya Solo

"Jadi, akan lebih indah yang kita usung bukan , tapi kesetaraan," pungkasnya. (van)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semua Agama Sama? Ini Kata Gus Dur':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO